Memagari Anak dari Akibat Buruk Digitalisasi

Oleh: Zaki Abdurahman*

Bagi manusia pada umumnya, baik laki-laki maupun perempuan, pernikahan merupakan momen yang penting. Sebab eksistensi manusia dalam peradaban dapat diteruskan melalui regenerasi, baik lewat kematian maupun kelahiran.

Salah satu kebahagiaan terbesar setelah terjadinya ikatan pernikahan antara laki-laki dan perempuan adalah diberikannya karunia dengan lahirnya seorang anak. Anak lahir dari rahim ibu dan mewujud menjadi manusia yang biasa disebut bayi.

Ketika lahir, seorang bayi berada dalam kondisi telanjang dan menangis. Kita dapat memaknai kondisi bayi tersebut sebagai bentuk kesucian sekaligus awal dari tugas mulia orang tua.

Kesucian dapat disama artikan sebagai kemerdakaan. Oleh karena itu, kemerdekaan bukan hanya hak setiap bangsa, tapi juga hak setiap manusia. Lalu siapa yang harus menjaga kesucian tersebut, sudah tentu adalah orang tua.

Proses penjagaan tersebut dapat dilakukan dengan pendidikan. Orang tua adalah pelaku pendidikan pertama bagi seorang anak, sehingga mereka dapat disebut pendidik. Kemudian mendidik adalah aktivitas pendidikan yang dilakukan oleh pendidik. Pendidikan yang benar sebaiknya bersifat lentur mengikuti konteks zaman dengan setiap kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang diciptakan manusia.

Oleh karena itu pendidik dituntut mampu membaca kebutuhan setiap masanya supaya terjadi proses mendidik yang menjawab kebutuhan yang dididik. Pemenuhan kebutuhan yang sesuai dalam proses pendidikan dilevel keluarga dari orang tua ke anak akan membawa pada jalan sukses.

Abad 20 telah memberi bekal bagi abad 21 untuk melahirkan sebuah era yang disebut era digitalisasi. Menurut Renald Kasali terjadinya distruption atau guncangan merupakan dampak dari era tersebut. Kemudian muncul berbagai inovasi untuk memudahkan jalannya kehidupan manusia yang serba cepat.

Surat elektronik menghilangkan sekat jarak dalam hal surat menyurat. Media elektronik memangkas biaya seseorang dalam melakukan branding secara personal maupun instansi. Artificial intellegence atau kecerdasan buatan membantu manusia melakukan aktivitas yang sama cerdasnya atau bahkan lebih baik daripada yang dilakukan manusia.

Sekarang manusia dimudahkan untuk mengakses sesuatu dengan murah dan mudah karena ciptaannya sendiri. Kemudahan-kemudahan yang telah tersedia dapat berkamuflase menjadi sesuatu hal yang negatif bagi manusia yang kurang bijak.

Bentuk pemanfaatan negatif dari ilmu pengetahuan dan teknologi diera digitalisasi dapat berupa pornografi, penipuan, dan hoax. Pada puncaknya dari era digitalisasi, setelah terjadi distruption atau guncangan pada kehidupan manusia, akan datang masa kelimpahan.

Peran orang tua dalam menentukan sukses atau tidak nya seorang anak dapat ditentukan dari pendidikan yang diberikan pada level keluarga untuk menyambut masa kelimpahan tersebut. Ada beberapa hal yang perlu disadari orang tua dalam memagari anak dari imbas buruk era digitalisasi.

Pertama harus disadari oleh orang tua bahwa pendidikan kepada anak bersifat menuntun, bukan mendikte. Pada tahap ini seni berkomunikasi diperlukan untuk menyampaikan pesan-pesan yang dapat ditangkap seorang anak dengan tepat. Niat baik orang tua dapat di salah artikan seorang anak karena komunikasi yang kurang baik seperti umpatan.

Kedua adalah menghilangkan doktrin adanya kasta pada sebuah profesi kepada anak. Di era digitalisasi, banyak pekerjaan baru muncul seperti contohnya youtuber. Youtube layakya media televisi untuk mewadahi kreativitas manusia yang terkoneksi di seluruh dunia.

Ketiga adalah memberikan dukungan secara penuh terhadap cita-cita seorang anak. Era digitalisasi merubah pola gerak ekonomi dari kepemilikan menjadi kolaborasi. Kita bisa melihat ojek online dan toko online merupakan beberapa contoh bentuk kerjasama tersebut.

Akhirnya sekarang kita berada dizaman yang memberi kesempatan kepada semua lapisan masyarakat untuk meraih sukses. Kuncinya pada keyakinan yang terus dipupuk dengan usaha dan doa karena sebagian besar akses informasi yang dibutuhkan dapat tersedia.

Peran orang tua dalam mendidik anak diera digitalisasi akhirnya terletak pada bagaimana mengembangkan potensi yang dimiliki setiap anak. (*)

*Penulis adalah mahasiswa Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Kabid PTKP HMI Badko Jateng-D.I.Y.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Powered by rasalogi.com