Jumlah Anak Penyandang Stunting di DIY Cukup Tinggi

YOGYAKARTA – Jumlah anak penyandang stunting di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) masih cukup tinggi. Meski angka persentasenya di bawah yang ditetapkan oleh WHO, namun kondisi tersebut tergolong cukup mengkhawatirkan dan memerlukan berbagai tindakan, baik untuk mengantisipasi maupun menangani anak-anak stunting,

“Terhadap anak yang sudah stunting, harus ada intervensi dan perlakuan khusus, agar mereka bisa menjadi sumber daya berkualitas, menjadi generasi estafet kita masa depan. Karena kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh kualitas sumber daya manusianya,” ungkap Ungkap  Plt. Asisten Bidang Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Sekda DIY Drs. Tavip Agus Rayanto MSi saat membacakan sambutan Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X dalam Kampanye dan Deklarasi Pencegahan Stunting di GOR Amongrogo Yogyakarta, Jumat (14/12/2018).

Dalam sambutan tertulisnya, Sri Sultan mengatakan, masyarakat kebanyakan masih salah dalam memahami stunting yang dianggap hanya sebagai masalah tinggi badan anak. Padahal, stunting merupakan persoalan pertumbuhan otak yang menjadi cikal bakal potensinya sebagai human capital ketika dewasa.

Ada dua syarat anak dapat dikatakan mengalami stunting, yakni malnutrisi dan mengalami infeksi kronis.  Stunting juga tidak hanya terjadi di perdesaan atau keluarga miskin, tetapi di kota anak dari keluarga kaya  juga banyak yang mengalami stunting,

“Stunting bukan hanya masalah kemampuan mengakses makanan bergizi, layanan kesehatan, sanitasi layak dan air bersih. Namun lebih pada masalah pengetahuan, kesadaran, dan gaya hidup atau perilaku warga. Artinya, penanganan stunting hanya dapat dilakukan kepada anak-anak yang bertubuh pendek dan kurus, bukan pendek tapi sehat dan pintar,” kata Tavip.

Sri Sultan juga menilai stunting juga merupakan permasalahan yang paling mendasar yang harus segera diselesaikan. Untuk mengantisipasinya, harus ada pencegahan dari awal,

“Misalnya sejak calon ibu masih remaja. Kualitas hidupnya juga harus diperbaiki. Para ibu juga harus memperhatikan dan memprioritaskan asupan gizi anak balitanya,” imbuhnya.

Sri Sultan berharap, kegiatan kampanye dan deklarasi pencegahan stunting menjadi momentum dan titik awal penyadaran masyarakat mengenai bahaya stunting dan upaya pencegahannya. Ke depan diharapkan prevalensi stunting di DIY bisa diturunkan.

Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan DIY drg. Pembayun Setyaning Astitue, M.Kes mengatakan, sesuai dengan arahan Presiden RI, program kesehatan nasional ialah bagaimana mengoptimasilisasikan sumber daya manusia di Indonesia,

“DIY sendiri memiliki berbagai program untuk mendukung kebijakan nasional tersebut. Salah satunya mencegah dan mengatasi stunting,” ujarnya.

Pembayun menjelaskan, Angka sasaran stunting di DIY 19,8%, sedangkan angka sasaran nasional 27%. Kendati masih di bawah angka WHO, tetapi ia menekankan harus tetap diminimalisir. Menurutnya, WHO sendiri menetapkan manakala angka sasaran melebihi 20%, berarti masuk dalam permasalahan.

“Untuk itu melalui kampanye ini, kita deklarasikan bersama kabupaten/kota mencegah dan menurunkan stunting di DIY. Selain itu, ada edukasi ke masyarkaat bagaimana mencegah stunting. Intinya, bagaimana pangan menjadi satu hal yang penting dalam membangun sumber daya manusia,” tutupnya sebagaimana dikutip dari keterangan resmi hmas Pemda DIY.

Untuk diketahui, stunting adalah sebuah kondisi di mana tinggi badan seseorang jauh lebih pendek dibandingkan tinggi badan orang seusianya akibat kekurangan gizi kronis sejak bayi dalam kandungan hingga masa awal anak lahir yang biasanya tampak setelah anak berusia 2 tahun. (kt1)

Redaktur: Faisal

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Powered by rasalogi.com