Edutek  

Menristek: Mutu Pendidikan Tinggi Indnesia Belum Memuaskan

YOGYAKARTA – Pendidikan tinggi di Indonesia masih memiliki banyak problem untuk segera diatasi. Salah satunya terkait mutu pendidikan yang kurang memuaskan.

Hal itu disampaikan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Muhammad Nasir saat memberi pembekalan pada 2.000 Mahasiswa Pacsasarjana Penerima Beasiswa Unggulan Dosen Indonesia (BUDI) Dalam Negeri di Gedung Graha Shaba  UGM Yogyakarta, Jum’at (07/10/2016), kemarin.

Dalam kesempatan tersebut Menristek mengajak para rektor pimpinan perguruan tinggi untuk meningkatkan kualitas pendidikan tinggi.

“Kualitas dosen menentukan mutu pendidikan tinggi,” katanya 

Menristek mencotohkan program Beasiwa kerjasama Dirjen Sumber Daya Iptek Kemenristekdikti dengan Lembaga Pengelola Dana Pendidikan, Kementerian Keuangan. Ada 9.257 dosen yang mendaftar untuk memperoleh beasiswa ini, namun setelah melalui seleksi sebagian besar tidak lolos. 

“Dari 2000 penerima beasiswa itu, ada 183 ke jenjang S2 dan sisanya sebanyak 1.817 ke jenjang S3. Program beasiswa ini diperuntukan pada 50 Perguruan Tinggi Negeri, serta sembilan PTS. Tujuan beasiswa ini meningkatkan kualitas dan kompetensi dosen sebagai pengajar,” urai Nasir.

Nasir memberi perbandingan dengan negara Cina yang menduduknya mencapai 1,6 miliar dengan jumlah perguruan tinggi hanya 2.824. Sementara jumlah perguruan tinggi di Indonesia kurang lebih 4.350 dengan penduduk mencapai 255 juta. 

“Artinya, jumlah perguruan tinggi Indonesia dua kali lipat dengan Cina. Namun, perguruan tinggi di Cina lebih unggul dengan memperoleh peringkat dunia. Tantangan kita disitu, kualitas pendidikan harus lebih ditingkatkan,” katanya.

Dirjen Sumber Daya Iptek Kemenristek, Ali Ghufron mengatakan UGM menjadi kampus yang paling diminati mahasiswa penerima beasiswa, ada 208 orang. Mereka menunjut ilmu di pascasarjana.

Sementara Rektor Universitas Gajah Mada Yogyakarta, Dwikorita Karnawati mengatakan, arah pendidikan pasca sarjana tak hanya belajar dalam kelas saja. Tapi, sudah harus lebih fokus ke bidang stategis lain dalam pengembangan ilmu pengetahuan yang didukung dengan hasil riset. 

Dia memberi banyak contoh dosen di UGM yang mengembangkan riset untuk diaplikasikan dengan disiplin ilmu lain. Sehingga, tak heran jika ada beberapa dosen di UGM yang bergelut di sektor lain selain tenaga mengajar. (dna)

Redaktur: Rudi F

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Powered by rasalogi.com