JAKARTA – Menko Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan menegaskan saat ini kondisi utang negara masih dalam kondisi yang aman. Dia bahkan mengaku bingung dengan masyarakat yang mempersoalkan kondisi utang Indonesia.
Menurutnya, utang Republik Indonesia (RI) masih 27% dibandingkan Gros Domestic Product (GDP),
“Itu kita bisa sampai 60%. Jadi saya bingung kenapa orang ribut utang,” kata Luhut dalam sebuah Seminar Sekolah Sespimti Polri Dikreg Ke-26 di Auditorium PTIK, Jakarta, Jumat (20/10/2017).
Luhut menjelaskan utang yang dimiliki Indonesia saat ini sebagian besar sangat produktif, seperti digunakan untuk membangun jalan tol, infrastruktur listrik dan bendungan dengan pembangunan tersebut memiliki imbal hasil atau return di kemudian hari.
Dikatakan Menteri Luhut, tidak masalah apabila utang digunakan untuk hal produktif seperti membangun jalan, membangun listrik, membangun saluran air, sehingga punya return. Tapi kalau utang untuk bayar bunga, kata dia, itu jadi masalah.
“Utangnya Jepang paling tinggi, Amerika dan lain-lain, jadi kalau orang bilang merah (utang RI), merah dari mana. Saya bicara data. Saya tanya orang pinter di Amerika yang independen, Indonesia tumbuh stay very Good. Dan ibu Ani (Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati) sangat hati-hati untuk mengelola ini,” katanya.
Sekadar mengingatkan, utang pemerintah RI terus bertambah. Per akhir September 2017, tercatat sudah mencapai Rp3.886 triliun. Bila dihitung dari akhir 2014, maka utang pemerintah sudah bertambah Rp1.282 triliun. Membengkaknya angka hutang tersebut membuat banyak kalangan menilainya sebagai rapor merah pemerintah Jokowi-JK selama tiga tahun.
Menanggapi hal itu, Menteri Keuangan Sri Mulyani menjawab dengan enteng. Menurutnya kenaikan jumlah utang pemerintah terjadi karena adanya defisit anggaran. Tahun ini defisit diproyeksi 2,92% terhadap PDB.
“Kalau defisit ya memang harus ada kenaikan,” jawab Sri Mulyani kepada wartawan di Komplek Istana, Jakarta, Kamis (19/10/2017). (kt7)
Redaktur: Rudi F