YOGYAKARTA – Pendapat ulama muda sekaligus Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) Dr. TGH Muhammad Zainul Majdi, MA bahwa Pancasila sebagai dasar negara Indonesia selaras dengan Islam, dinilai mampu meredam polemik dan mencegah ancaman perpecahan bangsa. Hal itu disampaikan akademisi dari Universitas Islam Negeri (UIN) Lombok, Dr. Riduan Mas’ud, ME.
Menurut Riduan, penjelasan Gubernur NTB yang akrab disapa Tuan Guru Bajang tersebut bisa menjadi problem solving di tengah-tengah maraknya isu paham radikal, yang memicu pemahaman keliru, sehingga menghadap-hadapkan Islam dengan Pancasila.
“Tuan Guru Bajang menyampaikan penjelasan yang saya kira sangat bisa diterima seluruh ummat Islam di Indonesia, dari berbagai latar belakang dan kalangan. Istilah Pancasila yang sesungguhnya merupakan ijma (kesepakatan, red) bersama para founding father Bangsa Indonesia, termasuk di dalamnya para ulama, menjadi populer karena dijelaskan TGB dengan bahasa yang jelas dan mudah dipahami,” tutur Riduan saat dihubungi jogjakartanews.com melalui sambungan telepon, Senin (19/06/2017).
Dikatakan Riduan, polemik terkait Pancasila yang dihadapkan dengan Islam seolah saling bertentangan sudah saatnya diakhiri demi terjaganya persatuan Bangsa Indonesia.
“Itu hanya akan menjadi kontraproduktif dengan tujuan awal kita berbangsa Indonesia. Kesalahpahaman mengenai Islam yang menolak Pancasila dan digeneralisasi justru akan memberikan pintu masuk bagi paham radikalisme itu sendiri. Kan kita tahu bahwa radikalisme tumbuh, salah satunya karena pemahaman yang keliru,” pungkas Riduan yang alumni Iniversitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta.
Sebelumnya, TGB dalam Dialog Nasional bertemakan Radikalisme, Korupsi, dan Pancasila di Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta, Sabtu (17/06/2017) lalu menyampaikan jika tidak berlebihan jika menyampaikan bahwa Pancasila itu adalah ijma bersama sebagai bangsa,
“Pancasila adalah Ijma nasional kita. ij ti ma’i, kita. Maka kalau dalam teori hukum islam, ijma itu menempati posisi yang ketiga setelah Qur’an Hadist, maka dalam kita berbangsa, Pancasila itu juga harusnya memang kita letakkan dalam posisi yang mulia. Mungkin ini yang dibahasakan sebagai kesaktian Pancasila atau sakralitas. Saya ajak mari kita tarik dalam makna yang positif seperti ini,” tuturnya.
Dalam berbangsa Indonesia, kata TGB, sudah pasti ada konsep yang ideal dimana orientasinya adalah terciptanya kemaslahatan (kesejahteraan, red) masyarakat Indonesia.
“Jadi untuk mewujudkan kondisi ideal yang diharapkan, maka itu harus punya pijakan, punya tautan, dan itulah Pancasila bagi Bangsa Indonesia. Maka Pancasila penting betul dalam seluruh tatarannya untuk menghindarkan kita, anak-anak bangsa dari radikalisme atau ekstrimisme itu,” tukasnya.
Sekadar informasi, TGB tiba di Yogyakarta sejak Sabtu (17/06/2017) pagi sebelumnya telah mengisi sejumlah pengajian dan diskusi di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Universitas Islam Indonesia (UII), dan Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta. Selepas mengisi Pengajian di Masjid UGM, TGB turut memberikan ceramah dalam jama’ah Maiyah asuhan Budayawan MH Ainun Nadjib (Cak Nun) di Tamantirto, Kasihan, Bantul. Rangkaian safari Ramadhan TGB di Yogyakarta berlanjut Minggu (18/06/2017) dengan menghadiri undangan sebagai penceramah di beberapa wilayah di Kabupaten Sleman. (kt1)
Redaktur: Rizal