Kinerja Sektor Pertanian Jatim Menurun Dimasa Pandemi, Kadin Bedah Strategi Bersama Stakeholder

SURABAYA – Sektor pertanian bagi Jawa Timur menjadi salah satu sektor andalan yang memiliki kontribusi terbesar ke tiga terhadap ekonomi Jatim, yaitu sebesar 14,11 persen. Namun, kinerja pertanian di Jatim mengalami penurunan dimasa Pandemi. Pada Semester I/2020 turun sekitar -0,29 persen, jika dibanding semester 1/2019.

Sebagai upaya meningkatkan kinerja sektor pertanian, Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jawa Timur menggelar acara Kadin Jatim Talk – Diskusi dan sharing Pertanian Jatim dengan tema “Strategi pertanian hebat ditengah pandemi”, Jumat (18/09/2020).

Diskusi yang dilaksanakan secara daring tersebut dihadiri oleh stakeholder terkait di wilayah Jatim. Diantaranya, Kepala Bidang Hortikultura Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur, Raden Bagus Adhirasa, Direktur Utama PT. Petrokimia Gresik, Dwi Satriyo Annurogo, Sekjen Asosiasi Petani dan Pengolah Hortikultura Indonesia (ASPPEHORTI) Agus Salim dan Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Pertanian dan Pangan Kadin Jatim, Edi Purwanto serta Wakil Ketua Umum bidang Penerapan Teknologi Agrobis KADIN Jawa Timur, Yoke Candra Katon.

Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jawa Timur Adik Dwi Putranto mengatakan, sebagian besar pelaku pertanian telah merasakan dampak pandemi Covid-19. Hasil panen yang bisanya disuplai ke hotel dan restoran kini tak bisa lagi karena banyak hotel dan restoran yang tutup.

Menurutnya, petani kebingungan kepada siapa hasil pertanian mereka dijual. Karena kebijakan untuk tetap berada di rumah memiliki dua mata pisau yang berseberangan. Dan menurut survey memang terjadi penurunan pemesanan hasil panen dari pasar yang sangat drastis. Tanpa disadari, pelanggan di pasar mulai sepi,

“Pandemi Covid telah menyebabkan ketidakstabilan harga pasar yang dipicu oleh transaksi yang tidak semestinya sehingga mempengaruhi stabilitas supplay dan demand barang. Rantai pasokan juga melambat dan kekurangan akibat logistik mengalami kesulitan. Selain itu, kesehatan petani yang mayoritas relatif umurnya lebih tua dibanding dengan pekerjaan umum juga dapat menimbulkan kepanikan aktivitas petani,” katanya dalam pers rilis yang diterima redaksi, Jumat (18/09/2020).

Untuk itu, Adik menekankan perlu langkah strategis guna memacu kinerja pertanian baik dari sisi hulu atau on farm dan hilir atau off farm agar iklim usaha industri agro tetap stabil. Perlu gebrakan bagaimana distribusi produk pertanian yang dihasilkan petani bisa tetap terserap pasar di saat pandemi.

“Kadin Jatim bersama Aptiknas terus mendorong petani untuk memanfaatkan teknologi digital. Kadin Jatim juga telah bekerjasama dengan Meeber Teknologi Indonesia agar petani bisa berjualan lalui aplikasi meeber. Sehingga di masa pandemi ini petani bisa melakukan transaksi secara langsung, cepat, aman dan transparan, tanpa dikenai biaya sedikitpun,” ujar Adik.

Disisi lain, Kadin juga telah bekerjasama dengan PUM Netherland untuk peningkatan kualitas pengolahan pasca panen atau off farm. Program pendampingan UMKM agro ini sebenarnya telah dimulai di awal tahun ini, tetapi kemudian karena adanya pandemi Covid-19, Senior Expert yang dikirim dari Belanda di panggil untuk pulang. Kerjasama dengan PUM Netherlan ini juga telah dilakukan untuk peningkatan kualitas dan produktivitas komoditas apel di Batu atau on farm. Kerjasama ini akan terus kami lakukan di masa yang akan datang.

“Dari sisi pengembangan teknologi, Kadin Jatim juga telah menawarkan investasi teknologi pertanian kepada pengusaha Jepang. Jepang yang terkenal dengan teknologinya diharapkan mampu melakukan transportasi keilmuan atau transformasi teknologi pertanian kepada petani di Jatim,” imbuhnya.

Sementara itu, Kepala Bidang Hortikultura Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur, Raden Bagus Adhirasa mengatakan hal yang sama, bahwa pandemi memang telah mengakibatkan pertanian Jatim ikut terpuruk. Sejumlah persoalan muncul akibat adanya kebijakan pemerintah untuk melakukan pembatasan mobilisasi manusia selama masa pandemi.

Dalam hal ini, Dinas Pertanian Provinsi Jatim telah menerapkan strategi pembangunan pertanian menghadapi covid-19, Diantaranya adalah stabilisasi harga pangan dan membangun Buffer stock pangan utama di daerah. Selain itu Dinas Pertanian Provinsi Jatim juga berupaya menfasilitasi pembiayaan petani melalui KUR dan Asuransi Pertanian serta memperluas akses pasar melalui pengembangan toko tani dan usaha kemitraan.

“Untuk program jangka menengah, kami juga berupaya melakukan berbagai langkah strategis, diantaranya diversifikasi pangan lokal, supporting ke daerah-daerah defisit, antisipasi kekeringan, menjaga semangat kerja petani melalui bantuan saprodi dan alsintan, membentuk family farming serta mendorong kelancaran distribusi pangan,” ujar Raden Bagus Adhirasa.

Pada kesempatan yang sama, Direktur Utama Petrokimia Gresik, Dwi Satriyo Annurogo menyatakan komitmennya untuk mendukung penuh peningkatkan kinerja sektor pertanian di masa pandemi. Dukungan tersebut diwujudkan dengan menjamin kelancaran dan ketersediaan pupuk yang dibutuhkan petani.

Dwi menuturkan, bahwa saat ini produksi pupuk PT Petrokimia Gresik mencapai 8,9 juta ton. Dan Petrokimia juga telah diberi penugasan untuk menyalurkan pupuk subsidi sebesar 4,7 juta ton ke seluruh Indonesia. Untuk pupuk ZA dan SP 36 misalnya, Petrokimia ditugasi untuk mengamankan pasokan di seluruh Indonesia. Begitu juga dengan pupuk NPK dan Ponska juga hampir di seluruh Indonesia. Hanya untuk pupuk Urea saja yang penugasannya hanya untuk suplai pasok wilayah Jatim.

“Karena besarnya penugasan tersebut, maka kami tidak boleh berhenti. Kami tidak boleh terganggu supaya ketahanan pangan tidak terganggu. Untuk itu, di masa pandemi ini kami menerapkan protokol Covid-19 dengan sangat ketat. Kami melakukan Rapid tes dan swab tes setiap dua minggu untuk seluruh karyawan dan mitra kerja kami,” pungkasnya.(pr/kt3)

Redaktur: Hamzah

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Powered by rasalogi.com