Sultan Dukung Peneliti EDP Cegah Wabah DBD dengan Bakteri

YOGYAKARA – Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X memberi dukungan kepada Tim peneliti Eliminate Dengue Project (EDP) untuk menanggulangi wabah Demam Berdarah Dengue (DBD) di Yogyakarta.

Menurut Sri Sultan Kematian DBD biasanya disebabkan oleh keterlambatan penanganan. Orang tua atau keluarga kerapkali kurang peka untuk mengetahui gejala-gejala penyakit DBD secara dini. Oleh karenanya, tutur Sultan, yang dilakukan tim Pemeliti EDP dalam upaya menanggulangi DBD dengan cara memberikan informasi kepada masyarakat, sangat diharapkan pemda DIY.

“Mencegah sakit itu lebih penting, ketimbang harus mengobati,” tutur Sultan saat menerima kunjungan Tim Peneliti EDP dari Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada (UGM) di kantor Gubernur Kepatihan Yogyakarta, Jumat (10/10/ 2014).

Dalam pertemuan tersebut peneliti dari tim EDP, Prof. Adi Utarini tim EDP melaporkan perkembangan penelitian pelepasan nyamuk yang mengandung bakteri Wolbachia di wilayah Nogotirto dan Kronggahan, Sleman.

Dijelaskan Adi Utarini Bakteri Wolbachia adalah bakteri alami yang terbukti mampu menghambat penyebaran virus dengue di dalam tubuh nyamuk. Bakteri tersebut, kata dia, ditemukan di 70% serangga di seluruh dunia termasuk Indonesia.

Lebih lanjut dijelaskan Adi Utarini, EDP melakukan penyebaran Wolbachia dengan cara melepas nyamuk Aedes Aegypti ber-Wolbachia ke beberapa wilayah penelitian di Bantul dan Sleman.

“Diharapkan nyamuk ini akan kawin dengan nyamuk setempat dan menghasilkan keturunan yang mengandung Wolbachia yang pada akhirnya mampu menekan penyebaran virus dengue pada manusia. Metode ini aman bagi manusia, hewan dan lingkungan,” katanya.

Menurutnya, Wolbachia mampu berkembang di lingkungan alaminya di Nogotirto dan Kronggahan, Sleman hingga saat ini, berkat dukungan pemerintah dan masyarakat setempat.

Adi Utarini juga menyampaikan rencana kegiatan penelitian EDP selanjutnya yang akan dilakukan di beberapa wilayah di Kabupaten Bantul.

Riset EDP-Yogya, kata dia, dilakukan oleh Fakultas Kedokteran UGM dan didukung sepenuhnya oleh Yayasan Tahija, Indonesia. 

“Selain Indonesia, riset ini juga dilakukan oleh negara-negara kolaborator lain seperti Australia, Brazil, Vietnam, Singapura dan Kolombia,” ungkapnya dikutip dari situs resmi UGM

Pada pertemuan kali ini Sri Sultan HB IX didampingi oleh Kepala Dinas Kesehatan DIY, dr. Arida Oetami., M.Kes, Ketua Dewan Riset Daerah, Ir. Bayudono MSc dan juga Kepala Bidang Pengendalian Penyakit dan Masalah Kesehatan (PM2K), Dinas Kesehatan DIY, drg.Daryanto Chadorie MKes. (pr/Humas UGM)

Redaktur: Rudi F

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Powered by rasalogi.com