BANTUL – Prosesi pemakaman Raja Keraton Surakarta Hadiningrat, Sri Susuhunan Pakubuwono atau PB XIII, berlangsung penuh haru dan khidmat di Kompleks Makam Raja Imogiri, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), pada Rabu (5/11). Ratusan warga dari berbagai daerah tumpah ruah memadati area makam, menjadi saksi penghormatan terakhir bagi sang raja.
Sejak pagi, sekitar pukul 08.00 WIB, suasana kompleks makam Mataram Islam tersebut telah ramai dipenuhi masyarakat yang ingin menyaksikan prosesi bersejarah ini. Puncak kedatangan jenazah PB XIII terjadi sekitar pukul 12.35 WIB di pelataran Imogiri.
Tangga Haru dan Lantunan Doa
Perjalanan menuju peristirahatan terakhir sang raja di Kompleks Makam Imogiri menjadi momen yang paling menyentuh. Sepanjang 409 anak tangga yang harus dilalui, rombongan keluarga, abdi dalem, dan masyarakat melantunkan doa dan kalimat tauhid tanpa henti. Suasana haru dan penuh penghormatan menyelimuti prosesi yang digelar dengan tata krama adat Jawa yang kental.
Bupati Juru Kunci Kadipaten Imogiri, KPH Djoyo Adilogo, menjelaskan alur prosesi pemakaman yang diawali dengan serah terima jenazah dari pihak Keraton Surakarta.
“Ini nanti prosesi sampai sini kita cek lagi petinya, lalu dipindah ke tandu putih. Setelah itu ada prosesi penyerahan dari Senopati Lampah, Kanjeng Raden Mas Haryo Suryo, yang kemudian diserahkan kepada saya,” ujar Djoyo Adilogo di sela prosesi.
Usai serah terima dan disholatkan di masjid, jenazah kemudian dimakamkan. Djoyo Adilogo menjelaskan bahwa PB XIII dimakamkan di kompleks PB XII, ayahanda beliau, karena lokasi makam untuk kompleks kedhaton PB XIII masih dalam proses pembangunan.
Demi kelancaran prosesi inti, pihak Juru Kunci menyampaikan permohonan maaf kepada masyarakat karena area bangsal utama disterilkan untuk kepentingan keluarga. “Kalau masuk ke kompleks bangsal 10 mohon maaf kita sterilkan dulu untuk keluarga. Takutnya kalau ramai justru mengganggu prosesi. Tapi masyarakat tetap boleh menyaksikan dari luar tangga,” jelasnya.
Harapan Harmoni Antar Keraton
Salah satu kerabat Keraton Yogyakarta, Gusti Bendara Pangeran Hario (GBPH) Yudhaningrat, yang hadir dalam prosesi, menyampaikan duka cita mendalam sekaligus harapan bagi masa depan Keraton Surakarta.
“Beliau diberi kesempatan panjang, kesabaran, dan kebahagiaan hingga akhir hayatnya. Harapan kami, Keraton Surakarta Hadiningrat bisa lebih maju, lebih makmur, dan lebih adil,” tutur adik tiri Sri Sultan Hamengku Buwono X ini.
GBPH Yudhaningrat juga menekankan pentingnya kelancaran dan kedamaian dalam suksesi kepemimpinan di Keraton Solo pasca-meninggalnya PB XIII.
“Kami berharap suksesi berjalan lancar tanpa hal-hal yang kurang baik… Karena Solo dan Jogja ini sama, seorang raja diharapkan bisa menghantarkan rakyatnya selamat dunia dan akhirat,” tutupnya, memberikan penekanan pada peran sentral seorang raja Jawa.
Prosesi pemakaman PB XIII berakhir menjelang sore, menyisakan suasana khidmat dan penghormatan mendalam. Seluruh elemen masyarakat yang hadir terus memanjatkan doa, mendoakan almarhum raja agar mendapatkan tempat terbaik di sisi Tuhan Yang Maha Esa (YME). (olv)
Redaktur: Fefin Dwi S














