Khayalan Ilmiah Awal Tahun 2021: Temukan Obat Corona dari Orang Gila

Oleh: El Aulia Syah*

Tahun 2021 menjadi tahun harapan setelah mimpi berkepanjangan selama 2020. Ya, serasa mimpi bagi bangsa masyarakat dunia, khususnya Bangsa Indonesia, harus hidup di tengah Pandemi Covid-19. Sesuatu yang mungkin tak pernah terbayangkan sebelumnya. Mungkin, jika ada orang yang berusia lebih dari 103 tahun, pandemic Covid-19 menjadi noltalgia masa bayi. Sebab, Covid-19 bukan satu-satunya pandemi yang dihadapi dunia dan Indonesia khususnya. Pada 1918, flu spanyol juga menyebar luas ke segala penjuru dunia di tengah berkecamuknya perang dunia. Banyak ragam pemikiran atas datangnya wabah yang mendunia ini. Ada yang menganggap musibah, ujian, cobaan, atau kutukan. Apapun itu, Pandemi harus dihadapi. Mau tak mau. Meski seperti mimpi, ini adalah kenyataan.

Jika berandai-andai, ada manusia yang berusia 120 tahun yang masih sehat jasmani rohani dan cukup terpelajar, mungkin kita bisa bertanya, tips dan trik menghadapi pandemi. Tentu jika benar-benar sehat walafiat dan tidak pikun, orang itu mampu menceritakan pengalaman pribadinya dan bisa menjadi inspirasi dunia menghadapi pandemi. Sebab, pada masa pandemi flu spanyol 1918, dia berusia 17 tahun. Artinya, memori otaknya cukup bagus untuk menyimpan kenangan-kenangan dimasa susah itu. Sayangnya,  sampai hari ini tak ada manusia setua itu yang masih hidup dengan kondisi segar bugar jasmani dan rohaninya.

Terpaksa, saat ini masyarakat dunia harus mentaati anjuran pemerintah di negaranya masing-masing yang berdasarkan anjuran dokter,  ahli yang paham tentang seluk-beluk panyakit. Suka tidak suka, harus melaksanakan aturan pemerintah, demi menjaga diri, keluarga dan masyarakat. Pandemi tak bisa disepelekan. Virus tak kasat mata. Bahkan, dokterpun bisa meninggal karenanya.

Namun ada ironi yang sebenarnya bisa menginspirasi jika dipikirkan. Ketika banyak pakar dan ahli berkutat dengan riset di laboratorium dengan perlengkapan dan pakaian yang serba higienis untuk mencari vaksin, di jalan-jalan perkotaan di Indonesia masih tak jarang kita jumpai orang-orang yang tak peduli dengan pandemi. Mereka nampak sehat dengan pakaian seadanya yang jauh dari kata higienis. Bahkan, hanya menutupi ‘alat vitalnya’ atau bahkan ada yang telanjang tanpa rasa malu. Ya, itu yang sering kita sebut orang gila.

Dari sekian kasus kematian akibat Covid-19, belum pernah terdengar ada komorbid gila (sakit jiwa). Kebanyakan jantung dan penyakit berat sejenisnya. Mengapa? Tentu jawaban yang paling sederhana; “Orang gila kok dipikirin”. Entahlah, apakah itu jawaban atau ketidak pedulian orang yang mengaku waras namun sedang khilaf sebagai manusia. Orang gila juga manusia. Mereka bagian dari isi semesta seperti kita, seperti virus, bakteri dan makhluk yang barangkali tak pernah manusia temukan namun ada di dunia. Mereka makhluk Tuhan.

Membandingkan ilmuwan yang sedang bekerja mencari vaksin dengan orang gila di jalan yang entah sedang mencari apa, tentu tidak aple to aple. Namun jika konteksnya pandemi setidaknya sangat bisa dibanding-bandingkan. Mengapa misalnya, ilmuwan itu tidak meneliti kenapa orang gila di jalan tanpa protokol kesehatan, bisa nampak sehat? Setidaknya pastikan, apakah mereka benar-benar bebas Covid-19, atau sebenarnya terpapar tapi tidak dirasakan, atau tidak peduli – Tepatnya mungkin tidak ada yang mempedulikan-.

Jika mereka terpapar, atau bahkan positif Covid-19, tentu mereka wajib dikarantina agar tidak berdampak kepada masyarakat luas. Mereka, orang-orang gila di jalan mobilitasnya juga tinggi. Barangkali tidak berinteraksi dengan masyarakat, namun jika seseorang terkena covid-19, harus ada perlakuan khusus karantina kesehatan. Bahkan ketika meninggal duniapun harus dikebumikan secara khusus agar virus yang masih bersemayam di jasad tak menggerus orang-orang yang masih hidup di sekitarnya.

Ilmuwan legendaris, Albert Einstein pernah berujar “A question that sometimes drives me hazy: am I or are the others crazy?”. Ya si jenius itupun pernah meragukan apakah sebenarnya dia yang gila atau orang lain?. Atau jangan-jangan di tengah pandemi, kita semua menjadi Gil….. Semoga tidak. Salam sehat, salam waras.(*)

*Penulis adalah penggiat Forum Muda Lintas Iman Yogyakarta

 

 

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Powered by rasalogi.com