Sektor Pertanian Semakin Ditinggalkan, Gerakan Aku Petani Indonesia Sasar Kaum Milenial

SLEMAN – Profesi petani saat ini kurang diminati, terutama oleh generasi milenial. Padahal sektor pertanian merupakan salah satu penopang perekonomian bangsa Indonesia. Berangkat dari keprihatinan tersebut, aktivis milenial alumni Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada (UGM), Adhitya Herwin mencetuskan gerakan ‘Aku Petani Indonesia’.

Dalam keterangan tertulis Aku Petani Indonesia yang diterima redaksi, Senin (02/09/2019), Adhitya Herwin mengatakan ia membentuk gerakan Aku Petani Indonesia sekira 4 tahun silam dengan menyasar anak-anak muda.

“Saya bentuk gerakan Aku Petani Indonesia karena sebuah permasalahan yang saya hadapi saat kuliah dulu, banyak teman-teman yang merasa tidak bangga masuk ke Fakultas Pertanian, bahkan setelah lulus mereka tidak mau berkarya di sektor pertanian, dari problem ini akhirnya pada tahun 2016 saya membuat gerakan Aku Petani Indonesia ini” katanya selaku CEO Aku Petani Indonesia dalam diskusi kepemudaan yang digelar Youth Empowerment Association (YEA) UGM di Digilab Café FISIPOL UGM, pada 27 Agustus 2019 kemarin.

Dalam diskusi bertema “Pemuda Dalam Peran Kebangsaan” tersebut Adhit yang Presiden Mahasiswa UGM 2014  mengajak agar kaum milenial semakin mencintai sektor pertanian dan memupuk rasa bangga menjadi seorang petani. Ia menjelaskan, berbagai upaya sudah dilakukan oleh Gerakan Aku Petani Indonesia untuk meningkatkan minat anak muda pada sektor pertanian,

“Saat ini kami fokus pada pengembangan SDM penerus pertanian di Indonesia. Program-program yang kreatif menjadi cara utama kami dalam mensukseskan campaign regenerasi petani. Program yang kami lakukan antara lain Kuliah Whatsapp (Kulwa), Diskusi, Talkshow, Pameran, Digital Campaign, pembutan konten edukatif serta membuat Tani Muda Store di tahun 2019 ini,” bebernya.

Adhit dan kawan-kawannya di Gerakan Aku Petani Indonesia mengaku bangga menjadi petani diusia milenial,

“Kalau ditanya orang, kerjanya apa? saya pasti menjawab seorang petani” ungkap Adhit dengan guyonan khasnya.

Dalam acara yang sama, Chef Business Development Akusara Production, M Pradana Indraputra dalam presentasinya memaparkan terkait persaingan usaha. Menurutnya, persaingan saat ini sudah berbeda, baik dalam sektor usaha atau politik. Ia menekankan bahwa usia muda bukan berarti harus berada di belakang, namun harus di depan untuk memimpin perubahan,

“Kebetulan saya pernah mejadi sekjen salah satu partai nasional pada umur 26 tahun. Kita sebagai pemuda harus menjadi agen perubahan (agent of change), dulu waktu saya memimpin pengurus partai, banyak bawahan saya yang lebih tua, tapi itu bukan menjadi halangan untuk berkarya, saya buktikan dengan karya dan inovasi” ujarnya.

“Umur bukan lagi menjadi patokan kesuksesan, kalau dulu orang bilang mapan dan sukses harus di umur 45 tahun keatas, sekarang berbeda, buktinya sekarang CEO perusahaan start up di Indonesia umurnya rata-rata dibawah 30 tahun (under 30),” ungkap dana.

Alfreno Ramadhan sebagai penggagas organisasi YEA UGM dan ketua pelaksana acara mengatakan Youth Empowerment Association UGM adalah sebuah gerakan dan komunitas kepemudaan yang baru terbentuk tahun ini. Menurutya YEA UGM memiliki cita-cita untuk menjadi sebuah rumah bagi mahasiswa UGM yang kreatif, inovatif, peduli dengan kemajuan dan adaptif dengan perkembangan zaman saat ini,

“Peran pemuda dalam kebangsaan adalah hal yang tak terpisahkan. Pemuda saat ini harus mampu menjadi jawaban dalam menjawab segala tantangan yang dihadapi bangsa. Setidaknya berkarya dan mengabdi untuk lingkungan terdekat yaitu di Universitas Gadjah Mada,” ujar Alfreno.

Alfreno menambahkan Semua mahasiswa dari berbagai fakultas dapat bergabung bersama YEA UGM. salah satu kegiatan yang akan rutin dilakukan adalah diskusi kepemudaan yang akan mendatangkan pemuda-pemuda inspiratif dari berbagai latar belakang.

Diskusi kepemudaan YEA UGM kali ini adalah yang pertama, selain M Pradana Indraputra dan Adhitya Herwin Dwiputra juga dihadirkan Najmi Mumtaza Rabbany (Delegasi Pemuda Indonesia dalam KTT ASEAN 2019),

“Tujuan diadakan diskusi ini agar peserta memperoleh referensi dan pandangan tetang peran pemuda dari berbagai bidang. Harapannya setelah mengikuti diskusi kepemudan ini, para peserta dapat mengambil banyak pelajaran dan mampu membuat terus berprestasi di kancah Nasional bahkan Internasional. Bisa dalam bentuk bisnis, gerakan sosial dan prestasi lainnya,” tutup Alfreno. (kt1)

Redaktur: Faisal

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Powered by rasalogi.com