YOGYAKARTA – Penurunan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) yang ditetapkan pemerintah sejak Selasa (05/01/2016) ternyata tidak diimbangi dengan kelancaran distribusi. Sehari paska penurunan harga, Rabu (06/01/2016), BBM di sejumlah daerah mengalami kelangkaan, termasuk di wilayah DIY, terutama.
“Bahkan hingga hari ini, berdasarkan laporan masyarakat ada sejumlah SPBU (Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum), di wilayah DIY ada yang mengalami kelangkaan. Ini semakin menegaskan dalam mengambil keputusan, pemerintah selalu setengah-setengah. Dengan kelangkaan ini, dapat memicu kerawanan sosial,” ujar pengamat sosial dari Rezim Watch, Ubaidillah kepada Jogjakartanews.com, Kamis (07/01/2016).
Dikatakan Ubaidillah, dengan kelangkaan BBM yang menyebabkan antrean panjang di sejumlah SPBU, masyarakat terhambat dalam menjalankan aktivitas ekonominya. Selain itu, penurunan harga BBM yang tidak diimbangi dengan penurunan tariff angkutan umum, serta jumlahnya yang tidak signifikan tidak berpengaruh kepada peningkatan daya beli.
Menurutnya Harga Premium non Jamali (Jawa, Madura, Bali) turun dari Rp7.300 menjadi Rp 6.950 per liter, sedangkan Jamali turun dari Rp7.400 menjadi Rp7.050 per liter. Namun, karena pungutan dana ketahanan energi Rp. 200,- per liter untuk premium, kata dia, maka harga premium menjadi Rp. 7.150 ,- per liter atau hanya turun Rp. 150,- per liter.
“Dengan penurunan harga cuma Rp 150 per liter ditambah masih antre gara-gara kelangkaan yang terjadi justru kegiatan ekonomi terhambat, bahkan tambah menyusahkan. Sebab, sudah harga barang tetap sama, malah tidak bisa mencari uang,” tukasnya.
Ubaidillah meminta pemerintah melalui pertamina untuk segera memperbaiki system distribusi BBM agar tidak sampai terjadi kelangkaan yang bisa berdampak sosial.
Berdasarkan laporan kontributor jogjakartanews.com, di berbagai daerah, hari ini sejumlah SPBU sempat mengalami kelangkaan dan menimbulkan antian panjang. Pemandangan tersebut seperti yang terjadi di sejumlah daerah di Karawang, Jawa Barat. Salah satunya terlihat di stasiun pengisian bahan bakar umum di wilayah Cilamaya. Selain di wilayah Cilamaya, sulitnya warga mendapatkan bahan bakar, juga terjadi di beberapa daerah lain di Karawang, terutama di sepanjang wilayah Pantura.
Di Kota Majene, Sulawesi Barat, juga terjadi hal serupa.Para pengendara kecewa lantaran sejak tiga hari terakhir mereka harus antre berjam-jam sejak pagi namun tak kunjung mendapatkan BBM hingga siang.
Terkait kelangkaan BBM di sejumlah daerah, Vice President Corporate Communication Pertamina Wianda Pusponegoro menuturkan, stok BBM masih aman. Per hari ini, stok Premium ada pada level 19 hari, Solar 27 hari, dan Kerosene 54 hari. Adapun, stok Pertamax cukup untuk 27 hari, sedangkan Pertamax Plus dan Pertamina Dex masing-masing di kisaran 62 dan 28 hari.
Pertamina menjamin kelancaran pendistribusian BBM kepada masyarakat konsumen dengan siap kerja 24 jam untuk kelancaran pasokan BBM bagi masyarakat konsumen.
“Jika melihat kondisi stok di seluruh fasilitas penyimpanan BBM Pertamina ketahanan stok sangat aman. Melihat level stok yang ada, menunjukkan konsumsi masyarakat berjalan normal dengan tren meningkat seiring dengan penurunan harga,” kata Wianda seperti dikutip dalam pers rilis.
Dia juga menegaskan Pertamina telah menginstruksikan pengusaha outlet pemasaran BBM, baik SPBU, APMS, dan lainnya untuk memastikan pendistribusian BBM kepada masyarakat berjalan dengan baik dan lancar. (kt1)
Redaktur: Rudi F