Derasnya budaya asing yang masuk akibat arus globalisasi membuat generasi saat ini sudah mulai melupakan budaya bangsa sendiri. Sebagai upaya membangkitkan kembali kesadaran akan akar budayanya sendiri SMA Negeri 10 Yogyakarta menggelar kegiatan Gebyar Budaya Tahun ajaran 2024-2025.
YOGYAKARTA – Siswa Kelas 12 SMA Negeri 10 Yogyakarta melaksanakan ujian praktik mata pelajaran Bahasa Jawa dengan pementasan dan pameran seni budaya di Taman Budaya Yogyakarta (TBY) selam dua hari, Senin (10/02/2025) dan Selasa (11/02/2025).
6 kelompok dari masing-masing kelas Kelas 12 menampilkan pagelaran kethoprak pada hari pertama, sedangkan pada hari kedua ini ditampilkan berbagai pentas seni budaya dan prakarya hasil kreatifitas siswa, baik secara berkelompok maupun individu, seperti pentas tari, musik, Lukis, maupun seni lainnya.
Pementasan Kethoprak kemarin mampu menyedot perhatian penonton yang terdiri dari siswa, guru dan orang tua beserta sejumlah tamu undangan.
Pentas Kethoprak dibuka dengan penampilan siswa Kelas 12 IPS 1 dengan lakon ‘Ken Arok – Ken Dedes’.
Penampilan pembuka ini mampu memukau penonton yang hadir. Para siswa menyajikan legenda Ken Arok dan ken dedes dengan versi kekinian.
Sutradara, Adinda Tri Santi Putri mengatakan, dipilihnya lakon Ken Arok melalui kesepakatan seluruh siswa yang menginginkan mengadaptasi cerita rakyat yang berbau romansa.
Dalam Menyusun alur cerita ia sengaja menyisipkan improvisasi dengan beberapa isu kekinian seperti kebiasaan anak-anak muda bermedia sosial dan kurangnya nilai sopan santun kepada orang tua.
Ia bersama teman-temannya berproses sekira 4 bulan sebelum sampai ke pementasan dengan berbagai tantangan dari Menyusun naskah, pemilihan pemeran, tim property dan tim teknis lainnya.
“Yang paling menantang dalam prosesnya adalah menampung ide-ide dari teman-teman sekelas, itu cukup susah. Tapi dalam prosesnya kami juga dibimbing bu Dinari Katarina (Guru Bahasa jawa), jadi sangat terbantu,” ujar Dinda.
Menurutnya menjadi sutradara Ketoprak adalah pengalaman pertamanya. Namun meski tidak pernah ikut sanggar teater Dinda berpengalaman menjadi panitia pementasan teater, sehingga tidak terlalu awam dengan pementasan.
“Saya bersyukur, seneng, pementasan bisa terlaksana dengan baik,” ujarnya.
Beberapa siswa diantaranya Rais Kusuma Dewantara (Pemeran Ken Arok) dan Muhammad Rezsy Putra Abdullah (Pemeran Prajurit Mario), mengaku perma kali bermain kethoprak.
Bahkan Rais juga mengaku baru tahu ada kisah Ken Arok.
“Ini malah baru tahu ada kisah ken Arok. Makanya saya coba menghayati perang dengan browsing, liat youtube bagaimana gaya Ken Arok di ketoprak. Cukup menantang,” ujarnya.
Namun keduanya senang karena sudah bisa melaksanakan pentas dengan lancer dan berharap mendapat nilai yang baik dari guru.
Nguri-Uri Budaya
Sebelumnya, kegiatan Gebyar Budaya dibuka oleh Oleh Kepala Balai Pendidikan Menengah (Baldikmen) Kota Yogyakarta Maryono,S.Pd.,M.Pd. dihadiri Kepala Sekolah SMA Negeri 10 Yogyakarta, Sugeng beserta Guru pengampu Mata Pelajaran Bahasa Jawa, Dinari Katarina dan Ernaningsih. Pementasan juga disaksikan Ketua Komite SMA Negeri 10, Abdullah Abidin.
Kepala Baldikmen Kota Yogyakarta Maryono dalam sambutannya mengapresiasi kegiatan Gebyar Budaya SMA Negeri 10 Yogyakarta.
Menurutnya, para siswa sekarang hidup di era globalisasi, di mana budaya asing begitu mudah masuk melalui berbagai bentuk, sehingga perlu lebih menanamkan nilai-nilai jati diri budaya bangsa sendiri.
“Maka belajar budaya tradisional adalah menjadi identitas, warisan leluhur dan nilai-nilai yang membentuk karakter kita menjadi generasi yang modern tanpa melupakan akar tradisi,” tuturnya.
Dalam kesempatan yang sama, Kepala Sekolah SMA Negeri 10 Yogyakarta, Sugeng mengungkapkan dengan begitu derasnya arus informasi dan seni budaya dari luar maka berakibat generasi muda tidak mengenal seni budaya sendiri.
Oleh karenanya SMA N 10 Yogyakarta berkomitmen untuk melestarikan seni budaya melalui ujian praktek bahasa Jawa dan Seni yang dikemas melalui pertunjukan
“Pentas seni Kethoprak selama 1 hari tgl 10 Feb 2025. Pentas Seni tari dan suara pada tgl 11 Feb 2025, selain itu juga ditampilkan hasil karya seni siswa. Kegiatan dilaksanakan di Taman Budaya sehingga dapat disaksikan oleh orang tua, siswa dan masyarakat dengan harapan dapat memberikan hiburan skaligus motivasi bagi warga masyarakat bahwa melestarikan budaya menjadi tanggung jawab kita semua,” tuturnya.
Sementara itu, Ketua Komite Sekolah SMA Negeri 10 Yogyakarta, Abdullah Abidin mengungkapkan, orang tua siswa mengapresiasi dan mendukung diselenggarakannya kegiatan Gelar Budaya ini.
Menurutnya, ujian praktik melalui Gelar Budaya diharapkan bukan sekadar menjadi Syarat kelulusan siswa semata, namun lebih dari itu menjadi sarana untuk nguri-uri atau melestarikan budaya jawa.
Terselenggaranya acara Gelar Buday aini juga merupakan wujud nyata bersinerginya pihak sekolah, Orang Tua dan Siswa SMA Negeri 10 Yogyakarta dalam mengembangkan kemampuan anak didik serta meningkatkan kualitas Pendidikan.
“Jadi gelar budaya ini juga bentuk Kolaborasi atara orang tua, guru atau pihak sekolah dengan anak anak. Kami tentu saja sangat mendukung setiap kegiatan sekolah yang berorientasi untuk meningkatkan kualitas siswa, seperti Gelar Budaya ini Murni pembiayaannya dari anggaran komite,” ujar Umbu, sapaan akrabnya.
Orang tua siswa berharap upaya nguri-uri budaya melalui pentas kethoprak ini tidak putus sampai di sini, tapi teraktualisasi dalam keseharian anak-anak.
“Saya berharap Bahasa Jawa ini menjadi pemersatu anak-anak kita. Harapannya juga Guru bisa memberikan nilai yang seobjektif mungkin, supaya nilai yang didapatkan siswa nantinya menjadikan semangat belajar lebih giat,” harap Umbu. (pr/kt1)
Redaktur: Faisal
*