Cinta Berbuah Iman

Oleh: M Kamil Akhyari

Assalamualaikum, Beijing! Berbeda dari novel-novel Asma Nadia lainnya. Nuansa romantisme dalam buku setebal 342 halaman itu sangat kental. Melalui kisah cinta tokoh Asma bersama Zhongwen, Asma Nadia mengajarkan ketulusan dan kesetiaan dalam bercinta. Cinta yang mengantarkan pada hidayat ilahi.

Latar China-Indonesia menjadi nilai lebih tersendiri. Benih cinta perempuan Indonesia dengan laki-laki China itu berawal dari pertemuan secara tak sengaja (hlm. 10). Perkenalannya dimulai saat Asma berusaha mencari tumpangan menuju hostel waktu pertama kali ke Beijing untuk membuat laporan perjalanan ke negeri tirai bambu, menggantikan seniornya.

Percakapan di atas bus itu cukup mengesankan Zhongwen meski Asma tak memiliki perasaan lebih. Asma masih trauma pasca hubungan asmara yang telah dirawat selama empat tahun dengan Dewa kandas. Meski undangan pernikahan telah dicetak, Asma harus merelakan calon imamnya mempertanggungjawabkan benih Dewa di rahim Anita. Juga mustahil dirinya menikah dengan laki-laki lintas iman.
Ada perasaan gelisah saat Asma tak berkirim kabar, padahal sebelum berpisah Zhongwen telah menyerahkan kartu nama.

Ada cahaya yang terpancar di balik pemakai kerudung cerah itu. Rindu menyergap. Zhongwen ingin melanjutkan legenda Ashima dan Ahei yang bersambung karena laki-laki bermata sipit itu harus turun terlebih dahulu dari bus pada saat itu. Zhongwen terpaksa harus menebus kegelisahannya dengan melakukan pencarian di objek wisata yang kemungkinan Asma ada di situ. Keduanya bertemu di masjid Niujie (hlm. 97).

Sepulangnya ke Indonesia, komunikasi lintas negara makin intens melalui jejaring sosial. Percakapannya tak hanya seputar legenda sepasang kekasih dari Yunnan yang berjuang mempertahankan cinta sejati, namun menyangkut agama. Perempuan hitam manis itu menginspirasi Zhongwen untuk mengenal lebih dalam dan akhirnya tertarik pada Islam. Dua kalimat syahadat pada akhirnya diikrarkan sekalipun harus terusir dari rumah (hlm. 151).

Satu syarat untuk membangun rumah tangga dengan perempuan bersahaja itu terpenuhi. Namun menjelang dan setelah menjadi mualaf, komunikasi mendadak putus. Apa yang terjadi dengan Ashima laki-laki berkulit putih itu? Asma dinyatakan terserang stroke dan mengalami pengumpalan darah di ginjal.

Di sisi lain, meski Anita telah berhasil merebut hati dan dinikahi Dewa, namun cinta pasangan suami istri tersebut tak pernah bersambut. Tiap harinya hanya perselisihan yang digelar. Cinta Dewa tetap untuk Asma meski disampingnya sudah ada Anita yang lebih cantik dari mantan pacarnya.

Pada awal-awal pernikahan sambil merawat kandungan buah hatinya, Anita masih cukup sabar, meski pernah hendak bunuh diri. Setelah buah hatinya nanti lahir, sikap Dewa diharapkan berubah. Namun, kehadiran buah hatinya di antara mereka tak membuat Dewa bisa melupakan Asma, sedikitpun.

Setelah bertanggung jawab atas benihnya di rahim Anita, Dewa bermaksud bercerai. Usai bercerai, Dewa berharap bisa kembali bersatu dengan Asma. Meski sudah terserang penyakit, Asma diharapkan menemani sisa-sisa hidupnya. Masihkah cinta lama bersemi kembali di antara keduanya? Bagaimana dengan hubungan Asma dan Zhongwen? Berakhir di pelaminan atau kandas di tengah jalan?

DATA BUKU.
Judul: Assalamualaikum, Beijing!
Penulis: Asma Nadia
Penerbit: Noura Books, Jakarta
Terbitan: Kedua, Desember 2013
Tebal: 342 halaman
ISBN: 978-602-1606-15-5

*) Penulis adalah Guru SMP Islam Nurul Ishlah dan SMK Nurul Huda, Kecamatan Bluto, Sumenep.

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Powered by rasalogi.com