Tanamkan Kebhinekaan Sejak Dini, Siswa SD Idea Baru Ikuti Kelas Inspiratif Anti Hoax

SLEMAN – Sebagai upaya pembentukan karakter generasi bangsa yang unggul dan cinta tanah air kepada siswanya,  Sekolah Dasar (SD) Idea Baru, Kalasan, Sleman, Yogyakarta menyelenggarakan kelas inspiratif, Sabtu (14/09/2019).

Kelas inspiratif menghadirkan guru tamu sekaligus wali murid. Salah satunya adalah wartawan, Ja’farudin. AS yang juga direktur jogjakartanews.com. Dalam kesempatan tersebut,  ia menyampaikan materi  di kelas 1 A, dengan tema “Mengenalkan Profesi Wartawan: Mengajarkan Anti Hoax Sejak Dini untuk Membentuk Karakter Generasi Bangsa yang Jujur Berjiwa Pancasila dalam Bingkai Kebhinnekaan”.

Dalam menyampaikan materi kepada para siswa di salah satu SD favorit di Sleman tersebut, Ja’far menggunakan bahasa yang mudah dicerna anak-anak dan metode bercerita dan menghibur. Dalam menjelaskan apa itu hoax, ia menggunakan pembanding dongeng atau cerita rakyat dengan contoh berita bohong atau fitnah, serta contoh berita media massa baik koran, tv, dan media massa online yang merupakan cerita sesuai kenyataan.

“Kalau cerita seperti Malin Kundang itu tidak nyata, tapi tujuannya baik agar anak-anak tidak durhaka kepada orang tua. Penulisnya disebut Sastrawan. Kalau cerita bohong tapi membuat sesama teman bertengkar, itu namanya hoax. Penulisnya namanya pembohong. Kalau cerita di koran, di tv, di media massa online yang tidak bohong, itu namanya berita. Penulisnya adalah wartawan,” kata wali dari Muadz Fadi Abdalla Ja’far ini.

Dalam kesempatan tersebut, selain menceritakan pengalaman sebagai wartawan yang banyak kenal dengan tokoh-tokoh nasional, sudah keliling Indonesia dan pernah ke luar negeri, Jafar juga mengajarkan cara menulis berita dengan metode sederhana. Siswa diminta menulis singkat kisah perjalanan dari berangkat sekolah sampai pulang sekolah, dengan narasumber orang tua dan wali kelasnya,

“Berita itu menceritakan tentang Apa?, Siapa?, Kapan?, Dimana?, Mengapa? dan Bagaimana?. Ada wawancara atau bertanya kepada narasumber. Ternyata anak-anak sudah bisa membuat cerita yang memenuhi unsur penulisan berita. Namun yang terpenting adalah memotivasi anak-anak agar jujur dan giat belajar, karena hoax itu muaranya tidak jujur dan kurang pengetahuan,” ujar mantan Kepala Biro Koran Meteor (Jawa Pos) wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) ini.

Wali Kelas 1 A, Sobirin,S.Pd.I mengatakan, mengenalkan istilah hoax menjadi penting untuk disampaikan kepada anak-anak didiknya. Menurutnya hoax berkorelasi dengan pendidikan karakter, yaitu kejujuran. Selain itu juga berkaitan dengan pembentukan jiwa nasionalisme, menjaga persatuan bangsa dan negara,

“Kita tahu, saat ini hoax menjadi salah satu persolan dalam kehidupan masyarakat, karena akibat buruknya bisa menimbulkan pertengkaran, perpecahan antar sesama anak bangsa Indonesia,” imbuhnya.

Meski masih kelas 1 SD, siswanya bisa mengikuti materi dengan baik dan antusias, terbukti dengan banyak yang berani bertanya kepada guru tamu.

“Harapannya siswa bisa memetik pelajaran lain yang belum terakomodir dalam kurikulum, lebih termotifasi untuk lebih giat belajar dan berprestasi. Selain itu, dengan keterlibatan wali murid, akan semakin mengeratkan silaturahmi antara sekolah dan wali murid serta sesama wali murid itu sendiri untuk bersama-sama memajukan pendidikan untuk putra putrinya di SD Idea Baru,” harapnya.

Sementara itu, Kepala Sekolah SD Idea Baru Yogyakarta, Mudawati, S.Pd. SD mengatakan, kelas inspiratif digelar untuk menjawab tantangan jaman, dimana siswa harus mempunyai kecakapan abad 21, yaitu dia bisa berpikir kritis, membangun komunikasi, menggali, menyampaikan ide dan gagasan.

“Diharapkan siswa akan lebih mengerti, lebih memahami, apa yang dia pelajari dari sumbernya atau dari praktisinya langsung, sehingga lebih detail,”

Kelas inspiratif juga untuk memotivasi belajar siswa. Ketika siswa mempuyai cita-cita, ia akan lebih termotivasi untuk belajar karena mempunyai keinginan yang ingin diraih,

“Sehingga tumbuhlah motivasi belajar. Kalau sudah termotivasi pasti dia (siswa) akan melakukan semaksimal mungkin termasuk belajar semaksimal mungkin untuk meraih prestasi tersebut,” ujarnya

Selain itu, kelas inspiratif untuk memberikan gambaran kepada siswa tentang profesi yang beragam, tidak hanya yang kebanyakan anak-anak tahu,

“Profesi itu tidak hanya yang berdasi, yang PNS atau sebagainya, tapi ada lebih banyak dari itu ada profesi desain grafis, ada pesulap, ada arsitek, wartawan dan sebagainya yang mungkin untuk anak SD itu belum terlintas. Anak-anak juga dapat mengerjakan atau menghasilkan karya yang tentunya dengan bimbingan seorang praktisi,” pungkasnya. (rd2)

Redaktur: Fefin Dwi Setyawati

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Powered by rasalogi.com