Para peneliti Fakultas Peternakan UGM
JOGJAKARTANEWS.COM, YOGYAKARTA – Peneliti di Fakultas Peternakan (Fapet) Universitas Gadjah Mada (UGM) telah membuat program inovatif dalam pembentukan ayam lokal galur baru. Yaitu menyilangkan ayam lokal Kalimantan dengan ayam lokal Jawa Barat.
Ayam jantan asal Kalimantan yang pertumbuhannya bagus disilangkan dengan ayam betina lokal Jawa Barat yang produktif. Targetnya, hanya dalam 70 hari, berat ayam mencapai 0,8 kilogram lebih. Ayam galur baru ini bisa menjadi ayam konsumsi Dann ayam petelur.
“Kami menargetkan pembentukan ayam lokal galur baru dengan berat 0,8 kilogram yang dapat dipanen dalam waktu kurang dari 70 hari, tidak mengeram, dan tahan terhadap penyakit,” kata peneliti Peneliti dari Laboratorium Genetika dan Pemuliaan Ternak, Prof. Dyah Maharani, Ir., S.Pt., M.P., Ph.D., IPM dalam cara Fapet Menyapa, Kamis petang, 26 September 2024.
Inisiatif ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan protein masyarakat sekaligus mendukung ketahanan pangan nasional secara mandiri. Untuk mencapai tujuan ini, Fapet UGM menggunakan metode persilangan dan seleksi, dengan mengawinkan tiga bangsa ayam dari Kalimantan dan Jawa. Ayam tetua atau donor yang dipilih memiliki karakteristik spesifik; male line (pejantan) unggul dalam sifat pertumbuhan, sementara female line (betina) dikenal dengan produksi telur yang baik dan ayam tersebut memiliki cita rasa khas ayam kampung.
Hasil persilangan ketiga bangsa ayam tersebut, kata Dyah, diseleksi menggunakan metode Independent Culling Level yang mengevaluasi beberapa sifat secara bersamaan dalam satu generasi.
Kriteria seleksi ditentukan berdasarkan estimasi parameter genetik seperti heritabilitas untuk sifat tunggal dan repetabilitas untuk sifat yang berulang. Sifat-sifat yang menjadi kriteria seleksi meliputi bobot DOC (kluthuk), bobot pada umur starter, grower hingga 10 minggu, serta produksi telur dan sifat mengeram.
“Diharapkan, ayam lokal galur baru ini dapat dipanen lebih cepat, memberikan keuntungan bagi peternak dengan perputaran uang yang lebih pendek dan margin yang lebih tinggi,” kata Dyah yang juga ketua tim pembentukan ayam galur baru dari Laboratorium Genetika dan Pemuliaan Ternak, Fapet UGM tersebut.
Setelah mencapai generasi keempat, performa ayam diharapkan stabil dan siap untuk di-scale up produksinya bersama mitra industri Fapet UGM.
Inisiatif ini tidak bertujuan untuk menggantikan ayam broiler, melainkan untuk mensubstitusi produksi daging sebagai sumber protein alternatif bagi masyarakat yang berasal dari produk lokal Indonesia. Dengan demikian, pemenuhan target ketahanan pangan secara mandiri dapat segera tercapai, memberikan dampak positif bagi perekonomian lokal dan kesejahteraan masyarakat.
“Dengan program ini, Fapet UGM berkomitmen untuk berkontribusi dalam pengembangan sumber protein yang berkelanjutan dan berkualitas bagi masyarakat Indonesia,” ia menambahkan.
FULL