Bisa Pengaruhi Kunjungan Wisatawan, Dinas Pariwisata Dorong Kepolisian Usut Tuntas Kasus Klitih di Titik Nol

ilustrasi klitih
ilustrasi klitih

YOGYAKARTA – Klitih atau aksi kekerasan jalanan dengan pelaku bersenjata tajam kembali menggerkan Yogyakarta. Terlebih, para pelaku sudah berani beraksi di Titik Nol Kilometer Yogyakarta yang merupakan salah satu ikon pariwisata Kota Yogyakarta pada Selasa (07/02/23) yang lalu.

Terkait kejadian tersebut, Dinas Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta (Dispar DIY) mendorong kepolisian, agar segera mengungkap dan mengusut tuntas insiden memilukan tersebut.

“Para pelaku yang terlibat dalam tindak kekerasan jalanan itu harus mendapat tindakan tegas, karena sudah jelas-jelas mencoreng wajah pariwista Yogyakarta,” tutur Kepala Dinas Pariwisata DIY, Singgih Raharjo, Kamis (09/02/2023).

Singgih menilai tindak kekerasan jalanan di Titik Nol Kilometer Yogyakarta bisa berimbas negatif bagi sektor pariwisata. Sebab menurutnya, tempat kejadian perkara merupakan salah satu lokasi favorit yang banyak dikunjungi wisatawan yang dating ke Yogyakarta.

“Jadi sangat mudah tersebar secara masif di beragam media sosial,” ujarnya.

Ia sangat menyayangkan adanya insiden klitih di titik nol karena sektor pariwisata yang telah dibangun secara totalitas, bisa hancur.

“Semua upaya yang kami lakukan untuk kebangkitan pasca pandemi silam, bisa hilang begitu saja dengan adanya satu insiden seperti ini,” sesalnya.

Dikatakan Singgih, dunia pariwisata berkaitan erat dengan keamanan dan kenyamanan suatu daerah. Menurutnya, apa bila dirasa tidak ada jaminan keamanan dan kenyamanan, wisatawan juga enggan berkunjung.

Untuk menjaga keamanan dan kenyamanan tempat-tempat wisata di Yogyakarta, Singgih meminta aparat keamanan lebih peka dengan kondusifitas titik-titik krusial, seperti di titik nol kilometer yang masuk Kawasan Maliobro.

Selain itu, kata dia, Pemda DIY saat ini tengah berupaya menciptakan ekosistem keamanan dan kenyamanan dengan membangun kesadaran di lingkup masyarakat untuk bersama-sama mencagah potensi kejahatan jalanan.

Sebelum ekosistem tersebut berjalan, dinilai perlu  adanya penjagaan selama 24 jam  oleh apparat kemanan di kawasan Malioboro .

“Keamanan dan kenyamanan adalah kunci datangnya wisatawan,” tandas Singgih. (kt1)

Redaktur: Faisal

 

53 / 100

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Powered by rasalogi.com