YOGYAKARTA – Pandemi Covid-19 yang yang tak kunjung berakhir memperburuk pendanaan kesehatan di tanah air. Meski pemerintah telah mengalokasikan dana sebesar Rp 405,1 triliun untuk penanganan COVID-19, tetapi hal tersebut dinilai belum cukup karena sifat aliran dana yang relatif kaku dan lambat.
Peneliti Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan FKKMK UGM, dr. Jodi Visnu, M.P.H., mengatakan filantropi memiliki peran besar dalam melengkapi kehadiran program pemerintah dalam penanganan Covid-19. Gerakan filantropi terlihat saat Indonesia dilanda pandemi COVID-19 pada awal Maret 2020. Berbagai lembaga non-pemerintah bergerak mengumpulkan donasi tanggap COVID-19 dengan berbagai metode. Tak hanya donasi dalam bentuk dana, tetapi masyarakat juga menyumbang dalam bentuk barang seperti alat pelindung diri (APD) berupa masker, handschoen, hazmat suit, pelindung mata, dan barang lainnya.
“Dari catatan laman Filantropi Tanggap COVID-19 yang dikelola oleh Perhimpunan Filantropi Indonesia, kontribusi sektor swasta hingga akhir Juni 2020 telah mencapai angka Rp 905 miliar,” tuturnya, Selasa (24/08/2021).
Masyarakat Indonesia telah berkontribusi lewat donasi langsung ke penyelenggara layanan kesehatan maupun donasi lewat berbagai platform yang tersedia. Selebritas dan selebgram pun turut mendengungkan semangat berbagi dengan menjadi fundraiser dan memanfaatkan platform donasi.
“Dengan semangat gotong-royong dan solidaritas yang meningkat di masyarakat pada masa pandemi COVID-19, filantropi memiliki peran besar dalam melengkapi kehadiran program pemerintah,” terangnya.
Guna mengupas peranan filantropi dalam pendanaan kesehatan di masa pandemi COVID-19, PKMK FKKMK UGM mengadakan Forum Nasional II Filantropi Kesehatan secara daring pada tanggal 24-25 Agustus 2021. Kegiatan yang didukung oleh Health Policy Plus dan International Pharmaceutical Manufacturers Group ini akan menghadirkan enam belas pembicara dengan diskusi panel utama bersama keynote speaker Menteri Kesehatan RI, Ir. Budi Gunadi Sadikin, ChFC, CLU.
Sementara itu narasumber dalam panel lainnya adalah Ir. Trihadi Saptoadi, MBA. (Ketua Badan Pengurus Yayasan Tahija) dan Prof. dr. Ali Ghufron Mukti, M.Sc., Ph.D., AAK. (Direktur Utama BPJS Kesehatan), serta dipandu oleh dr. Jodi Visnu, MPH. (Peneliti dan Konsultan Filantropi Kesehatan PKMK FK-KMK UGM). Selain itu juga menghadirkan narasumber dari RSPI Sulianti Saroso, Perhimpunan Filantropi Indonesia, Rumah Zakat, Kementerian Kesehatan RI, dan Kementerian PPN/ Bappenas.
Jodi yang sekaligus menjabat Ketua panita Forum Nasional II Filantropi Kesehatan ini mengatakan tujuan diadakannya forum nasional ini salah satunya untuk mengeksplorasi peranan organisasi filantropi kesehatan dalam penanganan pandemi COVID-19. Lalu, mengeksplorasi keterlibatan filantropi untuk pembangunan kesehatan di Indonesia dan mengidentifikasi langkah kemitraan yang dapat dilakukan antar organisasi filantropi kesehatan.
Ia berharap lewat forum nasional ini dapat memberikan rekomndasi bagi pemerintah untuk melibatkan filantropi dalam sistem pendanaan untuk membantu masyarakat yang tidak mampu, akibat banyaknya masyarakat yang terdampak pandemi Covid-19. Disamping itu menjalin sinergi dan kolaborasi kemitraan antara pemerintah dan organisasi non-pemerintah agar setiap masyarakat mendapatkan hak untuk sehat secara menyeluruh. Lalu, pemerintah diharapkan membuka kerja sama dengan badan usaha lewat berbagai start up platform dalam rangka penyediaan bantuan berupa barang bagi masyarakat.
“Tantangan pelaku filantropi korporasi adalah mengubah bentuk filantropi agar tidak hanya berbentuk tanggung jawab sosial korporasi (CSR) jangka pendek, tetapi juga berupa bantuan yang berkesinambungan. Harapannya filantropi dalam sektor kesehatan dapat mendukung pencapaian target pembangunan nasional dalam RPJMN IV 2020-2024 maupun tujuan pembangunan berkelanjutan dan dilaksanakan secara integratif, sistematis, transparan, dan akuntabel,”paparnya. (pr/kt1)
Redaktur: Faisal