Begini Orasi Sri Sultan HB X dalam Konser Pancasila Rumah Kita yang Menggetarkan

YOGYAKARTA – Tepat 1 Juni 1945, 73 tahun lalu, Bung Karno membidani “Lahirnja Pantja Sila”, tatkala bangsa ini dalam proses “Menjadi Indonesia”.  Lalu, pada 18 Agustus 1945, Pancasila jadilah Rumah Kita, sejak dikukuhkan dalam UUD 1945 sebagai Dasar Negara.

Hal tersebut diungkapkan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Sri Sultan Hamengkubuwono X saat orasi di panggung KONSER #PANCASILARUMAHKITA “GENTA REVOLUSI, SATUKAN NEG’RI” di lapangan Graha Sabha Pramana UGM Yogyakarta (lapangan Pancasila, 1 Juni 2018), Jumat (01/05/2018). 

“Sebagai Rumah Kita, Pancasila bagai tempat berteduh –seperti lirik lagu Franky Sahilatua—“untuk cinta sesama”. Rumah berbagi gagasan, membangun asa, guna merajut masa depan. Tapi kini, Rumah Kita lagi diterjang petaka dari manca, paham yang tak kita kenal. Terus digoyang, agar lima tiang utamanya roboh menimpa kita semua,” tutur Sri Sultan di hadapan ribuan masyarakat yang hadir.

Sri Sultan menuturkan, harmoni kehidupan, bak warna-warninya bunga di tamansari dunia, diinjak-semena demi selfie bagi egoisme diri. Sungguh, awal sebuah kesedihan menuju perpecahan! Ia menggores jiwa, meretakkan sayap-sayap Garuda Pancasila. 

“Kini, rakyat bertanya: Mengapa Bumi Nusantara ini terus diusik oleh mereka yang mendua hati? Kenapa Pancasila selalu disulut ancaman radikalisasi dan intoleransi? Bukankah kita dambakan harmoni, bukan antipati? Damai bukannya bertikai? Andaikan sejarah cermin rujukan, bukankah setiap kita, satu hati bagi NKRI?” tanya Sri Sultan.

Menurut Sri Sultan, Kini, Ibu Pertiwi tercenung, merana dan menangis seraya berdoa. Karena anak-anaknya larut dalam debat tak sehat. Terjebak pada greget-saut, bukannya suluk Ki Dalang yang menenteramkan hati dan menyejukkan nurani.

Boedi Oetomo penyemai cita-cita, Soempah Pemoeda penegas bingkainya, Proklamasi tonggak perwujudannya, dan Pancasila pengikat yang menyatukan kita.

Benar kata Bung Karno, bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa pahlawannya. Dan, jangan sekali-kali meninggalkan sejarah bangsa kita.

“Maka, guna menguatkan pengikat sejarah perjuangan bangsa ke depan, camkanlah pesan ini, teriring Salam Lima Jari pengusir dengki,” kemudian Sri Sultan membacakan sebuah sajak dengan mengangkat lima jari diikuti seluruh yang hadir.

Pancasila…

Janganlah kau puja

layaknya AZIMAT keramat

Tapi…

Jadikanlah ia,

KHIDMAD yang manfaat

Pancasila…

Janganlah kau simpan

bagai MONUMEN di keranda mati

Tapi…

Gunakanlah ia,

MOMEN gumregahnya aksi

Pancasila…

Janganlah kau teriakkan

dengan bahasa BASA-BASI

Tapi…

Gemakan suara,

bak GENTA REVOLUSI,

SATUKAN NEG’RI.

“Semoga Tuhan menyertai kita semua. Selamat Hari Lahir Pancsila, 1 Juni 2018. Semoga hari ini menandai awal kebangkitan baru dari Yogya untuk Indonesia!

Sekian, terima kasih.Wassalamu’alaikum wr. Wb,” pungkasnya.

Selain Sri Sultan Hamengku Buwono X, dalam konser dengan penampilan utama group Slank tersebut juga diselingi  orasi kebangsaan sejumlah tokoh yakni, Prof. Ir. Panut Mulyono, M.Eng., D. Eng. (Rektor UGM), Prof. DR. A. Syafei Maarif, Prof. DR. Mahfud MD dan perwakilan mahasiswa. Acara tersebut dihelat panitia bersama Pusat Studi Pancasila (PSP) UGM bekerja sama dengan Sekber Keistimewaan DIY, Gelora Bahana Patria, KAGAMA, Ika UII DAN Pramuka Kwarda DIY. (kt1)

 

Redaktur: Faisal

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Powered by rasalogi.com