Oleh: M. Faisal
Belakangan ini nama penceramah Yusuf Mansur, yang bernama asli Jam’an Nurchotib Mansur banyak menjadi sorotan publik. Penceramah yang kondang dengan materi sedekahnya itu banyak digugat mitra bisnisnya lantaran dianggap ingkar janji.
Terlepas benar salahnya Yusuf mansur baik secara hukum negara maupun hukum agama memang masih menjadi perdebatan.
Di pengadilan tempat penggugat melayangkan gugatannya belum ada vonis. Secara hukum agama Islam, belum ada Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang menyatakan ajaran Yusuf Mansur sesat dan menyesatkan.
Namun, hukum sosial nampaknya sudah berlaku. Hampir setiap unggahan Yusuf Mansur di sosial media banjir hujatan. Baik di akun Instagram maupun YouTube. Bahkan, ketika ia mencoba membela diri atau klarifikasi atas potongan-potongan video ceramahnya yang bikin heboh netizen. Akibat hukuman sosial yang diterimanya, ia jarang nongol di TV sebagai penceramah, melainkan sebagai narasumber program-program selebritis. Tentu ia diundang bukan untuk ceramah, melainkan untuk klarifikasi karena dianggap tokoh publik yang sedang bermasalah. Meski tetap dengan membawakan narasi berbalut agamis, namun tetap saja pesan yang diterima publik, ia tidak sedang berceramah di acara-acara selebritis atau interview itu.
Banyak yang beranggapan sanksi sosial kadang lebih berat ketimbang sanksi hukum. Ada kalanya memang orang yang divonis bersalah aparat penegak hukum justru mendapat pembelaan publik. Misalnya kasus korban penjambretan yang membunuh pelaku penjambretan. Ia justru mendapat simpati publik. Apa yang dilakukan dinilai benar, wajar dan seharusnya. Membela diri saat dijambret. Logika publik mengatakan lebih baik membunuh jambret daripada dibunuh jambret.
Nah, untuk masalah yang dihadapi Yusuf mansur berkebalikan. Ia belum dinyatakan bersalah oleh aparat penegak hukum. Namun publik, terutama netizen sudah mencap bersalah.
Soal potongan video ceramahnya yang marah-marah dan trending dengan ungkapan, “Saya butuh duit 1 Triliun!” Sambil gebrak meja. Potongan video itu oleh Yusuf Mansur diklarifikasi dengan mengatakan kalau itu adalah impian dan cita-cita. Yusuf Mansur juga sempat meminta maaf karenanya.
Atau video ketika “lelang sedekah” dengan meminta jamaah melepas perhiasan, motor, mobil dan mengenolkan uang tabungannya untuk disedekahkan dengan menjamin akan diganti Allah 700 X lipat. Ia mencounternya dengan narasi kalau ia tak pernah makan duit sedekah, ia hanya makan nasi. Kemudian potongan video yang menceritakan kalau belanja ke mall ia tak pernah keluar duit, cukup tunjuk ambil pergi. Yusuf Mansur mengatakan kalau itu candaan dan dalam video utuhnya mengatakan bahwa benat dia tak keluar uang karena yang bayar istrinya.
Tapi masih ada video viral dan banjir hujatan yang belum ia klatifikasi. Salah satunya potongan video ceramah Yusuf Mansur yang diunggah oleh channel YouTube Dodi Sefriadi pada 29 April 2022. Video itu sudah ditonton 3000 lebih pemirsa dan mendapat komentar 2500 ribu lebih netizen yang semuanya hampir menghujat Yusuf mansur.
Dalam potongan video tersebut terlihat Yusuf Mansur tengah berceramah di depan jamaahnya. Ia mengatakan,
“Coba iseng aja anda angkat tangan, ya Allah ya Karim, ya Allah ya Rohman ya allah ya rohim ya Allah ya fattahbya Rozak. Tolong ya Allah ini anak adalah titipanmu. Ngapain juga coba. Ngapain coba, udah tau saya miskin kok dititip anak sampai 7 ini ngaco aja jadi Tuhan, serius lah, gitu.”
Lalu Yusuf menanyakan ke jamaah,
“Boleh enggak ngomong gitu sama Allah?”
Setelah jamaah jawab Boleh, lalu Yusuf mansur menandaskan
“Boleh! Yang enggak boleh ama manusia mah banyak aturan. Ama Allah mah ngga ada aturan!”
Selain itu viral juga orang-orang yang mengaku menjadi korban investasi Yusuf Mansur, termasuk para TKI. Para yang mengaku korban itu banyak diulas di Channel YouTube Thayyibah Channel yang dikelola wartawan senior Darso Arif. Ia juga melakukan serangkaian investigasi untuk membongkar dugaan penipuan yang dilakukan Yusuf Mansur dan kawan-kawannya. Video-video di Thayyibah Channel juga dibanjiri hujatan kepada Yusuf Mansur dan dukungan kepada Darso yang dinilai berani mengungkap kebenaran.
Tentu pembelaan-pembelaan Yusuf Mansur adalah sesuatu yang wajar terlepas narasi yang dibangun, analogi-analogi yang disampaikan justru ditolak logika publik.
Tentu saja, tidak salah juga kalau ada yang mengatakan netizen hanya terprovokasi oleh pihak-pihak yang tidak suka dengan Yusuf Mansur. Tapi pada akhirnya publik yang akan menilai apakah Yusuf Mansur ini layak jadi panutan atau memang sewajarnya dihujat. Yang jelas pendapat kolektif yang disuarakan publik akan menghasilkan gema yang sulit dibendung di era digital ini. (*)
*Penulis adalah pemggiat pada komunitas Kata Mata Pena Jogja (komunitas asuhan jogjakartanews.com)