YOGYAKARTA – Forum Masyarakat Katolik Indonesia (FMKI) DIY, anjangsana ke Museum Muhammadiyah di kawasan Kampus Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Ringroad Selatan Yogyakarta, Rabu (21/12/2022) siang.
Turut hadir dalan kegiatan tersebut, Anggota DPRD Kota Yogyakarta, Antonius Fokki Ardiyanto, S.IP.
Fokki mengungkapkan, agenda anjangsana yang diinisiasi oleh FMKI bertajuk “Jelajahi Jejak Amal Kemanusiaan Membangun Peradaban”.
Menurut Fokki, kegiatan tersebut bertujuan menjalin silaturahmi antar kekuatan bangsa untuk merawat peradaban dan menjaga kebhinekaan sesuai dengan kandungan nilai Pancasila.
“Kegiatan ini dalam rangka mengimplementasikan ideologi Pancasila yaitu bertoleransi dan merawat kebhinekaan,” tutur Fokki di sela-sela kunjungan.
Fokki mengaku termotivasi turut serta dalam kegiatan tersebut juga karena tertarik dengan konsep dan isi museum Muhammadiyah yang ada di Yogyakarta ini.
“Selain berisi sejarah berdirinya Muhammadiyah dan organisasi organisasi otonom yang ada di dalamnya, juga berisi sejarah pergerakan Muhammadiyah baik sebagai organisasi maupun orang per orang seperti Soekarno dan Fatmawati sebagai orang Muhammadiyah, yang mempunyai kontribusi besar dalam memerdekakan dan memajukan bangsa serta rakyat di republik ini,” ungkapnya.
Hal hal yang melatar belakangi dan yang berkaitan dengan museum Muhammadiyah itulah yang ingin dicontoh FMKI untuk membangun Museum Mgr Soegijapranata, salah satu Uskup Agung pribumi pertama yang juga Pahlawan Nasional yang terkenal dengan semboyan 100% Katolik 100% Indonesia.
Fokki menguraikan, jejak sejarah Mgr Soegijapranata adalah tonggak sejarah bagi umat Katolik di Indonesia dalam mematahkan stigma di masa itu menuju kemerdekaan Indonesia.
“Jejak sejarah Uskup Agung Alb Soegijapranata dapat terlacak di salah satu ruangan Gereja Katolik Bintaran Mergangsan Kota Yogyakarta,” ucapnya.
Museum Mgr Soegijapranata direncakan akan dibangun di wilayah Bintaran yang masuk ke kawasan penyangga Kawasan Cagar Budaya Puro Pakualaman.
“Dengan demikia maka ada dukungan Dana Keistimewaan yang dapat dimaksimalkan kalau kita sama-sama serius ingin merealisasikan Museum Perjuangan Uskup Agung Soegijapranata dalam perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia,” ujarnya.
Fokki menambahkan, Museum bukan hanya sebagai ornamen mati tanpa makna, tetapi mengandung spirit merawat ingatan sejarah.
“Jasmerah. Jangan sekali kali meninggalkan sejarah. Museum juga sebagai pembelajaran nyata dalam membangun bangsa ke depan yang tidak boleh lepas dari akar sejarahnya. Salah satu akar sejarah memerdekakan bangsa ini adalah perjuangan semua komponen dan lapisan masyarakat tanpa memandang suku agama ras,” tandas Fokki yang anggota DPRD Yogyakarta dari Fraksi PDI Perjuangan ini.
Terkait pentingnya merawat sejarah, Fokki mengutip pidato Bung Karno pada sidang BPUPK tanggal 1 Juni 1945.
Inti sari kalimatnya adalah bahwa negara ini didirikan semua untuk semua bukan untuk satu golongan saja, buka untuk satu suku saja, bukan untuk satu agama, bukan untuk golongan kaya saja.
“Tetapi negara ini didirikan untuk semua rakyat Indonesia dengan dasar Pancasila,” pungkasnya. (rd1)
Redaktur: Ja’faruddin. AS