YOGYAKARTA – Tiara Yosianti Solekhah (17) tak pernah patah semangat berjuang dalam keterbatasan menggapai mimpinya untuk bisa mengenyam bangku kuliah. Terlahir dari keluarga dengan kondisi perekomonian pas-pasan tidak lantas menyurutkan asa meraih impian. Alhasil kesabaran dalam menjalani hidup dan ketekunannya belajar berhasil menghantarkannya diterima kuliah di Jurusan Statistik FMIPA UGM tanpa tes bahkan dibebaskan biaya kuliah hingga usai.
Tiara merupakan anak bungsu dari dua bersaudara pasangan Mujiono (55) dan Sumiyati (61). Sang ayah bekerja sebagai buruh bangunan dengan penghasilan sekitar Rp. 550 ribu per bulan dan menjadi satu-satunya tulang punggung keluarga.
“Ayah kerja jadi buruh bangunan yang kerjanya tergantung proyek. Jadi kalau ada proyek ya baru kerja,”kata Tiara saat dihubungi Senin (10/8).
Dia paham betul perjuangan sang ayah membanting tulang untuk menafkahi keluarganya tidaklah mudah. Dengan pendapatan yang tak menentu, untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari keluarga kecilnya itu masih jauh dari kata cukup. Kondisi keluarganya kian berat karena sang kakak mengidap gangguan jiwa sejak 10 tahun terakhir.
“Sering merasakan berat, terutama saat ayah tidak bekerja dan kakak “kumat” sehingga kondisi di rumah tidak karuan. Sedih dan akhirnya jadi tidak bisa konsentrasi belajar maupun beraktifitas,”ungkap alumnus SMA 8 Yogyakarta ini.
Ketika sedang berada di titik terendah, Tiara hanya bisa memasrahkan hidup pada sang pencipta. Dia yakin Tuhan tidak pernah mengabaikan umatnya yang terus berusaha. Di setiap kesulitan yang muncul pasti akan ada jalan keluar.
“Sesungguhnya di setiap kesulitan itu ada kemudahan, QS. Al Insyirah:6. Itu yang selalu saya jadikan pegangan untuk selalu mengingat Allah dan tidak pernah putus asa,” katanya.
Saat ini Tiara dan keluarga tinggal di sebuah rumah sederhana peninggalan sang kakek yang berada di Klitren Lor GK 3 no 353 RT 09, RW 03, Klitren, Gondokusuman, Yogyakarta. Di rumah berukuran 70 meter persegi itu juga ditinggali 2 keluarga lainnya yang merupakan saudara ayah Tiara.
Meski hidup dalam kondisi penuh keterbatasan, Tiara terus bertahan dan berjuang menggapai impiannya untuk bisa kuliah dan menjadi sarjana. Menurutnya, menuntut ilmu hingga perguruan tinggi sangat penting karena menjadi bekal masa depan mewujudkan kehidupan yang lebih baik.
Dia menyebut telah berkeinginan bisa kuliah sejak kecil. Kendati begitu dia tidak secara terang-terangan mengungkapkan hal itu ke orang tuanya. Terebih dengan kondisi keluarga yang serba terbatas. Namun ketika SMA Tiara memberanikan diri menyampaikan impiannya tersebut.
“Awalnya bilang ke ayah ibu, setamat SMA pengen kuliah di UGM. Sempat bimbang juga orang tua, tetapi akhirnya mendukung dan akan mengupayakan biaya sebiasanya,”paparnya.
Rupanya hasil tak pernah mengkhianati usaha. Kesabaran dan ketekunannya dalam belajar selama ini membuahkan hasil manis. Sejak SD hingga SMA Tiara selalu masuk peringkat 3 besar di kelasnya. Selain berprestasi di kelas, dia juga pernah menjuarai beberapa kompetisi saat SMA seperti juara 1 OSN Ekonomi tingkat Kota dan juara 2 lomba Flag Football tingkat provinsi. Tak hanya itu, gadis berkacamata ini juga berhasil memperoleh beasiswa KIP dari pemerintah sehingga dibebaskan biaya kuliah hingga delapan semester.
Tiara sangat bersyukur apa yang telah dicita-citakannya sejak lama akhirnya terwujud. Dia pun berjanji pada dirinya sendiri untuk terus tekun belajar agar bisa lulus tepat waktu. Setelah lulus nantinya dia berharap bisa segera mendapatkan pekerjaan dan bisa membahagiakan orang tuanya. (pr/kt1)