SLEMAN – Kabupaten Sleman berhasil menekan kasus penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) pada 2018.
Kabid Penanggulangan Penyakit, Dinas Kesehatan (Dinkes) Sleman Novita Krisnaeni mengatakan, penurunan ini merupakan sebuah prestasi. Menurutnya, Berdasarkan data Dinas Kesehatan (Dinkes) Sleman, sepanjang 2018, tercatat 144 kasus dengan satu orang meninggal. Angka tersebut menunjukan penurunan drastis dibanding tahun sebelumnya.
“Pada 2017 terdapat 427 kasus dengan empat orang meninggal, dan tahun 2016 terdapat 880 kasus dengan sembilan orang meninggal,” ungkapnya, belum lama ini.
Namun demikian Novita mengimbau agar masyarakat tetap waspada, terlebih saat ini masih berjalan musim hujan yang akan membuat genangan di mana-mana.
Masyarakat diimbau untuk tetap menggalakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan tiga M plus,
“Yakni menguras, menutup, mengubur dan ditambah mendaur ulang. Prinsipnya jangan sampai ada air yang menggenang,” imbau Novita.
Dijelaskannya, air menggenang adalah tempat yang dicari nyamuk untuk berkembang biak. Langkah PSN adalah cara yang efektif untuk memutus rantai perkembangan nyamuk Aedes aegypti, penular penyakit DBD.
Selain itu Dinkes Sleman juga telah menyediakan obat untuk membunuh larva nyamuk di air atau dikenal dengan abate di seluruh puskesmas. Abate ini bisa didapat secara gratis. Jika masyarakat mengetahui ada yang menjual abate dengan harga tertentu, ia menyarankan agar ditolak,
“Karena kami menyediakan abate secara gratis di seluruh puskesmas,” paparnya.
Wilayah yang paling banyak terjangkit DBD di Daerah Sleman adalah yang padat penduduk seperti Godean, Gamping, Depok dan Ngaglik. Agar penanganan DBD dapat segera diatasi, ia mengajak masyarakat untuk mengenali gejala penyakit ini.
“Gejala DBD yakni suhu tubuh panas mendadak, kadang disertai mual dan mutah dan ada bintik merah di tubuh,” urai Novita. (kt2)
Redaktur: Faisal