YOGYAKARTA – Sekira lebih dari 150 orang Warga Kampung Pengok Demangan, Gondokusuman, Kota Yogyakarta Nonton Bareng (Nobar) wawancara eksklusif Dr. Ir. Hasto Kristiyanto, M.M. ( Sekjen PDI Perjuangan ) dan Prof. Dr. Connie Rahakundini Bakrie, M.Si., yang disiarkan di kanal YouTube Akbar Faisal Uncensored.
Sembari menikmati hidangan Bakmie Jawa Goreng, Bakmie Jawa Godhog, Nasi Goreng, dan Magelangan, Dalam acara yang digelar Selasa (26/11/2024) malam tersebut, warga Kampung Pengok juga menggelar diskusi bertema politik.
Mereka tampak menyelami kedalaman realitas perpolitikan nasional yang mereka anggap jauh dari kehidupan sehari-hari mereka.
Dipandu oleh Antonius Fokki Ardiyanto, S.IP., acara ini berhasil menciptakan ruang diskusi yang menyentuh langsung kehidupan rakyat kecil.
Dengan dukungan komunitas SAHABAT HARJONO, diskusi ini berfokus pada isu-isu yang selama ini jarang dibahas di ruang publik, mulai dari dinamika politik nasional hingga fenomena politik dinasti yang semakin kuat di Indonesia.
Para narasumber—Dr. Hasto Kristiyanto, Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan, dan Prof. Connie Rahakundini, seorang pakar strategi pertahanan—berbicara blak-blakan mengenai bagaimana arah kebijakan politik nasional semakin memengaruhi kehidupan rakyat.
Fokki, selaku moderator, menekankan bahwa pendidikan politik seperti ini penting untuk masyarakat akar rumput.
“Diskusi ini bukan hanya soal teori, tapi tentang bagaimana politik itu berhubungan langsung dengan kehidupan sehari-hari kita. Kita harus paham dan tidak bisa hanya diam. Kita harus tahu siapa yang memimpin dan apa dampaknya untuk kita,” tegas Fokki.
Pendidikan politik yang selama ini hanya dianggap urusan para elite politik mulai diterima oleh warga kampung dengan cara yang berbeda.
“Acara ini bukan cuma soal hiburan, tapi juga tentang memahami apa yang terjadi di negeri ini,” tambahnya.
Dengan menggunakan format Nobar, mereka tidak hanya sekadar menonton wawancara, tetapi juga diberi kesempatan untuk berdiskusi langsung mengenai isu-isu besar yang menyentuh kehidupan mereka.
Diskusi ini membuka mata banyak warga mengenai betapa besar kekuasaan yang kini terpusat pada segelintir orang dan bagaimana itu mengarah pada fenomena politik dinasti, serta bagaimana politik ini mulai mengancam kehidupan pribadi rakyat.
Warga Kampung Pengok pun terkejut dengan kenyataan yang terungkap.
Salah satu peserta, Irwan, terkejut dengan apa yang dia dengar.
“Anak-anak dan menantu Presiden Jokowi semua jadi pejabat. Semua orang terdekatnya ditempatkan di posisi penting. Apakah ini yang kita sebut demokrasi? Apa Indonesia mau jadi kerajaan?” tanya Irwan, seolah tak percaya dengan kenyataan yang terungkap di hadapannya.
Namun, ketegangan semakin terasa ketika diskusi beralih pada kasus-kasus konkret yang menunjukkan bagaimana politik dapat mengancam kehidupan seseorang.
Contohnya, salah satu narasumber menyebutkan fenomena di mana seseorang yang berani mengkritik kebijakan pemerintah atau mengambil posisi berseberangan dengan penguasa sering kali mendapatkan intimidasi, bahkan ancaman terhadap karir dan keselamatan pribadi mereka.
“Ini bukan hanya soal dinasti Politik yang berkuasa seperti ini mengancam kebebasan berekspresi dan hak hidup seseorang. Mereka yang berbeda suara sering kali dipersekusi, bahkan diintimidasi secara sistematis,” jelas salah satu peserta yang berpengalaman.
Sementara itu, Ibu Heru, seorang warga lainnya, juga mengungkapkan ketidakpuasannya terhadap para pejabat yang sudah kaya tetapi masih terus mengejar jabatan.
“Kenapa yang sudah kaya masih saja berlomba mengejar jabatan? Kita yang rakyat kecil aja bisa ‘nrima ing pandum’. Kenapa mereka nggak puas dengan apa yang sudah dimiliki?” kata Ibu Heru, menggambarkan keresahan rakyat yang merasa terpinggirkan oleh sistem yang terus memperkaya mereka yang sudah berada di atas.
Diskusi terasa sangat nyata dan berakar pada keprihatinan mereka terhadap politik Indonesia yang semakin jauh dari rakyat kecil.
“Ini bukan lagi soal siapa yang benar atau salah, tapi tentang siapa yang diberi kesempatan dan siapa yang terus terpinggirkan. Kita harus tahu siapa yang membuat kebijakan dan dampaknya terhadap hidup kita. Jangan sampai kita hanya jadi penonton dalam permainan besar ini,” ungkap Fokki dengan tegas.
Acara ini bukan hanya sekadar kesempatan untuk menyaksikan wawancara, tetapi juga untuk menggugah kesadaran politik di kalangan warga yang selama ini merasa terabaikan. Melalui Nobar ini, warga Kampung Pengok diberi ruang untuk berbicara, bertanya, dan bahkan mengkritik kebijakan yang mereka rasa tidak berpihak pada rakyat.
“Pendidikan politik yang sesungguhnya adalah ketika rakyat bisa memahami dan mengkritisi kebijakan yang ada, bukan hanya menerima apa yang diberikan oleh para pemimpin,” tegas Fokki.
Melalui kegiatan ini, terbuka jalan bagi masyarakat untuk mengakses pengetahuan politik yang seringkali terasa jauh dari mereka. Dengan dukungan penuh dari komunitas SAHABAT HARJONO, acara seperti ini diharapkan terus dapat memberikan dampak yang positif, memperkaya wawasan politik rakyat, dan mendorong mereka untuk lebih aktif dalam kehidupan politik nasional.
“Pendidikan politik harus konkret. Rakyat harus paham, politik bukan hanya untuk segelintir orang, tapi untuk semua. Belajar politik sambil makan Bakmie Jawa? Kenapa nggak! Karena politik itu milik rakyat, bukan hanya milik para elite yang terus mendominasi.” tutupnya. (pr/kt1)
Redaktur: Faisal