Edutek  

Ini Dampak Negatif Kecanduan Selfie: Dari Pikun Sampai Psikopat

SELFIE sudah menjadi kebiasaan yang dianggap lumrah di era digital saat ini. Berfoto sendiri dengan kamera ponsel atau sejenisnya ini tak lagi mengenal usia maupun strata sosial. Dari masyarakat awam hingga pejabat gemar ber-selfie-ria. Tapi siapa mengira ternyata selfie bisa berdampak negative bagi diri sendiri dan orang lain? 

Pesikolog kenamaan di Washington DC, Dr. Jill Weber, Ph.D mengungkapkan bahwa orang yang punya kebiasaan sering selfie akan berdampak pada gangguan psikologisnya. Mereka akan punya obsesi berlebih dibanding manusia lain. Semakin sering mekakuan selfie, maka semakin besar pula obsesi kamu untuk selalu tampil sempurna dan mengesankan di depan orang lain.

“Ada bahaya bahwa harga diri Anda mungkin mulai terkait dengan komentar dan Suka yang Anda dapatkan saat Anda memposting sebuah selfie, dan mereka tidak didasarkan pada siapa diri Anda-mereka berdasarkan penampilan Anda,” katanya dikutip dari teen vogue.

Selfie mengakibatkan seseorang ingin tampil sesempurna mungkin, yang akhirnya bisa membuatnya cenderung melakukan berbagai cara, mulai dari menghamburkan uang untuk memborong baju, membeli seperangkat alat make-up dan sebagainya.

Selfie juga akan menyebabkan seseorang gila akan pujian. Jika seseorang terlena dengan pujian maka akan membuatnya menjadi terlalu mencintai diri sendiri. Memang tidak ada salahnya mencintai diri sendiri, Namun, jika terlalu gila akan pujian, maka kencenderungan seseorang tidak akan menghargai orang lain.

Sebuah studi di Fairfield Univesity  bahkan melansir penelitian bahwa kebiasaan selfie bisa membuat seseorang bisa cepat pikun. Bagi sebagian orang yang kecanduan selfie akan cepat mudah lupa dengan peristiwa yang baru saja terjadi, dibanding ketika mereka tidak melakukannya. Bahkan orang yang jarang melakukan selfie dapat mengingat segala peristiwa lebih baik.

Selfie juga akan membuat seseorang menjadi sangat narsis dan inilah yang dianggap sebagai gangguan mental yang tidak jauh berbeda seperti orang jiwa oleh para peneliti, di mana pengidapnya mempunyai ego yang tinggi dan kebutuhan yang mendalam akan dikagumi orang lain.

Kepribadian narsis membuat seseorang suka merendahkan, sombong dan merasa paling mampu berbuat banyak hal. Selain itu, pada dasarnya terlalu sering mem-posting foto selfie ke media sosial secara berlebihan, lama kelamaan bisa membuat followers merasa terganggu dan bosan dengan foto-foto tersebut.

Selfie juga bisa mengundang kriminalitas atau tindak kejahatan. Tak sedikit kasus akibat foto selfie seseorang terjerat kasus penipuan, pelecehan seksual, hingga penculikan.  Tak kalah mengerikan, bahkan kebiasaan selfie bisa memicu tindakan layaknya Psikopat. Ohio State University telah merilis bahwa pria yang gemar memotret diri sendiri berpotensi memiliki pribadi psikopat. Pria yang sering selfie cenderung melihat diri sendiri dari segi ketampanan dan minim rasa empati.

Selain psikopat, ada lagi yang paling berbahaya dari dampak sering foto selfie. Yaitu, selfie bisa seseorang menjadi kecanduan. Hal inilah yang bisa menjadi salah satu pemicu ketidakseimbangan kesehatan mental.

Bahkan, secara psikologis orang yang kecanduan selfie akan merasa rendah diri jika tidak melakuklan foto selfie dengan gaya terupdate.

“Selfie dapat dengan cepat membuat seseorang lepas kendali. Bahkan mungkin mulai merasa seperti kecanduan. Jika dengan selfie anda tidak mendapat pujian, maka epercayaan diri Anda bisa jatuh. Anak perempuan khususnya disosialisasikan untuk melihat diri mereka sebagai orang yang dicintai dan bermanfaat hanya jika orang lain menghargai mereka. Ini bahayanya,” catat Dr. Weber. (snp)

Redaktur: Faisal

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Powered by rasalogi.com