Perlunya Peran Orang Tua dalam Pendidikan Seks Anak

MARAKNYA kasus pelecehan seksual pada anak menjadi sebuah keprihatinan yang luar biasa. Ketika anak seharusnya mendapat kondisi yang aman untuk mereka berproses, malah justru mendapat pelecehan seksual yang sangat tidak seharusnya mereka terima. Ditengarai degradasi moral akibat globalisasi yang membawa kebebasan barat menjadi pemicu orang dewasa bertindak keji terhadap anak.

Tidak seharusnya anak-anak menjadi korban kejahatan nafsu orang dewasa. Anak yang seharusnya berproses menjadi generasi bangsa selanjutnya justru akan kehilangan rasa percaya dirinya. Ketakutan dan trauma atas kejadian yang dialami membuat semangat mereka surut dalam menjalani kehidupan. Terlebih, mereka jadi enggan untuk bersosialisasi dengan orang lain disekitarnya.

Akibat banyaknya kasus pelecehan seksual sekarang ini, orang tua harus lebih berhati-hati. Ketika orang tua anak menghadapi masalah dan tidak tahu harus bagaimana membuka mulut untuk memulai pembicaraan, sering kali orang tua mengambil tindakan pasif atau mengira diserahkan kepada guru di sekolah untuk mengajar anak dengan lebih layak. Sebenarnya nilai pandang dan sikap orang tua itu sendiri terhadap seks merupakan siklus belajar bagi anak-anak. Jika menerima penyampaian seks yang menyimpang (dari media) atau menerima informasi tentang seks yang salah, orang tua mempunyai kewajiban untuk segera memberikan bimbingan yang tepat dan mengklarifikasi permasalahan, juga harus mencegah agar informasi dari media yang tidak sehat tidak menyerang masuk ke dalam keluarga.

Sebenarnya keluarga merupakan siklus yang paling penting dalam melaksanakan pendidikan seks. Orang tua harus siap memberikan pendidikan seks setiap saat karena sifat anak yang selalu ingin tahu terhadap seks yang kemungkinan bisa muncul sewaktu – waktu, sebagai orang tua harus selalu siap dan harus dapat menyesuaikan diri, serta memanfaatkan kesempatan untuk memberikan bimbingan. Misalnya, ketika menonton TV bersama anak, lalu muncul tayangan kekerasan atau pun pelecehan seksual, orang tua harus segera memberikan bimbingan kepada anak agar anggota tubuhnya sendiri tidak dibiarkan sembarangan disentuh oleh orang lain, ini merupakan suatu konsep untuk menghormati dan menghargai tubuh sendiri.

Wajib bagi orang tua memberi teladan dan bimbingan lisan secara bersamaan karena sikap dari pelaksana pendidikan seks sangatlah penting, sikap dan kelakuan dari para orang tua sering kali menjadi panutan bagi anak-anak mereka, menjadi bahan perbandingan, bersamaan itu juga dicerminkan dalam tingkah lakunya. Jika orang tua sendiri memiliki sikap seks yang tidak tepat, misalkan menganggap seks itu kotor, tabu dan berdosa, maka bisa mempengaruhi secara langsung konsep seks pada diri anak-anak.

Orang tua harus bisa menerima pertanyaan dan memberi jawaban yang tepat sehingga orang tua perlu memperkaya diri dengan pengetahuan dan informasi tentang seks yang benar, dan ketika anak mengajukan pertanyaan, harus didengar dan dipahami motif di balik pertanyaan anak itu, mengklarifikasi masalah dari anak, serta memberi jawaban yang sederhana dan tepat.
Menghormati dan privasi adalah konsep penting yang perlu orang tua ajarkan didalam pendidikan seks, biarkan anak dalam penjelajahan rasa ingin tahunya tentang seks, mereka juga belajar menghormati orang lain. Memberi bimbingan jangan sembarangan menjamah bagian tubuh yang bisa membuat orang lain tidak nyaman, misalnya bagian dada dan bagian tubuh sensituf yang lain.

Pendidikan seks bila dilakukan oleh orang tua sebagai orang yang paling dekat bagi si anak akan dapat membuat anak merasa aman selama dalam proses penjelajahan terhadap masalah seks. Dan dengan peran orang tua untuk berkomunikasi dalam keluarga secara positif dapat membuat anak mengerti bagaimana mencegah berperilaku negatif. Penyampaian pengetahuan seks secara benar, akan menentukan nilai pandang dan sikap mereka terhadap seks. Dari pendidikan seks ini diharapkan dapat mengantisipasi terjadinya pelecehan seksual pada anak, karena melalui pendidikan seks, anak sudah memperoleh beberapa pengetahuan yang biasa menjadikannya tameng apabila terjadi kasus pelecehan seksual. []

Penulis: Nurul Utami, Mahasiswa PGSD FIP Universitas Negeri Yogyakarta (UNY)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Powered by rasalogi.com