Edutek  

Mencegah Vandalimse Pasca Kelulusan Sekolah

Oleh : Teguh Wiyono, M.Pd.I

Ujian nasional tingkat SMA/SMK/MA/SMP/MTS sudah selesai, para siswa biasanya bersukaria dan menjadikan momentum kelulusan dengan bersenang-senang. Jika para siswa merayakan dengan tindakan yang positif tidak apa-apa, namun terkadang yang terjadi palah mereka melakukan tindakan mencoret-coret baju, konfoi dijalanan, terkadang sampai melakukan tindakan anarkis pada pengguna jalan dan acap kali merusak fasilitas umum. Tindakan yang dilakukan oleh para pelajar tersebut tentunya sangat merugikan buat orang lain, sering disebut dengan vandalisme.

Vandalisme merupakan salah satu tindakan kriminalitas dikalangan remaja dewasa ini. Bahkan banyak diantara pelakunya adalah pelajar yang masih aktif belajar, terutama ditingkat sekolah menengah atas (SMA), sekolah menengah kejuruan (SMK), dan madrasah aliyah (MA). Hal ini tidak terlepas dari peran orang tua dan sekolah dalam membentuk kepribadian dan karakter anak, disamping itu lingkungan juga sangat berpengaruh penting karena disinilah tempat mereka beraktivitas.

Secara umum vandalisme adalah tindakan perusakan dan penistaan terhadap segala sesuatu yang indah atau terpuji, contohnya perusakan, kriminal, pencacatan, grafiti, dan hal-hal lainya yang bersifat mengganggu.

Isu vandalisme kini dapat semakin bertambah dari hari kehari. Seringkali kegiatan vandalisme ini dikaitkan dengan kegiatan remaja. Banyak diantara remaja yang tidak mengetahui dampak buruk dari aksi vandalisme ini yang tentunya sangat merugikan baik diri sendiri maupun orang lain. Dapak buruk yang ditimbulkan oleh vandalisme adalah perusakan lingkungan. Perusakan atas segala sesuatu yang indah atau terpuji, maka dari itu dengan adanya aksi ini lingkungan yang seharusnya indah dan terawat akan rusak dan terbengkelai. Mengganggu ketertiban, tidak hanya rusak lingkungan namun ketertiban juga akan terganggu akibat adanya ulah akasi vandalisme ini, karena pada dasarnya remaja yang melakukan vandalisme akan melanggar tata tertib ada sehingga tujuan mereka untuk melakukan vandalisme akan tercapai. Mengganggu kenyamanan orang lain, remaja yang berulah vandalisme tentunya akan mengganggu kenyamanan orang lain, mislanya persakan fasilitas umum yang didsebakan oleh  aksi vandalisme remaja, maka hal ini akan menggangu kenyamanan oanga lain yang akan menggunakan fasilkitas tersebut.

Problematika Remaja

Jika isu vandalisme di kalangan tidak ditangani dengan segera, maka secara tidak langsung akan menanggung kerugian karena banyak harta awam yang rusak. Umumnya terdapat beberapa sebab; Pertama, pengaruh rekan sebaya. Rekan sebaya merupakan orang terpenting pada remaja, selain ibu bapak dan saudara keluarga. Rekan sebaya sangat mempengaruhi tingkah laku seseorang terutamanya bagi mereka yang bermasalah dengan keluarga. Remaja yang memiliki teman sebaya berkelakuan buruk, sedikit banyak akan terikut-ikut dengan perlakuan tersebut. Melakukan kegiatan negatif seperti perusakan harta benda orang lain merupakan kegiatan yang mereka lakukan. Mereka membentuk suatu perkumpulan, apabila ada salah satu diantara remaja yang tidak ikut maka akan tidak diterima dalam anggotanya dan dianggap “banci”, sehingga mereka para remaja rata-rata melakukan tindakan karena terpaksa.

Kedua, sikap diri remaja itu sendiri. Remaja melakukan vandalisme karena mereka memiliki sikap acuh terhadap lingkungan sekitar. Remaja juga tidak memikirkan masalah yang akan dihadapi oleh orang banyak dan kerugian yang ditimbulkan dari aksinya. Biasanya remaja tersebut kurang mendapatkan pengawasan dan kedisplinan dari orang terdekat, kemudian bisa juaga karena lingkungan yang sudah tidak baik yang menjadikan remaja terjerumus.

Ketiga, tekanan yang dihadapi hidup. Remaja bisanya ditekan dari orang tua dan guru untuk selalu berprestasi padahal kemampuannya biasa-biasa, sehingga mereka terjun dan bergabung dengan remaja yang selalu hidup dengan kebebasan dan menerima keadaanya.

Keempat, sikap negatif dari keluarga juga turut menjadi faktor penyebab remaja melakukan vandalisme. Kebisaan orang tua tidak menegur sikap anak yang bersikap tidak baik, jika  orang tua tidak mengambil tindakan yang seharusnya untuk menghentikan sikap negatif anak, hal ini akan berpengaruh apabila mereka berada di luar rumah. Selain itu, keluarga biasanya menampilkan perilaku yang anti nilai-nilai sosial dan norma, contohnya; tidak peduli kepada tetangga dan saudara, tigginya konflik dan perilaku agresif yang terjadi dalam keluarga, kemudan adanya saudara kandung atau tiri yang mengunakan obat-obatan terlarang atau melakukan kenakalan remaja, sehingga medeling dalam keluarga menjadi role mode bagi remaja untuk dituru.

Kelima, lemahnya ekonomi. Kemiskinan memaksa mereka untuk meniru orang lain dan memaksa mereka untuk mendapatkan ekonomi dengan cara apapun bahkan sampai menjual harga diri demi mendapatkan kebahagiaan dunia yang instan tanpa diawali denga usaha yang sungguh sungguh.

Keenam, sikap guru yang kurang sensitif terhadap anak, hal ini juga bisa membuat remaja menjadi semakin sulit untuk diperbaiki perilakunya. Demikian juga dengan sikap guru yang terlalu keras dalam menghadapi remaja yang bermasalah, bisa jadi bukanya ikut meredam kenakalan mereka, malah membuat kenakalan mereka semakin menjadi.

Pengarahan Remaja

Pada dasarnya remaja melakukan aksi vandalisme adalah untuk menunjukan eksistensi dan menunjukan identitas pribadi maupun kelompok mereka yang mereka alami. Maka solusi yang harus diberikan paca kelulusan sekolah adalah orang tua, guru dan orang terdekat memberi pendidikan agama dan moral kepada remaja agar mereka tidak bersikap negatif dan memiliki sikap yang halus. Pilihkan teman yang baik agar mereka terdorong untuk turut melakukan hal yang baik juga. Jika remaja salah memilih teman, pasti mereka akan terjerumus dalam kegiatan negatif seperti vandalisme. Remaja butuh diperhatikan diakui keberadaanya dan dipenuhi segala kebutuhanya, agar kemampuan yang mereka miliki tidak tersalur hal yang negatif, maka salurkan hobby mereka, misalnya dalam bentuk olah raga, seni, dan kegiatan lain yang positif. Pemberikan batasan yang jelas dari orang tua kepada para remaja mengenai perilaku apa-apa yang benar dan tidak boleh dilakukan misalnya membolos, menggunakan narkoba, minuman keras dan lain sebagainya.

Kemudian bagi lembaga pendidikan, ketika waktu pengumuman kelulusan seyogyanya membuat peraturan agar anak didampingi/diantar oleh orang tuanya masing-masing agar anak tidak langsung berkumpul dengan teman yang tidak baik. Maraknya aksi para remaja tersebut sehingga mau tidak mau dalam menindaklanjuti kasus ini, aparat penegak hukum sudah seharusnya turun langsung kelapangan guna membantu dan  menindaklanjuti aksi para remaja ini. Hal ini akan menimbulkan efek jera atau bahkan kapok dari para pelaku untuk tidak melakukan aksi vandalisme lagi.

Mengasuh anak remaja dapat diandaikan seperti bermain layangan “apabila orangtua menarik talinya terlalu dekat, maka layangan tersebut tidak akan terbang. Namun apabila orangtua membiarkan talinya terlalu jauh layangan tersebut akan putus karena angin kencang atau hal lain menyakut di pohon. Begitu juga dengan anak remaja, jika orang tua terlalu mengekang anak, yang terjadi adalah anak tidak mampu berkembang secara mandiri dan mereka akan berusaha untuk melepaskan dirinya dari kekangan orang tua.

Mari kita bersama-sama lindungi dan mencegah anak kita dari kegiatan yang merusak atau sering dikenal vandalisme, dengan selalu memberikan pengawasan dan kasih sayang dipasca kelulusan sekolah agar mampu melanjutakan kejenjang yang lebih baik untuk menjadi generasi masa depan keluarga, masyarkat dan bangsa. (*)

*Penulis adalah Dosen di Universitas Terbuka Purwokerto Pada Fakultas Pendidikan

 

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Powered by rasalogi.com