Membumikan Pancasila: Refleksi Hari Kesaktian Pancasila

Oleh: Mukharom*

Memperingati Hari Kesaktian Pancasila yang jatuh pada setiap tanggal 1 Oktober setiap tahunnya, tidak terlepas dari peristiwa bersejarah G30S/PKI yang memakan korban para Jenderal terbaik Indonesia dan imbasnya sampai ke seluruh wilayah nusantara. Disinilah dasar negara kita diuji, Pancasila sebagai ideologi bangsa tidak tergoyahkan dan patut bersyukur karena tidak tergantkan dengan ideologi manapun walaupun nyawa sebagai taruhannya.

Pancasila memiliki kedudukan sangat penting dalam negara sebagai philosofiscche grondslag yang digagas Soekarno sebagai fundamen, filsafat, pikiran yang sedalam-dalamnya, jiwa, hasrat yang seedalam-dalamnya untuk diatasnya didirikan negara Indonesia. Negara Indonesia juga berdiri diatas weltanschauung, dasar negara bagi Indonesia sebagai negara bangsa.

Sila-sila dalam Pancasila dirumuskan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, yaitu: Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan berdab, Persatuan Indonesia, dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, serta untuk mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Sudah menjadi ketentuan ketatanegaraan sebagai suatu kesepakatan serta doktrin kenegaraan, bahwa Pancasila adalah pandangan hidup, ideologi bangsa Indonesia serta “sumber segala sumber hukum” Indonesia. Artinya, bahwa Pancasila adalah pandangan hidup, kesadaran dan cita-cita moral yang meliputi suasana kejiwaan dan watak dari rakyat negara yang bersangkutan serta menjadi tempat berpijak atau bersandar bagi setiap persoalan hukum yang ada atau muncul di Indonesia, tempat menguji keabsahan baik dari sisi filosofis maupun yuridis.

Implementasi Pancasila dalam kehidupan sehari-hari bisa kita jalani dengan mengetahui nilai-nilai yang terapat dalam Pancasila, nilai-nilai yang terdapat dalam Pancasila adalah nilai yang menjadi tujuan bangsa Indonesia yang ingin diwujudkan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan berneegara. Nilai-nilai tersebut antara lain adalah: nilai keimanan, nilai kesetaraan, nilai persatuan dan kesatuan, nilai mufakat dan nilai kesejahteraan. Adapun penjelasan sebagai berikut, Pertama, Nilai Keimanan: Dengan keimanan manusia yakin bahwa Tuhan menciptakan dan mengatus semesta. Apapun yang terjadi di dunia adalah atas kehendakNya, dan manusia wajib untuk menerima dengan keikhlasan. Kedua, Nilai Kesetaraan: Menempatkan kedudukan manusia tanpa membedakan jender, suku, ras, golongan, agama, adat dan budaya. Ketiga, Nilai Persatuan dan Kesatuan: keadaan yang menggambarkan masyarakat majemuk bangsa Indonesia yang terdiri atas beranekaragamnya komponen namun mampu membentuk suatu kesatuan yang utuh. Keempat, Nilai Mufakat:Suatu sikap terbuka untuk menghasilkan kesepakatan bersama secara musyawarah. Keputusan sebagai hasil mufakat secara musyawarah harus dipegang teguh dan wajib dipatuhi dalam kehidupan bersama. Kelima, Nilai Kesejahteraan:Kondisi yang menggambarkan terpenuhinya tuntutan kebutuhan manusia, baik kebutuhan lahiriah maupun batiniah sehingga terwujud rasa puas diri, tenteram, damai dan bahagia. Kondisi ini hanya akan dapat diccapai dengan kerja keras, jujur dan bertanggung jawab.

Mewujudkan nilai-nilai Pancasila di dalam kehidupan sehari-hari dapat ditempuh antara lain berusaha membina kehidupan sesuai dengan petunjuk Pancasila yaitu dengan mengembangkan keselerasan, keserasian dan keseimbangan dalam hidup manusia sebagai pribadi maupun makhluk sosial, baik dalam hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan alam lingkungan, hubungan manusia dengan masyarakat, bangsa dan negara maupun dalam mengejar kemajuan lahiriah dan kebahagiaan rohaniah. Dengan memahami nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila yang tentu masih akan berkembang sesuai dengan dinamika kehidupan bangsa Indonesia.

Di era globalisasi, hubungan antar bangsa demikian erat, maka untuk membangun masyarakat modern harus membuka diri agar tidak tertinggal oleh kemajuan bangsa-bangsa lain. Ketika meletakan dasar-dasar negara modern, kita tidak saja menyerap masuknya modal, teknologi, ilmu pengetahuan dan keterampilan dari luar, akan tetapi terbawa pula masuknya nilai-nilai sosial dan politik yang beasal dari kebudayaan lain. Oleh karena itu yang lebih penting adalah bagaimana kita memahami dan membumikan Pancasila dalam segala segi kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. (*)

*Penulis adalah Dosen Fakultas Hukum Universitas Semarang (USM) dan Mahsiswa Program Doktor Ilmu Hukum (PDIH) Universitas Diponegoro (UNDIP) Semarang

 

 

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Powered by rasalogi.com