Rumah bibit di Gombang, Ponjong, Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (foto: PLN EPI)
JOGAJARTANEWS.COM, GUNUNGKIDUL — Embun masih menempel di pucuk daun kaliandra saat matahari perlahan menembus perbukitan kapur Kalurahan Gombang, Kapanewon Ponjong, Gunungkidul. Di lahan yang dulu gersang dan berbatu, kini hamparan hijau terbentang. Suara pompa air berdengung lembut, pipa-pipa menyemburkan air dengan ritme teratur, dan semua dikendalikan oleh energi listrik serta teknologi Internet of Things (IoT).
Inilah Rumah Bibit Cerdas Gombang, sebuah inovasi pertanian modern hasil sinergi antara PLN Energi Primer Indonesia (PLN EPI), Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, dan masyarakat setempat. Program Electrifying Agriculture yang dijalankan PLN EPI telah mengubah wajah pertanian desa menjadi lebih efisien, cerdas, dan ramah lingkungan.
Dari Ember ke Sensor: Transformasi Petani Desa
Bagi Satiman, Ketua Gapoktan Tani Mulya, perubahan itu bukan sekadar soal teknologi, melainkan kisah nyata tentang bagaimana listrik menghidupkan kembali semangat di tanah kering. Ia masih ingat betapa sulitnya menyiram tanaman satu per satu saat kemarau tiba.
“Dulu semua dikerjakan manual. Kalau kemarau, kami kerepotan menyiram satu-satu pakai ember,” kenang Satiman, tersenyum mengingat masa-masa berat itu, Senin, 20 Oktober 2025.
Kini, ia cukup mengawasi dari layar ponsel. Sensor digital mengatur kapan air harus mengalir, seberapa lama pompa bekerja, dan berapa banyak air yang dibutuhkan tanaman. Semua serba otomatis dan presisi.
“Sekarang semua diatur lewat sistem listrik dan sensor. Air tidak terbuang, tanaman tumbuh lebih baik,” ujarnya.
Rumah bibit ini mengelola 1,5 hektare area pembibitan yang ditanami pohon kaliandra dan indigofera. Kawasan pengembangannya mencapai 30 hektare — sebagian besar merupakan Sultan Ground, tanah milik Keraton Yogyakarta yang dipinjamkan tanpa biaya untuk kemaslahatan warga.
Listrik yang Menghidupi, Bukan Sekadar Menerangi
Kaliandra dan indigofera yang tumbuh di Gombang memiliki nilai strategis. Selain bernilai ekonomi, keduanya menopang ekosistem energi bersih. Ranting dan batang kaliandra dapat diolah menjadi bahan baku biomassa pengganti batu bara, sedangkan daun indigofera menjadi pakan bergizi tinggi bagi kambing peranakan Etawa, sapi potong, hingga ayam kampung unggul milik warga.
“Sekarang kami bisa mandiri. Listrik membuat kerja lebih efisien, hasil panen stabil, dan biaya operasional jauh berkurang,” ujar Satiman dengan nada optimis.
Bagi warga Gombang, listrik kini bukan hanya penerang malam, tetapi sumber kehidupan yang menumbuhkan kesejahteraan.
PLN EPI: Menyalakan Energi, Membangkitkan Kemandirian
Menurut Mamit Setiawan, Sekretaris Perusahaan PLN EPI, program Electrifying Agriculture merupakan langkah konkret dalam mendukung transisi energi bersih sekaligus meningkatkan produktivitas masyarakat desa.
“Rumah bibit di Gombang ini menjadi bukti bahwa transformasi energi tidak hanya terjadi di pembangkit listrik, tapi juga di lahan pertanian,” ujarnya.
Dengan penerapan sistem otomatis, petani dapat menekan biaya operasional hingga 40 persen. Tak ada lagi pompa berbahan bakar minyak, dan pekerjaan penyiraman yang dulu menyita waktu kini bisa dilakukan hanya dalam hitungan menit.
“Dampaknya langsung terasa: waktu kerja berkurang, air lebih hemat, hasil lebih stabil, dan petani lebih sejahtera,” tambah Mamit.
PLN EPI juga membekali warga dengan pelatihan berkelanjutan agar mampu mengelola bibit, pakan, dan energi secara mandiri. Semua diarahkan menuju konsep Desa Berdaya Energi — di mana masyarakat menjadi pelaku utama pembangunan energi bersih berbasis potensi lokal.
Restu dari Tanah Sultan
Keberhasilan Rumah Bibit Cerdas Gombang tak lepas dari dukungan Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Melalui RM Gusthilantika Marrel Suryokusumo, Ketua Bebadan Pangreksaloka, Keraton memberikan izin penggunaan Sultan Ground tanpa biaya, sebagai bentuk tanggung jawab sosial dan komitmen pada keberlanjutan.
“Keraton Yogyakarta selalu mendukung program yang berorientasi pada keberlanjutan. Tanah Sultan Ground ini kami izinkan digunakan agar memberi manfaat ekologis dan ekonomis bagi warga,” ujar Gusti Marrel.
Ia menegaskan, arahan Sri Sultan Hamengku Buwono X sangat jelas: tanah keraton harus memberi manfaat sebesar-besarnya bagi rakyat.
“Ngarso Dalem (Sultan) berpesan agar lahan ini tidak hanya produktif, tetapi juga edukatif. Karena itu, kami dorong ke arah pengembangan agro-eduwisata berbasis energi hijau,” katanya.
Dari Gombang untuk Indonesia
Menjelang senja, cahaya keemasan menyelimuti rumah bibit di Gombang. Di antara deretan polybag, bibit-bibit muda tumbuh tegak seolah menyerap semangat baru. Di sisi lain, petani sibuk menyiapkan pakan hasil olahan daun indigofera untuk ternak mereka.
Dari lahan yang dulu kering dan sepi, kini mengalir kehidupan. Listrik telah menyalakan bukan hanya lampu, tapi juga harapan. Di tanah Sultan ini, kolaborasi antara tradisi, teknologi, dan energi bersih berpadu indah. Dari Gombang, Gunungkidul, tumbuh harapan hijau untuk masa depan Indonesia — setetes demi setetes, setanam demi setanam.
FULL