SEMARANG– Unit Kegiatan Mahasiswa Pengawal Ideologi Bangsa Universitas Semarang (UKM PIB USM) menyelenggarakan Seminar Nasional Wawasan Kebangsaan, Kamis (23/06/2022).
Seminar digelar di Aula Gedung Prof. Ir. Joetata Hadihardaja, Gedung V Lantai 6 Universitas Semarang Jl. Soekarno-Hatta, Tlogosari Semarang, diikuti 200 peserta.
Ketua UKM PIB USM, Rusgihato mengatakan, seminta mengangkat tema “Cara Menangkal Cuci Otak Menjadi Radikalisme”. Menurutnya, tema tersebut sengaja diangkat untuk memberikan edukasi terhadap mahasiswa, mengenai bahaya radikalisme yang semakin hari semakin melebar ke semua kalangan termasuk kalangan kampus.
“Mahasiswa merupakan generasi emas yang harus kita jaga dan kita tanamkan Nilai-Nilai Pancasila sebagi filter menangkal radikalisme,” katanya kepada jogjakartanews, Minggu (26/06/2022).
Dalam seminar hadir juga Pembina UKM PIB Tri Mulyani SPd SH MH. Dalam sambutanya, Tri menuturkan bahwa UKM PIB USM adalah untuk semua mahasiswa.
“Maka dari itu mari kita bersama-sama saling bergandeng tangan untuk memperkuat iman dalam diri kita agar mampu berfikir dengan jernih, dan berpegang teguh pada Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia tercinta. Apabila ada oknum yang berupaya menggoyahkan iman kita untuk menjadi radikal, maka kita mampu mengatakan tidak,” himbau Tri.
Seminar menghadirkan, Ex Napiter (Mantan Narapidana Terorisme), Tri Harmanto. Dia adalah salah satu orang yang terlibat dalam Bom Bali I, Alumnus Afganistan, dan terlibat dalam Kerusahan Ambon.
Dalam pemaparannya, Tri memberikan pemahaman bahwa menjadi radikal itu menjadi musuh negara. Dia mengaku bahwa selama ini tersesat.
“Mereka (Kaum radikalisme) mencuci otak saya dan memberikan doktrin-doktrin yang meyakinkan hingga akhirnya saya menjadikan radikal.
Menurut Tri, menjadi radikal hidupnya tidak tenang karena selalu diburu untuk ditangkap. Ketika tertangkap dan dipidana, kata dia, baru menyadari bahwa yang dilakukan selama ini salah.
“Tapi lingkungan membantu saya untuk kembali menjadi baik, hingga akhirnya sekarang hidup layak sebagaimana masyarakat yang lainnya, bahkan menjadi pengusaha kuliner,” ucapnya.
Rusgiharto berharap, dari adanya kegiatan ini, mampu memberikan gambaran untuk lebih berhati – hati dalam bergaul dengan orang yang tidak dikenal, baik langsung maupun melalui media social.
“Karena gerakan-gerakan radikal ini selalu mengintai kita dan mencari kelemahan kita,” pungkasnya. (kt3)
Redaktur: Hamzah