Oleh: Alwi Husein Al Habib*
Perempuan sebagai salah satu elemen penting dalam masyarakat dan salah satu sumber daya manusia yang turut mempengaruhi perkembangan pembangunan di sebuah negara, harus turut memainkan perannya dalam mewujudkan masyarakat yang berkeadilan, berpendidikan, dan beradab.
Bangsa Indonesia saat ini memerlukan sumber daya manusia yang memiliki kualitas yang baik. Pe-label-an yang dilakukan terhadap perbedaan antara perempuan dan laki-laki saat ini tidak boleh dijadikan sebagai alasan untuk membatasi pergerakan perempuan dalam pembangunan di Indonesia.
Makhluk mulia yang diberi peran melahirkan manusia adalah perempuan. Tidak hanya sebatas itu, perempuan juga dituntut untuk memberikan pendidikan dasar baik itu moral maupun agama, sebagaimana dijelaskan dalam hadist Nabi Muhammad mengatakan bahwa ibu adalah madrasah pertama bagi anaknya.
Selain itu, perempuan pun juga memiliki kesempatan yang sama dalam pembangunan sebuah negara. Peningkatan kualitas perempuan menjadi dasar untuk menciptakan pembangunan yang berkelanjutan bagi suatu bangsa. Rendahnya pendidikan dan ketrampilan perempuan, derajat kesehatan dan gizi yang rendah, serta terbatasnya akses terhadap sumber daya pembangunan akan membatasi produktivitas bangsa, membatasi pertumbuhan ekonomi, dan mengurangi efisiensi pembangunan secara keseluruhan. Dengan demikian upaya peningkatan kualitas perempuan dilakukan dalam rangka menciptakan kesetaraan hak-hak asasi dan keadilan sosial bagi perempuan dan pria, serta alasan efisiensi ekonomi dalam pembangunan yang berkelanjutan.
Salah satu tujuan dibentuknya Kohati adalah untuk membangkitkan kesadaran kader HMI-Wati terhadap tugas dan fungsinya sebagai seorang perempuan. Sebagai tiang negara, seorang perempuan, khususnya kader HMI-Wati harus mempunyai peran yang aktif dalam membina masyarakat Indonesia. Juga memperjuangkan kepentingan perempuan dalam mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender dalam rangka mewujudkan bangsa yang sejahtera, adil dan makmur.
Sebagai salah satu strategi memperluas missi Himpunan Mahasiswa Islam di segala aspek, memperkuat kualitas dan peranan Korps HMI-wati, KOHATI secara kelembagaan dan struktural adalah sebagai badan khusus dalam HMI yang prioritas tugasnya terkait dengan pemberdayaan perempuan dalam tubuh HMI, dalam kegiatannya harus selalu bersinergi dengan HMI yang dalam realitas kegiatannya penuh dengan kebijaksanaan yang dilandasi keimanan kepada Allah SWT, serta berpedoman pada Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga yang dioperasionalisasikan penjabarannya dalam Pedoman Dasar KOHATI.
Untuk menjawab beberapa kondisi perempuan saat ini, KOHATI memasifkan cara pengkaderannya terhadap kader HMI-Wati. KOHATI harus meningkatkan kualitas pendidikan HMI-wati, sebagai kaum akademisi, karena kader HMI-wati haruslah memiliki bekal pengetahuan yang mumpuni. KOHATI perlu memupuk rasa kepedulian terhadap lingkungan sosialnya dengan melakukan kajian-kajian dan diskusi publik yang masif tentang fenomena-fenomena yang terjadi dilingkungan sekitar. Hal ini perlu dilakukan agar KOHATI tidak hanya berani berbicara didepan kader HMI, akan tetapi kader HMI-Wati juga dapat meningkatkan kualitas berbicaranya didepan public.
Kemudian kajian-kajian tersebut pun harus diimplementasikan dengan cara mengadakan kegiatan turun lapang di lingkungan masyarakat. Hal ini perlu dilakukan agar KOHATI tidak hanya dapat berbicara dalam wacana, akan tetapi KOHATI dapat menciptakan kader HMI-Wati yang dapat mempertahankan eksistensinya dengan sikapnya yang menginspirasi dan baik dalam tutur katanya di depan masyarakat.
Sadar akan permasalahan seperti diuraikan di atas sejak awal Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) melalui Korps HMI-wati telah berusaha untuk berperan aktif dalam upaya peningkatan kualitas sumber daya mahasiswi dalam berbagai aspek yang terkait dengan masalah-masalah perempuan secara akademis.
53 tahun KOHATI berkontribusi untuk Negeri, hadir sebagai jawaban dari masalah-masalah yang dihadapi oleh Indonesia. KOHATI menyiapkan kader HMI-Wati yang mempunyai kualitas dalam berbagai aspek. Pesan penulis bagi KOHATI,jangan sampai HMI-Wati saat ini mereka terlalu memikirkan untuk mengembangkan dirinya sendiri tanpa melihat permasalahan-permasalahan dilingkungan sekitarnya. KOHATI harus menciptakan seorang HMI-Wati yang sesuai dengan tugas dan fungsi perempuan sebagai seorang anak, ibu, istri dan sosok yang mengayomi masyarakat, sesuai dengan bait terakhir dalam Mars Kohati, “Membina Masyarakat Islam Indonesia”- BAHAGIA HMI JAYALAH KOHATI. Wallahu a’lamu bi al-Shawab (*)
*Wakil direktur bidang pemberdayaan manusia di Center for Democracy and Religious Studies (CDRS) Kota Semarang, Mahasiswa Jurusan Tafsir Quran UIN Walisongo Semarang dan PTKP HMI Komisariat Iqbal