YOGYAKARTA – Perintis Pondok Pesantren (Ponpes) Krapyak Yogyakarta, K.H.M Munawwir atau Kyai Munawwir yang dinilai berkontribusi besar untuk bangsa dan negara menjadi bahasan dalam Kuliah Subuh Akademi Hikmah yang diselenggarakan secara daring pada Rabu (02/08/ 2023) kemarin.
Kuliah subuh edisi 87 yang dilangungkan pada Puku 05.00 – 07.00 WIB tersebut menhadirkan tiga akademisi, yaitu Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd, M.A (Rektor UNY 2009-2017), Prof. dr. Hamam Hadi, M.S Sc.D, Sp.GK. (Rektor Universitas Alma Ata), dan Prof. Dr. H. Muhammad Chirzin, M.Ag (Guru Besar Tafsir Al-Qur’an UIN Sunan Kalijaga).
Kuliah Subuh dipandu Host Mahlani, S. Ag, M.Pd (Penyuluh Agama Islam Kmenag Kota Yogyakarta) dan moderator, Rr. Putri Ana Nuraini, SS,MM (Dosen UP 45). Acara dibuka dengan sambutan salah satu inisiator Akademi Hikmah, Dr. Khamim Zarkasih Putro (Dosen UIN Sunan Kalijaga).
Rr. Putri Ana Nuraini, SS,MM mengungkapkan, Kuliah Subuh Akademi Hikmah sudah pada edisi 87 mengangkat tema Belajar dari Para Pejuang Bangsa dengan meneladani sosok Kyai Munawwir Perintis Ponpes Krapyak. Adapun tajuk dari kuliah subuh tersebut adalah Doa Segala Hajat.
“Kyai Munawwir dikenal dengan ulama ahli Al-Qur’an dan tentunya di dalam Al-Qur’an itu ada doa segala hajat,” tutur putri dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (05/08/2023).
Dalam pemaparannya Prof. Dr. Rochmat Wahab mengungkapkan Kyai Munawwir punya kontribusi yang sangat besar bagi bangsa Indonesia. Keilmuannya di bidang Alquran diakui oleh semua kalangan.
Kyai Munawwir juga memiliki silsilah yang bersambung dengan Kyai Haji Hasan Besari yang merupakan tangan kanannya Pangeran Diponegoro. Hasan Besari memiliki putra Kyai Haji Abdullah Rasyid yang merupakan ayahanda dari Kyai Munawwir.
Dikisahkan baik Kyai Haji Hasan Besari maupun putranya Kyai Haji Abdullah Rasyid memiliki Obsesi untuk menjadi ahli Quran, namun keinginannya itu belum berhasil dituntaskan. Namun Allah mengabulkan keinginan keduanya melalui anak cucunya, yaitu Kyai Munawwir
“Nah inilah yang sangat menarik dan patut menjadi pelajaran kita semua bahwa diam-diam ternyata Allah menghadiahkan kepada Kyai Haji Al munawwirlah pada usia yang sangat kecil (menjadi ahli Al-Qur’an) dan tentu ini tidak bisa lepas dari ayah anda yaitu Kyai Haji Abdul Rasyid. Beliau (Kyai Munawwir) usia 9 tahun sudah belajar agama di haromain. Luar biasa. Jadi sebenarnya Obsesi keinginan kuat seorang orang tua itu tidaklah sia-sia,” ungkap Prof Wahab.
Prof Wahab menekankan penting sekali bagi setiap orang tua memiliki cita-cita besar dan disampaikan kepada anak cucunya, sehingga menjadi spirit untuk anak cucunya untuk mewujudkan obsesi orang tuanya.
Kyai Munawwir memiliki banyak guru. Selain ayahnya, ia berguru kepada 4 kyai besar yaitu Syekh Kholil bangkalannya, Kyai Soleh Darat Semarang yang juga gurunya dari Kya Hasyim Asy’ari (Pendiri NU) dan Kiai Haji Ahmad Dahlan.
Kyai Munawwir Juga berguru kepada Kyai Abdurrahman yang juga guru dari Kyai Dalhar Watucongol Magelang.
Sejak usia kecil Kyai Munawir itu sudah hafal Alquran 30 juz. Karenanya ketika nyantri ke Mbah Kholil di Bangkalan (Madura) ada kisah, Kyai Munawwir kecil justru ditunjuk menjadi imam shalat.
Prof. dr. Hamam Hadi mengungkapkan, ia yang merupakan Pendatang dari Cilacap Jawa Tengah pernah mondok di Krapyak. Menurutnya apa yang dirintis oleh Kyai Munawir yang sanadnya sangat jelas, adalah membumikan Quran. Mbah Munawir adalah diantara segelintir orang yang dapat belajar Alquran pada waktu itu.
“Mbah Munawir yang aslinya di awal-awal pendirian Pondok pesantren, santrinya hanya 6 sampai 10 ya, Sampai akhirnya sebelum wafat masih sekitar ratusan gitu, tetapi sesungguhnya yang lebih penting hebatnya seorang ulama, ilmuwan, Bagaimana ilmunya itu berkah dan manfaatnya itu indikatornya adalah seperti apa murid-muridnya, seperti apa asalnya dan akhirnya Seperti apa, itu yang luar biasa yang mungkin kita harus belajar dari Munawir,” ungkapnya.
Kyai Munawwir memiliki banyak murid hebat. Selain 9 putra putrinya salah satu murid yang menonjol diantaranya adalah Mbah Arwani Kudus.
“Di Kudus sampai sekarang sangat mengakar dan cabangnya banyak sekali, cabangnya itu ada di mana-mana di seluruh Indonesia, sangat kuat, biasa juga melahirkan para hafidz, ya, ribuan tentunya,” ujar Prof Hamam yang merupakan menantu dari Kyai Ali Maksum. Kyai Ali Maksum sendiriadalah mantu dari Kyai Munawwir
Di sisi lain, Prof. Dr. H. Muhammad Chirzin menegaskan, mempelajari Al- Qurian itu bukan fardhu kifayah tetapi fardhu ain. Setiap orang Islam harus mempelajari Al-Qur’an. Menurutnya mengapa murid-murid Kyai Munawwir banyak dan sukses karena dua sisi. Yang pertama, kata dia, karena Riyadhoh Kyai Munawir sendiri yang demikian rupa dan Riyadhoh para guru-gurunya, sehingga sejak kecil Kyai Munawir sudah bisa menghafal Alquran.
“Kesimpulan saya bahwa menghafal Alquran itu amat sangat membantu untuk mempelajari memperluas bidang keilmuannya. Jadi Kyai Munawir ini bukan hanya hafal Al-Qur’an dan bukan hanya ahli Al-Qur’an tapi juga atas dasar itu lalu ilmunya itu meluas,” kataya.
Yang kedua, kata Prof Chirzin, bahwa murid-murid murid-murid Mbah Munawir ini mendarat ya istilahnya istilah orang saya itu mendapat sawah ya mendapat pengaruh begitu rupa. Murid-murid itu memang belajar sungguh-sungguh.
“Yang kedua adalah berdoanya Kyai. Pastilah Mbah Kyai itu mendoakan untuk murid-muridnya. Jadi Rahasianya ada kalau orang Jawa punya ungkapan tumbuh oleh tutup, sinkron, murid itu bersungguh-sungguh selain guru juga bersungguh-sungguh tapi kekuatan guru dalam hal ini adalah Riyadhoh adalah doanya,” tukas prof Chirzin.***
Redaktur: Fefin Dwi S