Tangkal Ancaman Modern, Mahasiswa Diminta Aktif dalam Bela Negara

YOGYAKARTA – Mahasiswa merupakan posisi tertinggi dalam proses seseorang mencari pengetahuan, maka mahasiswa layak mempelopori sebuah pemahaman bahwa negara ini tidak hanya membutuhkan lambang negara maupun simbol-simbol pemersatu yang ada, namun lebih dari itu bahwa mahasiswa seharusnya secara aktif turut serta dalam bela Negara.

Gagasan tersebut mengemuka dalam seminar bertema ‘Mahasiswa Sebagai Garda Terdepan Dalam Memperkokoh rasa Persatuan dan Kesatuan Menuju Bangsa Yang Berbudaya’ di Asrama Kujang, Baciro, Gondokusuman,Yogyakarta, Jumat (05/09/2014), malam.

Dalam seminar yang terselenggara bekerjasama dengan Kesbang Pemkot Yogyakarta, hadir tiga pembicara, yaitu akademisi Universitas Widya Mataram Yogyakarta sekaligus praktisi hukum, Hartanto, SH.M.Hum; Kasi Ops Kodim 0734/Yogyakarta, Lettu Subando; dan Kepala Dinas Kesbang Kota Yogyakarta, Drs Sukamto.

Dalam seminar yang diikuti mahasiswa-mahasiswa daerah yang menempuh studi di Yogyakarta, tersebut, Hartanto berharap agar mahasiswa juga berperan menjadi “Patriot Pancasila”.

“Adanya disintegrasi bangsa, dan degradasi moral saat ini adalah karena sudah tidak banyak lagi patriot-patriot Pancasila. Ini yang harus kembali diperankan oleh mahasiswa,” ucapnya di hadapan peserta mahasiswa dari luar daerah yang belajar di beberapa perguruan tinggi di Yogyakarta.

Sementara dalam paparannya Subando mengatakan bahwa ancaman di era moderen jauh lebih berbahaya daripada ancaman fisik. Menurutnya ancaman moderen bisa masuk dengan mudah melalui melalui media internet. Ancaman tersebutbisa berupa berbagai propaganda termasuk adu domba antar sesame warga negara.

“Oleh karenanya sebagai generasi muda harus menanamkan “Wawasan Kebangsaan” agar mampu dan sensitif untuk mengantisipasinya dan menjadi tenaga pendorong yang memiliki kemauan dan kemampuan bela Negara,” ungkapnya.

Sementara Sukamto, memberikan materi ‘Pancasila Milik Kita’ mengatakan bahwa mahasiswa dari luar daerah yang menuntut ilmu di Yogyakarta juga harus merasa memiliki Yogyakarta,

“Bahwa orang Yogyakarta bukan sekadar orang yang lahir dan tinggal di Yogyakarta, tetapi lebih luas bahwa orang Yogyakarta adalah orang yang merasa memiliki (handarbeni) Yogyakarta, termasuk mahasiswa yang belajar di Yogyakarta,” tuturnya.

Seminar yang dimulai pukul 20:00 Wib berlangsung sangat interaktif, dan selesai pukul 22:15.Pada akhir materinya Sukamto secara spontan memberikan hadiah doorprize kepada beberapa peserta seminar, sebagai bentuk apresiasi atas aktifnya peserta dalam seminar.

Sebelumnya, Sukamto juga membuka acara seminar mewakili Wakil Wali Kota Yogyakarta, Imam Proyono yang berhalangan hadir karena padatnya agenda.(pr)

Redaktur: Rudi F

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Powered by rasalogi.com