Sumpah Pemuda Kini dan Ekspresi Generasi Tik Tok

Oleh : D.Wulandari

28 Oktober 1928 menjadi momentum bersejarah bagi Bangsa Indonesia. Para pemuda lintas budaya, agama dan Bahasa dari seantero negeri jajahan yang kala itu masih Bernama Hindia Belanda, menggaungkan sumpah yang membesut semangat untuk merdeka.

Peristiwa 94 tahun silam itu dikenal dengan “Sumpah Pemuda”. Para pemuda itu menggaungkan 3 butir sumpah.

Pertama,

“Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia”.

Kedua,

“Kami putra dan putri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia”.

Ketiga,

“Kami putra dan putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia”.

Memang, sejarah Sumpah Pemuda masih tertoreh di buku-buku pelajaran  dan diajarkan kepada pelajar, mulai dari tingkat Sekolah Dasar (SD). Hingga 2022 ini, Sumpah Pemuda juga masih diperingati. Di setiap sekolah dan institusi pemerintah menggelar upacara.

Namun pertanyaannya apakah semangat sumpah pemuda masih menggelora di dada pemuda Indonesia? Tentu saja pertanyaan itu mudah di jawab. Sebab hanya ada dua opsi, “tentu masih” atau “sudah tidak lagi”.

Bagi yang menjawab masih ada semangat sumpah pemuda mungkin, karena masih melihat mereka-mereka yang memang terbentuk dari lingkungan atau Pendidikan yang masih kental dengan doktrin nasionalisme.

Melihat jiwa-jiwa nasionalisme cukup dengan misalnya masih digelarnya upacara peringatan hari sumpah pemuda. Atau setidaknya masih ada yang mendesain twibbon untuk coba diviralkan. Perkara twibbon itu mungkin tidak se-viral “gossip artis” atau “drama-drama para pesohor”, setidaknya bisa menjadi jejak digital. Ya, itu cukup menunjukkan, masih ada lho generasi berjiwa nasionalis di tengah himpitan generasi ‘tik-tok’ .

Tentu berbicara nilai Sumpah Pemuda bukan sekadar seremonial, melainkan yang lebih esensial adalah api semangatnya dalam memperjuangkan kepentingan Bersama dalam satu bingkai bangsa dan negara. Sudah banyak para pakar dan aktivis kritis yang membedah betapa saat ini pemuda Indonesia mengalami krisis nasionalisme.

Sayangnya, berbagai analisa dan kajian terkait hal itu tidak lantas ampuh menggugah hati para pemuda Indonesia. Entah karena masih kurang banyak yang bersuara, atau karena nadanya kurang memperhatikan selera Bahasa kekinian. Tentu bukan perkara mudah membangkitkan semangat pemuda era digital ini untuk lebih memiliki jiwa nasionalisme ala pemuda generasi  dimasa perjuangan kemerdekaan.

Ungkapan Jas Merah yang merupakan akronim dari “Jangan Lupakan Sejarah” memang masih kerap terdengar lantang diucapkan para politisi, akademisi, hingga orang awam yang menukilnya.

Hanya saja, lagi-lagi generasi Milenial, terlebih generasi alpha yang kini mendominasi populasi Indonesia sudah terlampau nyaman dengan berbagai kemudahan teknologi. Mereka semakin merasa bisa melakukan apa saja sendiri tanpa berepot-repot dan yang menyukai hal-hal yang asik.

Tapi kadang bagi Sebagian besar generasi old, asik-asiknya generasi kini dipandang sebagai sesuatu yang tidak asik, bahkan cenderung unfaedah.

Barangkali memang sebuah keniscayaan jika setiap generasi memiliki masa dan problemnya sendiri. Bisa jadi bagi generasi X akan merasa heran ketika anaknya memainkan game online dengan asyiknya. Ia akan bertanya apa asyiknya? Tapi kalau flash back mungkin orang tua generasi X yaitu generasi babby boomer juga dulunya heran melihat generasi X main yang berbau teknologi dimasanya.

Barangkali ekspresi semangat perjuangan generasi dari masa ke masa tidaklah sama. Namun, sedianya semangat untuk senantiasa menjaga persatuan dan kesatuan bangsa tetaplah sama. Yang perlu direnungkan adalah bagaimana agar benar-benar menjaga ingatan generasi bangs aini dengan sejarah perjuangan para pendahulunya. Sebab untuk menjadi sebuah bangsa merdeka tak semudah memainkan mobile legend.

Untuk menjadi bangsa yang besar dan memunculkan otak-otak pembuat aplikasi tik tok tak semudah berjoget dan meng-up load di Tiktok. (*)

*Penulis adalah penggiat komunitas penulis Kata mata Pena Jogja.

58 / 100

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Powered by rasalogi.com