Jenis Wisata Satu Ini Sering ‘Makan’ Korban, Tapi Tetap Diminati

YOGYAKARTA – Siapa yang tidak suka, melepas penat dengan touring menikmati indahnya pegunungan dengan pohon-pohon hijau nan indah di sekelilingnya, semua orang pasti suka. Sensasi pemandangan alam sekitar yang menakjubkan, jalan berkelok-kelok dan bertebing merupakan salah satu faktor yang membuat orang betah berwisata di pegunungan. Apalagi, jika puncak gunung terlihat dengan jelas dan sangat dekat dengan mata, menakjubkan!

Tetapi, tak sedikit yang justru ingin menikmatinya dengan sensasi yang berbeda dengan tak hanya memandangi puncak dengan pohon-pohon indah sekelilingnya, melainkan ‘menaklukkan’ puncak gunung tersebut dengan tracking. Salah satu gunung yang sering menjadi favorit untuk tracking di Indonesia diantaranya ada di Yogyakarta, yaitu Gunung Merapi.

Gunung teraktif di dunia ini sering menjadi obyek tracking mahasiswa baik dari kalangan organisasi pecinta alam maupun kelompok-kelompok tertentu untuk hanya sekedar ingin hiburan yang berbeda sekaligus menuntaskan rasa penasaran. Meski, tak jarang hiburan dengan berwisata ekstrim ini kerap memakan korban jiwa. Terakhir, mahasiswa dari Universitas Atmajaya Yogyakarta bernama Erri Yulianto dinyatakan terjatuh dan hilang di kawah Merapi pada Sabtu (16/05/2015) pukul 11:00 WIB.

Hingga saat ini, tim Rescue Merapi beserta Tim dari UAJY masih melakukan pencarian. Banyak kalangan mengatakan kecil kemungkinan Erri ditemukan dalam kondisi yang menggembirakan kecuali kita bersama-sama terus berdo’a dan berharap kebaikan menyertai Erri.

Kejadian yang menimpa Erri tentu hanyalah contoh dari sekian banyak peristiwa nahas yang dialami mahasiswa saat tracking. Namun nyatanya kejadian-kejadian tersebut tak menyurutkan minat sejumlah kalangan, termasuk mahasiswa untuk melakukan tracking, ada saja yang ingin melakukannya.

Pemerhati dari Love Earth Yogyakarta (LEY) Yeni Suarni menyarankan agar mahasiswa atau siapapun yang ingin melakukan tracking agar benar-benar memperhatikan faktor keselamatan dan mengabaikan segala hal yang bersifat berbahaya untuk dilakukan, sekalipun itu membuatnya penasaran untuk melakukannya.

“Rasa penasaran tak harus selalu diikuti, kalau berbahaya tinggalkan saja. Karena biasanya jiwa muda itu rasa penasarannya tinggi sehingga kadang kala tak mengukur tingkat kemampuan fisik dirinya dengan bahaya sedang yang dihadapi,” katanya kepada Jogjakartanews.com, Minggu (17/05/2015) malam.

Ia juga mengaku prihatin dan turut bersedih atas kejadian yang menimpa mahasiswa UAJY. “Saya berharap segera ditemukan dan berharap mu’jizat menyertainya,” harap Yeni. (Ning)

Redakturnya: Rudi F 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Powered by rasalogi.com