Merawat Multidimensi Politik, Merawat Demokrasi

Oleh : Akmal Nur Abadi*

Indonesia kini akan memasuki babak baru dalam perjalanan demokrasi pertarungan pilpres mendatang. Sudah tidak adanya lagi calon presiden petahana tentunya akan menciptakan kontestan baru pada Pilpres 2024 nanti.Dampak pilpres kemarin tentu masih kerap terasa karenapanasnya dinamika yang terjadi antara kubu yang bertarung. Ditambah lagi dengan bergabungnya Prabowo di kabinet Jokowi sebagai Menteri Pertahanan mengejutkanberbagai pihak karena notabene beliau adalah lawan Jokowi pada pilpres kemarin.

Kontestasi politik memang tidak mudah ditebak, sebab politik memang permainan yang dinamis. Perubahan dalam jangka waktu yang singkat sudah menjadi peristiwa yang biasa. Namun, dibalik itu semua ada yang perlu diperbaiki agar dinamika danpolarisasi politik yang terjadi tidak mengakibatkan perpecahan. Kedewasaan dalam berpolitik perlu terus dibangun agar rakyatpun bisa tercerdaskan dengan dinamika politik yang ada.

Indonesia sebagai negara demokrasi memang selalu menyimpan berbagai problematikakarena perbedaan dan persaingan politik. Hal tersebut terjadi karena masih adanya ketidakmapanan politik di Indonesia. Salah satu sebabnyakarena masih banyaknya kalangan yang memasukkan unsur-unsur kepentingan golongan dalam berpolitik.

Hal tersebut sejatinya memang wajar terjadi, namun harus proporsional dan bijak dalam mengambil langkah politik. Para aktor politik harus pandai melihat kondisi kapan mendahulukan kepentingan segelintir golongan atau kepentingan semua golongan. Apabila hal tersebut diabaikan, maka akan merusak wajah politik Indonesia sendiri.

Peran Partai Politik

Wajah demokrasi Indonesia tidak terlepas dari dinamika dan pertarungan partai politik yang terjadi. Partai politik sebagai bagian dari pilar demokrasi Indonesia perlu ditata dan disempurnakan agar bisa maksimal dalam fungsi dan peranannya menyalurkan aspirasi dan mencerdaskan rakyat, bukan malah mengadu domba rakyat.

Selama ini partai politik masih acapkali menjadi sumber noda yang mengotori wajah politik Indonesia. Maka wajar masih adanya stigma dari masyarakat bahwa politik itu kotor karena banyaknya politisi partai yang sering terjerat kasus kasus korupsi, penyalahgunaan kekuasaan dan hal-hal lain yang tidak semestinya lakukan.

Partai politik bisa eksis karena dukungan rakyat. Maka dari itu partai politik seharusnya menjadi agen yang berpihak pada rakyat. Partai politik yang baik adalah yang ikut bersama-sama memberantas korupsi, kejahatan, ketidakadilan, dan diskriminasi yang terjadi, bukan malah ikut menjadi bagian didalamnya. Dengan begitu, maka rakyatpun akan ikut tercerdaskan dan memperbaiki wajah politik dan demokrasi Indonesia. (*)

*Penulis adalah Presiden Ponpes Bina Insani Semarang dan Aktivis HMI Walisongo

 

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Powered by rasalogi.com