Abdul Munir Mulkhan: Gerakan Muhammadiyah Anti Terorisme

YOGYAKARTA – Gerakan Muhammadiyah sesungguhnya membentuk warganya menjadi pribadi yang baik, sehingga tidak mungkin menerima paham terorisme. 

Hal itu disampaikan mantan Guru Besar Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta, Prof. Dr. Abdul Munir Mulkhan dalam seminar nasional ‘Halaqoh Kebangsaan Menuju Indonesia Berkemajuan’ di Gedung E.6, Lantai 5, Ruang Amphi Teater Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Kamis (22/11/2018).

“Gerakan (Muhammadiyah, red) ini memang dirancang sebagai penubuhan kebangsaan berbasis kemanusiaan, bebas kriminalitas, narkoba, korupsian, apalagi terorisme. Jika ada warga gerakan ini terpapar terorisme, ya itu kecelakaan,” katanya.

Dikatakan, gerakan menebar kebaikan  sesuai tagline Muhammadiyah, yaitu ‘Jadilah manusia bajik, Muslim bajik, barulah bisa menjadi pengikut Muhammadiyah’. Ia juga menilai Muhammadiyah sudah membuktikan kebaikan kepada masyarakat dengan membangun infrastruktur bangsa melalui dakwah luar sekolah (majelis taklim), pendidikan, rumah sakit, dan filantropi. Namun demikian, ia berharap, saat ini hendaknya Muhammadiyah lebih banyak membicarakan soal kebangsaan.

Menurutnya Muhammadiyah mengambangkan Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) bukan hendak meng-Islam-kan atau me-muhammadiyah-kan semua orang,

“Lihatlah berapa banyak lulusan pendidikan Muhammadiyah yang tetap pada keyakinan keagamaannya di Papua dan Indonesia Timur dan tetap pada kepengikutan gerakan Islam-nya di tempat lain,” ujarnya dalam paparan yang ia beri judul ‘etika Muhammadiyah untuk Bangsa’.

“Gerakan Muhammadiyah (sedianya) lebih fokus mengembangkan kebijakan kemanusiaan dalam kehidupan sosial, ekonomi dan politik bagi kepentingan publik,” harap Munir dalam kegiatan yang diikuti ratusan peserta dari pengurus Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Pimpinan PP Aisyiyah, Pimpinan Wilayah Muhammadiyah dan Aisyiyah, serta Pimpinan Daerah Muhammadiyah dan Aisyiyah yang ada di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah (DIY-JATENG).

Selain Abdul Munir Mulkhan, dihadirkan sebagai pembicara, Asrena Kapolri, Irjen.Pol. Dr. Gatot Eddy Pramono, M.Si. Pada kesempatan tersebut Gatot menyampaikan materi tentang penegakkan hukum, pemberantasan kriminalitas, terorisme, korupsi, dan narkoba.

Selain itu, Gatot juga memaparkan pidato ilmiah dengan tema Mewujudkan Indonesia yang Aman, Damai dan Sejuk dalam Pemilu, Pileg dan Pilpres 2019. Menurutnya, potensi konflik sosial di tahun politik salah satunya disebabkan karena adanya politik identitas atau politisasi Suku Ras Antar Golongan dan Agama (SARA),

“Selain itu, pemanfaatan isu-isu yang dapat memecah belah bangsa, black campaign dan negative campaign, hoax serta ujaran kebencian,” katanya.

Dikatakan Gatot, dalam mengantisipasi konflik sosial, peran tokoh masyarakat, termasuk dari Muhammadiyah sangat strategis, terutama dalam membentuk opini positif masyarakat. Ia berharap tokoh masyarakat terus menyampaikan pesan keamanan dan ketertiban masyarakat (Kamtibmas), tentang kebersamaan, persaudaraan, kerukunan, persatuan dan kesatuan, serta membumikan kembali nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila,

“Peran tokoh sangat penting untuk membangun kesadaran masyarakat untuk terlibat aktif dalam pemeliharaan Kamtibmas, seperti mengimbau agar waspada terhadap radikalisme, terorisme, mengaktifkan siskamling dan lain sebagainya. Para tokoh bisa menciptakan suasana kesejukan di tengah masyarakat serta terlibat aktif dalam memerangi hoax dan hate speech,” tegas Gatot Eddy Pramono.

Hadir dalam seminar sejumlah pejabat tinggi Polri, antara lain Kapolda DIY, Brigjen. Pol Ahmad Dofiri, Rektor UMY, Dr. Gunawan Budiyanto dan jajaran pejabat UMY lainnya. (rd)

Redaktur: Ja’faruddin AS

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Powered by rasalogi.com