Kementerian ESDM Tetapkan 20 Lokasi di DIY Menjadi Warisan Geologi

YOGYAKARTA – 20 lokasi di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) secara resmi ditetapkan sebagai warisan geologi (geoheritage) kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dengan Surat Keputusan (SK) Menteri ESDM Nomor 13.K/HK.01/MEM.G/2021. SK tersebut diserahkan oleh Kepala Badan Geologi RI, Eko Budi Lelono kepada Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X di Gedhong Pracimasana, Kompleks Kepatihan, Yogyakarta, Kamis (22/04/2021).

Menteri ESDM RI, Arifin Tasrif  yang memberikan sambutan secara daring mengatakan, DIY yang terdiri dari bentang alam pegunungan di sebelah utara dan pantai di sebelah selatan memiliki kondisi geologi yang sangat unik dan beragam. Hal tersebut terbukti dari berbagai situs geologi yang diusulkan DIY sebagai situs warisan geologi. Berdasarkan pertimbangan komponen geologi unggulan dan kriteria yang telah dilakukan, ditetapkan 20 lokasi warisan geologi dengan pemeringkatan, 10 lokasi ditetapkan sebagai warisan geologi lokal, 9 lokasi sebagai warisan geologi nasional, dan satu lokasi sebagai warisan geologi internasional.

Ia memproyeksikan keberadaan situs warisan geologi dapat memenuhi berbagai keperluan, seperti kegiatan penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan kebumian, pendidikan serta pelestariannya sebagai rekaman sejarah bumi. Melalui kegiatan geowisata maupun jenis pariwisata berkelanjutan lainnya, kata dia, warisan geologi sebagai objek juga dapat memicu pertumbuhan nilai sosial dan ekonomi di tingkat lokal, regional, maupun nasional.

“Untuk itu, perlu dilakukan upaya pelestarian dan perlindungan. Selain itu, untuk menunjang pengembangan pendidikan dan peningkatan ekonomi masyarakat, 20 lokasi ini dapat dimanfaatkan sebagai objek penelitian pendidikan dan pengembangan wisata. Semoga situs geologi yang telah ditetapkan ini dapat dikembangkan dengan konsep pembangunan berkelanjutan,” harap Menteri Arifin.

Sri Sultan HB X menuturkan, dari 22 permohonan yang diusulkan, 20 geosite ditetapkan sebagai geoheritage. Geoheritage di DIY yang telah ditetapkan  tersebar di empat kabupaten, yakni Kabupaten Kulon Progo, Sleman, Bantul, dan Gunungkidul. Geoheritage yang ada di Kulon Progo ialah Puncak Tebing Kaldera Purba Kendil-Suroloyo, Perbukitan Asal Struktur Geologi Widosari, Formasi Nanggulan Eosen Kalibawang, Goa Kiskendo, dan Mangan Kliripan-Karangsari.

Geoheritage yang ada di Sleman ialah Kompleks Perbukitan Intrusi Godean, Kompleks Batuan Merapi Tua Turgo-Plawangan Pakem, Aliran Piroklastik Bakalan, Tebing Breksi Piroklastik Purba Sambirejo, Rayapan Tanah Ngelepen, Lava Bantal Berbah, dan Batugamping Eosen. Sedangkan Geoheritage yang berlokasi di Bantul ialah Sesar Opak Bukit Mengger, Lava Purba Mangunan, dan Gumuk Pasir Parangtritis.

Sementara geoheritage yang berada di Gunungkidul ialah Gunung Ireng Pengkok, Gunungapi Purba Nglanggeran, Gunung Genthong Gedangsari, Bioturbasi Kali Ngalang, dan Gunungapi Purba Siung-Batur-Wediombo.

“Dengan pengukuhan ini akan membawa konsekuensi bagi kami (Pemda DIY) untuk berkomitmen penuh dalam menjaga, memelihara, dan mengembangkan 20 geosite ke arah terbentuknya rintisan geopark di daerah masing-masing,” tutur Sri Sultan.

Sri Sultan menjelaskan, geoheritage memiliki nilai tinggi yang perlu dilindungi dan diwariskan kepada generasi mendatang. Nilai-nilai tersebut terkandung dalam aspek ilmiah dan pendidikan, untuk riset dan pengembangan berbagai disiplin ilmu, diantaranya ilmu kebumian, budaya, serta pengembangan wisata,

“Harapannya, status geoheritage ini bisa mengedukasi masyarakat untuk mengelola obyek-obyek pengembangan wisata berbasis komunitas yang berdampak outcome, meningkatkan pendapatan masyarakat lokal-setempat,” harap Sri Sultan.

Sri Sultan juga berharap agar pihak kabupaten-kabupaten lokasi geoheritage memiliki ketertarikan untuk menjaga kawasan agar tidak rusak dan bisa memanfaatkannya untuk aktivitas apapun yang memungkinkan agar upaya menjaga dan melestarikan tetap ada, seperti aktivitas pariwisata.

“Karena ini semua juga bagian dari kekayaan Jogja, tidak hanya budaya dan tradisi. Kami hanya ingin memberikan nuansa, masyarakat Jogja juga dipenuhi dengan karakter-karakter alam untuk bisa dipahami, bisa ikut dijaga, dan bisa jadi pelaku yang menjaga. Ini juga identitas bagi peradaban yang sudah berproses dari dulu di Jogja,” imbuh Sri Sultan. (kt1)

Redaktur: Faisal

 

 

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Powered by rasalogi.com