Menuju Sleman Berdaya Saing Global, FPPR Gagas Digitalisasi Pasar Rakyat

SLEMAN – Keberadaan pasar rakyat saat ini kian terhimpit oleh pasar modern dan pasar online. Sepinya pembeli membuat omzet para pedagang pasar rakyat, terus menurun.

Prihatin dengan kondisi tersebut, tokoh aktivis Forum Peduli Pasar Rakyat (FPPR) Sleman, Riyanto Kuncoro menggagas digitalisasi pasar rakyat,

“Kami sudah melakukan berbagai kajian mengenai problem menurunnya pembeli di pasar rakyat. Diantaranya, karena faktor SDM yang kurang mampu memanfaatkan teknologi. Padahal sekarang eranya sudah serba digital,” tutur Kuncoro dalam diskusi bersama Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI) Kabupaten Sleman di Angkringan Tengah Sawah, Bokoharjo, Prambanan, Sabtu (24/11/2019) malam.

Kuncoro menjelaskan, digitalisasi pasar  bukan berarti pedagang tidak berjualan di pasar lagi. Menurutnya digitalisasi yang akan digagas FPPR berbeda denga toko-toko online atau situs jual beli pada umumnya. Perangkat digital yang akan dibangun, kata dia, tak sekadar sarana promosi yang efektif sehingga menarik pembeli,

“Mirip tapi tidak sama. Kami tak hanya menyediakan dari sisi teknologinya tapi juga jaringan pendukung seperti ke koperasi-koperasi, petani, UMKM dan lainnya di seluruh Sleman. Semuanya nge-link, kita sinergikan untuk saling membesarkan,” katanya dalam diskusi bertajuk, ‘Penguatan Ekonomi Berbasis Pedesaan Menuju Sleman Sembada Berdaya Saing Global’ tersebut.

Ia menekankan, untuk menuju digitalisasi pasar, yang terpenting adalah bagaimana Sumber Daya Manusia (SDM) pedagang pasar dipersiapkan. Oleh karenanya dalam waktu dekat FPPR akan mengadakan pelatihan untuk pedagang pasar, serta memperkenalkan sistem digital yang sudah dipersiapkan. Kegiatan bekerjasama dengan goedangkita.id yang dimotori programmer-programer muda handal yang selama ini concern dalam pengembangan ekonomi pedesaan,

“Peningkatan kapasitas SDM ini sangat penting. Ini selaras dengan program Pemerintahan Presiden Jokowi. Banyak yang mengira pedagang pasar gaptek (gagap teknologi), karena bukan milenial lagi. Tapi anggapan itu saya kira keliru. Bukannya tidak bisa, tapi belum ada yang memberikan edukasi secara konkret. Ini kami mencoba mengawalinya,” ujarnya.

Mantan Anggota DPRD Sleman dua periode dari PDIP ini menjelaskan, selama ini kesannya konsumen jika beli di online atau toko modern lebih murah, tidak perlu biaya transport ke pasar misalnya. Sedangkan untuk toko modern, kata dia, lebih pada sisi kenyamanan. Namun hal itu menurutnya tidak sepenuhnya benar,

“Toko online misalnya, kelemahannya dari sisi kualitas kadang mengecewakan. Nah Padahal sebenarnya di pasar rakyat juga ada yang lebih murah, dan kualitasnya lebih terjamin, penjuanya jelas dikenal. Dari sisi kenyamanan, pasar rakyat juga sudah berbenah, sudah banyak pasar yang direvitalisasi. Dari sisi kelengkapan, jenis barang yang dijual jelas lebih lengkap. Ini yang perlu diingatkan kembali ke publik salah satunya, dengan sarana digital,” imbuhnya.

Di sisi lain, pasar rakyat di Sleman sebenarnya bisa mendukung sektor pariwisata yang selama ini menjadi salah satu andalan. Setiap pasar di Sleman, kata dia, memiliki kekhasan, baik dari komoditi maupun budaya pedagangnya.Tidak menutup kemungkinan, dengan digitalisasi pasar rakyat, ke-khasan masing-masing pasar menjadi daya tarik wisatawan baik nasional maupun manca negara,

“Intinya  bahwa pasar rakyat ini adalah salah satu penopang perekonomian, terutama bagi masyarakat menengah bawah. Ini yang harus dikembangkan dan jangan sampai tergerus oleh era digital, terlebih saat ini persaingan global tak bisa dielakkan lagi. Pasar Rakyat Sleman harus berdaya saing,” pungkasnya.

Sementara itu, sekretaris APPSI Sleman, Sigit Milu Wibawa mengaku sangat mendukung gagasan dari Kuncoro. Menurutnya, gagasan tersebut sangat brilian dan baru,

“Gagasan Pak Kuncoro ini sangat dibutuhkan oleh pedagang pasar rakyat saat ini, terutama di Sleman. Seorang pemimpin seharusnya memang begitu, tanggap dengan permasalahan rakyat kecil dan punya solusi konkrit. APPSI siap mendukung dan bekerjasama dengan FPPR untuk segera merealisasikan pasar digital ini,” ujarnya.

Sigit yang juga pedagang pasar Prambanan mengungkapkan, pedagang di pasar Prambanan hampir semuanya punya HP Android. Selain itu di Pasar Prambanan juga sudah ada fasilitas wifi. Namun demikian, fasilitas yang seharusnya bisa mendorong pedagang untuk bisa berinovasi dengan perangkat digital, justru hanya dimanfaatkan untuk media sosial yang kurang produktif,

“Jadi apa yang dicetuskan Pak Kuncoro ini benar-benar tepat. Terlebih beliau juga membuka jaringan untuk mengoptimalkan kunjungan ke pasar rakyat. Kami percaya beliau dan saya kira semua pedagang mengenal kiprah beliau dalam memperjuangkan aspirasi masyarakat saat di DPRD maupun di FPPR Sleman,” tutupnya. (rd)

Redaktur: Ja’faruddin. AS

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Powered by rasalogi.com