Edutek  

Nostalgia Gita Kamath: Dari Pelajar Bahasa Indonesia hingga Jadi Wakil Dubes Australia yang Kembali ke Jogja

 

JOGJAKARTANEWS.COM, Yogyakarta, — Wajah Wakil Duta Besar Australia untuk Indonesia, Ms. Gita Kamath, tampak sumringah ketika mengenang masa mudanya di Yogyakarta. Dalam suasana hangat perayaan ulang tahun ke-30 Australian Consortium for “In-Country” Indonesian Studies (ACICIS) di Hotel Royal Ambarrukmo, Sabtu malam (18/10), ia bercerita tentang kedekatannya dengan kota pelajar yang membentuk perjalanan hidup dan karier diplomatiknya.

“Saya pertama kali datang ke Yogyakarta tahun 1982, masih remaja,” kenangnya sambil tersenyum. “Saat itu saya sudah belajar bahasa Indonesia di sekolah menengah di Australia. Lalu tahun 1996, saya kembali dan tinggal beberapa bulan di sini untuk mengikuti pelatihan bahasa Indonesia. Jogja memberi saya pengalaman yang tak terlupakan.”

Ia pun mengamati perubahan suasana kota yang dulu sederhana. “Dulu semua orang ke mana-mana naik sepeda, becak, atau angkot. Tidak ada Grab, Gojek, atau Indomaret. Waktu itu, ketika Pizza Hut buka di Jalan Sudirman, itu hal paling keren di Jogja—mungkin bahkan satu-satunya restoran luar negeri waktu itu,” ujarnya, disambut tawa dan nostalgia para tamu.

Kini, kata Gita Kamath, Yogyakarta telah tumbuh pesat tanpa kehilangan jiwanya. “Jogja sekarang punya banyak tempat ngopi yang indah dan budaya kuliner yang luar biasa. Tapi semangat masyarakatnya tetap sama—ramah, terbuka, dan penuh semangat belajar,” ucapnya dengan penuh kekaguman.

Dalam pidatonya, Gita Kamath juga menyoroti peran penting ACICIS dalam memperkuat hubungan pendidikan antara Indonesia dan Australia. “ACICIS tetap menjadi tujuan paling populer bagi mahasiswa penerima New Colombo Plan dari Australia. Lebih dari 13.500 mahasiswa telah belajar dan mendapatkan pengalaman kerja di Indonesia melalui program ini,” jelasnya.

Ia menambahkan, pengalaman belajar di Indonesia membuat mahasiswa Australia memahami budaya dan bahasa Indonesia secara mendalam. “Ketika kembali ke Australia, mereka menjadi duta-duta kecil yang mempererat hubungan kedua negara,” kata Gita Kamath.

Tak lupa, ia menekankan bahwa hubungan pendidikan ini bersifat dua arah. “Tahun lalu, lebih dari 24 ribu pelajar Indonesia memilih melanjutkan studi di Australia — angka tertinggi yang pernah tercatat. Para alumni di kedua negara kini menjadi jembatan penting dalam memperkuat hubungan antar masyarakat.”

Menutup pidatonya, Kamath membacakan pantun dengan gaya bersahaja namun penuh makna:

Burung merpati terbang ke awan,
Singgah sebentar di pohon jati.
30 tahun ACICIS berjalan,
Memperkuat hubungan Australia–Indonesia lintas negeri.

FULL

 

59 / 100 Skor SEO

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Powered by rasalogi.com