JAKARTA – Warga Ring 1 Pabrik Semen Indonesia yang terdiri dari desa Tegaldowo, Timbrangan, Pasucen, dan Kajar di Kecamatan Gunem serta Desa Kadiwono di kecamatan Bulu, menyampaikan aspirasi bersama dengan menegaskan apabila mayoritas penduduk pada dasarnya sangat mendukung terhadap pendirian pabrik Semen Indonesia di Rembang. Hal itu seperti disampaikan oleh warga Ring 1 diakhir kunjungan silaturahmi ke beberapa tempat di Jakarta seperti kantor PBNU, Komnas HAM, sekretariat PMII, menggunakan angkot sewaan.
“Jumlah warga yang menolak itu sedikit. Tapi ada pihak luar yang mengolah sehingga terkesan besar dan banyak,” kata Dwi Joko, warga Desa Tegaldowo, Kecamatan Gunem, Rembang, Jumat (10/4/15).
Menurut Joko, selama tiga hari kunjungannya ke sejumlah tokoh, organisasi, dan media nasional di Jakarta, juga menyampaikan hal serupa. Ia juga mengisahkan bahwa keberadaan tambang bukan hal baru di wilayahnya. Menurutnya, sejak dekade 1970an, pertambangan sudah terjadi di desa-desa tersebut.
“Selama ini, hasil tambang dibawa dan diolah di luar Rembang. Sehingga, dengan kehadiran pabrik Semen Indonesia di Rembang, yang dioah di Rembang sendiri, menjadikan hasil tambang Rembang memiliki nilai tambah yang lebih besar,” lanjutnya.
Meski begitu, warga Ring 1 lainnya, Suharti, tidak menampik adanya fakta sebagian warga yang tidak setuju dengan pendirian pabrik Semen Indonesia di Rembang. Namun menurutnya, hal itu bukanlah sebagai bentuk perpecahan melainkan dinamika sosial yang wajar terjadi dimana saja. Warga desa Tegaldowo itu menilai adanya beda pendapat sebagai hal yang lumrah dan menurutnya tidak perlu dibesar-besarkan. (baca juga: Kartini Rembang Juga Ikut Tolak Pembangunan Pabrik Semen Indonesia).
Suharti mencontohkan, pertemuan warga Ring 1 dengan Sukinah yang selama ini menolak Semen Rembang di kantor Komnas HAM di Jakarta berlangsung penuh persaudaraan. Pelukan hangat dan salaman antara warga Ring 1 dengan Sukinah menurutnya salah satu bukti warga Rembang tetap saling menghargai warganya yang kurang sependapat.
“Pelukan itu bukan menunjukkan kami sudah damai dan sependapat. Tapi pelukan itu menunjukkan persaudaraan dan kedamaian kami bertetangga di desa itu tetap terjaga dan di atas perbedaan pendapat di antara kami,” pungkas Suharti. (Why)
Redaktur: Herman W.