YOGYAKARTA – Aktivis 98, John Tobing menyerukan agar Mahasiswa sebagai agen perubahan menyatakan perang terhadap hoaks dan ujaran kebencian. Pencipta lagu ‘Darah Juang’ yang biasa dinyanyikan para aktivis pergerakan saat aksi demonstrasi ini, meminta mahasiswa milenial agar lebih progresif dari zamannya,
Tobing menjelaskan, dulu ia dan kawan mahasiswa seangkatannya melawan rezim otoriter Orde Baru (Orba), karena kebebasan berpendapat sangat dibatasi. Selain itu, era Presiden Soeharto, akses media untuk menuangkan aspirasi juga ditutup oleh militer. Oleh karenanya, ia menciptakan lagu ‘Darah Juang’ itu untuk mem-viral-kan (menyebarluaskan) semangat perlawanan rakyat Indonesia terhadap penindasan,
“Tapi kalau sekarang justru kebebasan berpendapat tanpa batas, terutama melalui Sosmed (Sosial Media), sehingga yang terjadi malah saling bertikai antar sesama anak bangsa. Kebebasan ekspresi kian tak terkendali, sehingga memunculkan berita bohong, hoaks dan ujaran kebencian. Itulah sejatinya musuh kita sekarang. Maka saya harap adik-adik mahasiswa ini lebih progresif berkarya nyata, berbuat konkret untuk bangsa. Caranya, dengan merawat kerukunan bangsa tanpa hoaks dan ujaran kebencian,” tegasnya dalam Orasi Kebangsaan yang digelar Aliansi Mahasiswa Jogja (AMJ) di Hotel Satya Nugraha, Jl. Sorowajan Baru No.16, Tegal Tanda, Banguntapan, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Jumat (09/11/2018) siang.
Di sisi lain, Tobing menyoroti elit-elit politik yang justru sengaja memelihara berkembangnya hoaks dan ujaran kebencian, bahkan sengaja menciptakannya ditahun politik jelang Pemilihan Umum (Pemilu) 2019. Fenomena tersebut, kata dia, harus bisa dibaca oleh mahasiswa, sehingga tidak terbawa arus untuk diadu domba,
“Itulah mengapa saya tidak tertarik masuk dunia politik. Ditahun Politik ini mahaswa jadilah peserta Pemilu yang cerdas. Jangan hanya karena perbedaan pilihan politik, mau digoreng dan dibentur-benturkan dengan sesama anak bangsa melalui hoaks dan ujaran kebencian yang banyak diembuskan para elit politik tak bertanggung jawab itu,” tandasnya di hadapan sekira 100 mahasiswa peserta Orasi Kebangsaan.
Ketika sesi dialog dibuka, peserta orasi kebangsaan yang berasal dari berbagai perguruan tinggi di Yogyakarta, antusias menyampaikan pertanyaan kepada Tobing. Pada akhir acara, Tobing yang sebenarnya masih dalam masa penyembuhan paska terkena stroke, melakukan perform (pertunjukan) menyanyikan lagu-lagu inspiratifnya sembari memetik gitar. Tiga judul lagu ia bawakan, yaitu Tanah, Pak Dul dan Darah Juang. Ketiga lagu tersebut merupakan potret realitas rakyat Indonesia, dimana di negeri yang kaya raya ternyata tak sedikit yang hidup dalam kemiskinan dan ketertindasan,
“Semangat lagu darah juang yang saya ciptakan 1992 ini masih relevan dengan era saat ini. Masih banyak rakyat kita hidup miskin. Banyak rakyat tak punya tanah untuk bangun rumah. Inilah ironi di negeri yang kaya raya ini. Oleh karenanya mari kita banyak berbuat dan berkarya untuk memajukan bangsa, bukan saling menghujat dan berpecah belah,” pesan alumni Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada ini.
Sementara itu, Ketua AMJ, Abd. Waris mengungkapkan, Orasi Kebangsaan dengan mengundang orator tunggal John Tobing diselenggarakan bekerjasama dengan organisasi mahasiswa daerah, yaitu Keluarga Mahasiswa Sumenep Yogyakarta (KMSY) dan Keluarga Mahasiswa Pamekasan Yogyakarta (KMPY). Menurutnya Tobing adalah sosok aktivis senior yang namanya tak lekang oleh waktu,
“Bagi kami aktivis mahasiswa, beliau adalah legenda hidup. Maha karyanya lagu Darah Juang telah menjadi lagu wajib kami, lagu pemersatu gerakan mahasiswa selama ini. Harapannya dari beliau kita mendapatkan suntikan semangat untuk melawan segala bentuk propaganda dan upaya memecah belah persatuan bangsa seperti hoaks dan ujaran kebencian, apalagi menjelang tahun politik 2019 ini,” ujarnya.
Selain orasi kebangsaan, kata Waris, dalam kesempatan yang sama AMJ juga menyampaikan sikap kebangsaan untuk menyikapi maraknya hoaks dan ujaran kebencian jelang pemilu 2019. Pernyataan sikap tersebut menurutnya perlu untuk dilakukan demi mencegah potensi disintegrasi bangsa dan ancaman terhadap ideologi Negara karena hoaks dan ujaran kebencian yang kian marak,
“Kami Aliansi Mahasiswa Jogjakarta siap mendukung dan siap berperan aktif menjaga Pancasila, UUD 45, Bhinneka Tunggal Ika dan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, serta bekerjasama dengan segenap komponen bangsa Indonesia untuk menjaga dan menjamin rasa aman, tentram serta damai dalam kehidupan masyarakat,” tuntasnya. (rd)
Redaktur: Ja’faruddin. AS