SLEMAN – Sejak beredar kabar Covid-19 atau virus Corona mulai masuk ke Indonesia, banyak sekolah – sekolah meliburkan siswanya belajar di kelas, dari tingkat Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) hingga Perguruan Tinggi (PT).
Sebagai sarana belajar anak didiknya, Guru Satuan PAUD Sejenis (SPS) An Nurumi, Candisari, Kalasan, Sleman, Fefin Dwi Setyawati, menciptakan inovasi Alat Permainan Edukasi (APE) perpaduan digital dan konvensional. APE tersebut berupa dongeng animasi bertema peduli lingkungan dan game (permainan) Tong Sampah Pintar dan Botol Kreatif.
Menurut Fefin, dongeng animasi dibuat layaknya film kartun berdurasi pendek menggunakan aplikasi video editing, dengan dubber (pengisi suara) sendiri, sehingga familiar di telinga anak – anak didiknya,
“Saya terinspirasi setelah merebaknya Corona sehingga selama 14 hari ke depan anak-anak belajar di rumah. Kebetulan saya hobi video editing. Dongeng animasi ini saya buat dengan durasi 7 menit, menggabungkan gambar – gambar karakter binatang yang lucu. Materinya bagaimana menjaga kebersihan, membuang dan memilah sampah dengan benar, agar tidak menimbulkan penyakit dan bencana,” katanya, Rabu (18/03/2020).
Dongeng animasi yang ia buat di-share di group whatsapp wali murid untuk sarana pembelajaran anak di rumah. Menurutnya dongeng adalah metode yang efektif untuk menyampaikan pesan kepada anak – anak PAUD. Dongeng animasi merupakan alternatif untuk menyampaikan pendidikan karakter kepada peserta didik yang merupakan generasi alfa, yaitu generasi yang lahir dan besar di tengah pesatnya teknologi digital. Di sisi lain juga untuk mereduksi pengaruh produk digital dari luar negeri, seperti film – film kartun yang kurang menanamkan rasa cinta tanah air Indonesia,
“Selain sebagai sarana belajar anak di rumah selama imbauan cegah Corona, ini sekaligus inovasi saya menjawab tantangan mendidik generasi alfa. Kebanyakan menganggap media digital tidak baik untuk anak – anak, sementara kita sebagai pendidik PAUD dituntut untuk mempersiapkan generasi unggul. Bagaimana mungkin dengan menjauhkan teknologi digital bisa mencetak generasi unggul di era digital?” tanya Fefin.
Fefin menjelaskan, dongeng animasi tidak berdiri sendiri, namun sebagai pengantar bermain permainan tong sampah pintar dan botol kreatif. Tong sampah pintar terbuat dari kardus bekas dengan hiasan contoh sampah. Misalnya, untuk sampah organik dengan daun kering dan non organik dengan botol dan plastik bekas. Dengan demikian anak – anak langsung bisa memilah sampah organik dan non organik dengan benar,
“APE yang saya buat sepaket. Ini adalah permainan yang menggabungkan antara digital dan konvensional,” terang Fefin yang pernah meraih juara II Pendidik PAUD Non Formal Berprestasi Tingkat Kabupaten Sleman Tahun 2019 ini.
Selanjutnya anak distimulasi kreatifitasnya dengan membuat karya dari sampah yang sudah dipilah, diantaranya membuat kerajinan pot bunga dari botol plastik bekas dengan cara yang mudah dan aman, kemudian di warnai dengan cat. Selain itu membuat wayang kardus berhias kulit bawang kering, sampah yang banyak terdapat di Dukuh Bendan yang merupakan sentra Ayam Goreng Kalasan. Wayang tersebut selanjutnya digunakan untuk bermain peran sebagaimana karakter dalam dongeng animasi,
“Kalau botol kreatif dibuat dari botol plastik bekas, karet sendal bekas, kawat, dan gunting. Ini alat mekanik sederhana pemotong kulit buah pisang yang mudah digunakan anak dan tidak membuat tangan kotor. Kulit buah pisang yang sudah dipotong kemudian dibuat pupuk organik,” ujarnya,
Pada akhir permainan anak – anak diajak menanam pohon dengan memanfaatkan hasil karya pot dari botol plastik bekas dan pupuk organik dari kulit pisang yang sudah dipotong dan dicampur bahan lainnya yaitu gula merah, air cucian beras dan larutan Em4,
“Setelah selesai bermain, anak-anak diajak cuci tangan dengan sabun. Mencuci tangan juga relevan dengan cara mencegah Corona. Orang tua di rumah bisa memutar dongeng untuk menstimulus anak bermain sambil belajar dan berkreatifitas seperti saat di kelas. APE tong sampah pintar dan botol kreatif, juga sangat sederhana, sehingga bisa dibuat orang tua di rumah,” ujarnya.
Ia berharap ke depannya, APE yang ia buat juga bisa menjadi alat edukasi peduli lingkungan untuk mencegah berbagai penyakit seperti yang saat ini berkembang, seperti virus Corona dan Demam Berdarah,
“Mudah – mudahan pemerintah segera bisa mengatasi virus Corona agar tidak sampai menyebar dan membahayakan masyarakat, sehingga anak – anak bisa kembali belajar di sekolah,” harapnya.
Sementara itu, salah seorang wali murid, Peny Arum Patmawati (30) warga Krajan, Tirtomartani, Kalasan, Sleman mengaku dongeng animasi dan permainan yang diciptakan Fefin, sangat menarik dan bermanfaat untuk anaknya. Menurutnya selama di rumah, anaknya, Astagina Lituhayu yang masih berusia 4 tahun, tetap semangat belajar di rumah. Ia juga rajin mencuci tangan,
“Sebagai wali murid saya sangat berterimakasih kepada Bu Fefin yang telah menciptakan dongeng animasi yang membuat Gina jadi sadar membuang sampah dengan baik, mencuci tangan dan kreatif,” pungasnya. (rd1)
Redaktur: Faisal