KESALEHAN SPIRITUAL DAN SOSIAL DI BULAN SPESIAL

Oleh: Mukharom*

Ramadhan adalah bulan yang di dalamnya banyak keistimewaan, oleh karena itu harus dimanfaatkan dengan sungguh-sungguh, dan bulan puasa Ramadhan yang utama adalah sebagai salah satu sarana untuk meningkatkan kualitas iman dan taqwa kita kepada Allah Swt, hal ini sesuai dengan firmanNya dalam Al Qur’an Surat Al Baqarah Ayat 183 yang Artinya: Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kamu bertaqwa.

Puasa sebagai salah satu kewajiban ummat Islam, perintah langsung dari Allah Swt kepada ummat Nabi Muhammad Saw, termasuk kepada nabi-nabi terdahulu sebelum Rasulullah Saw, puasanya dengan berbagai macam cara dalam melaksanakannya, sebagai contoh, puasanya Nabi Daud diwajibkan berpuasa seumur hidup dengan cara setiap dua hari sekali berselang seling. Maryam Ibunda Nabi Isa melaksanakan puasa wajib dengan selain menahan makan dan minum juga puasa bicara. Nabi Adam berpuasa tiga hari setiap bulan sepanjang tahun. Nabi Nuh berpuasa setahun penuh kecuali dua hari raya. Nabi Musa, Nabi Yunus, Nabi Ibrahim dan Nabi Yusuf pun berpuasa dengan tujuan mendekatkan diri kepada sang pencipta yaitu Allah Swt.

Syariat puasa pada dasarnya memberikan manfaat secara langsung bagi manusia, baik manfaat secara fisik maupun secara psikologi, manfaat secara fisik adalah bahwa puasa sangat dianjurkan di dunia kedokteran, contoh ketika sesorang akan dilakukan tindakan operasi maka disarankan untuk berpuasa, termasuk hasil penelitian membuktikan bahwa puasa dapat meningkatkan imunitas manusia, dalam situasi dan kondisi adanya virus corona, puasa merupakan hal yang sangat bermanfaat.

Sedangkan dari sisi psikologi bahwa puasa mengantarkan seseorang untuk berlatih menahan diri untuk tidak terbawa emosi, bersikap sabar dan senantiasa taat aturan. Adapun hikmah puasa yang dapat dirasakan adalah memberikan dampak secara spiritual maupun sosial.

Ada tiga terminologi yang sering dibahas setiap datangnya bulan suci Ramadhan yaitu, Puasa Al Qur’an, dan Taqwa. Kita ketahui bahwa puasa Ramadhan selain berupa kewajiban yang harus dijalankan juga banyak hikmah di dalamnya, sehingga setiap waktu harus dimanfaatkan untuk beribadah, karena ibadah yang dijalankan akan dilipat gandakan, setiap doa-doa yang dipanjatkan akan mudah dikabulkan, pintu surga dibuka dan pintu neraka ditutup, artinya bahwa ummat dianjurkan senantiasa berbuat kebajikan guna meningkatkan amal ibadah dengan mengharap ridha Allah Swt.

Puasa juga melatih pola dan kebiasaan, yaitu pola untuk hidup sehat, teratur dan kebiasaan disiplin serta tepat waktu. Dengan pola dan kebiasaan yang terbentuk selama proses latihan pada bulan Ramadhan, harapannya akan terbawa pasca Ramadhan dengan baik, walaupun pola dan kebiasaan tersebut kecendrungannya dipaksakan, akan tetapi berdampak positif, sehingga kebiasaan tersebut akan mengatur pola kehidupan kita.

Bulan puasa merupakan bulan yang dimanfaatkan secara individu dengan meningkatkan spiritualitas kita. Momentum membangun kesalehan spiritual sangat tepat di bulan suci ini, dengan melaksanakan ibadah puasa merupakan bagian dari bentuk ketaatan seorang hamba kepada Allah Swt yang harus dijalankan dengan dasar keimanan.

Memaknai puasa tidak hanya secara syar’i yaitu menahan makan dan minum serta hal-hal yang membatalkan puasa saja, akan tetapi kita bisa memaknai lebih jauh lagi yaitu merasakan secara fisik bagaimana orang yang kurang mampu secara ekonomi manahan rasa lapar ketika belum makan, sehingga memunculkan rasa empeti yang berimbas pada peningkatan rasa syukur dan kepedulian terhadap sesama.

Membangun keslehan spiritual dan kesalehan sosial harus secara bersama-sama, tidak dipisahkan, jika tidak seiring maka akan timpang, karena implentasi kesalehan spiritual adalah dalam bentuk sosial, sedangkan kesalehan sosial bagian dari ajaran agama secara spiritual sesuai dengan Al Qur’an Surat Al Baqarah Ayat 3  “(yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka” dalam konteks ayat ini sudah jalas antara kesalehan spiritual/individual dan kesalehan sosial tidak dipisahkan, Allah memerintahkan untuk mendirikan shalat (kesalehan spiritual) kemudian memerintahkan untuk menafkahkan sebagian hartanya (kesalehan sosial). Kedua karakter tersebut merupakan bagian dari ciri-ciri orang bertaqwa.

Tujuan puasa adalah mencapai derajat taqwa. Taqwa secara bahasa arab, berasal dari fi’il ittaqa-yattaqi, yang artinya berhati-hati, waspada, takut. Bertaqwa dari maksiat maksudnya waspada dan takut terjerumus dalam maksiat.  Hal ini mengandung arti bahwa esensi taqwa adalah tidak hanya membahas soal ibadah ritual saja akan tetapi juga aplikasi muamalah, bergaul dan ajaran untuk melakukan kebaikan-kebaikan antar sesama manusia dengan mengharap ridlo Allah Swt, disisi yang lain taqwa berorientasi guna mencegah manusia untuk menghidari dari hal-hal yang dilarang oleh Allah Swt karena takut akan dosa dan azab Allah Swt. Oleh karena itu bagi orang yang dapat menjalankannya akan mulia di sisi Allah, sesuia dengan firmanNya “Sesungguhnya yang paling mulia di sisi Allah adalah orang yang paling bertaqwa di antara kalian” (QS. Al Hujurat: 13).

Adapun karakter orang bertaqwa telah digambarkan dalam Al Qur’an Surat Al Baqarah Ayat 2 sampai dengan 4, karakter orang bertaqwa diantara  adalah  menafkahkan sebagian rizqinya. Dalam bulan Ramadhan ini dianjurkan untuk meningkatkan ibadah dalam bentuk sosial, dengan melatih kesalehan sosial diharapkan fakir miskin dapat merasakan kepedulian yang disalurkan oleh kaum berada.

Membangun kesalehan sosial perlu dilatih sejak dini artinya melatih rasa peduli bagi sesama harus diajarkan dari anak-anak, sehingga kelak dewasa akan terbiasa membantu antar sesama. Kesadaran ini perlu ditumbuhkan dan dibangun oleh individu maupun kelompok, dalam hal ini adalah instansi dengan tujuan mengorganisir untuk membantu sesama.

Semoga di bulan suci ini, kita dapat membangun kesalehan spiritual sekaligus kesalehan sosial demi meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah Swt, dan muaranya adalah konsisten di bulan-bulan selain Ramadhan tetap semangat melakukan akativitas ini demi ummat dan bangsa.

(*)

*Mukharom adalah Dosen Fakultas Hukum Universitas Semarang (USM) dan Pengurus Masjid Al Hasyim Kota Semarang

44 / 100

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Powered by rasalogi.com