BANJARNEGARA – Persoalan infrastruktur jalan menjadi tema andalan para kandidat Calon Bupati dan Calon Wakil Bupati (Cabub-Cawabub) Banjarnegara, dalam debat kandidat yang diselenggarakan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Banjarnegara, di Surya Yudha Park, Sabtu (14/01/2016) siang. Masing-masing kandidat menawarkan solusi yang cukup bervariatif terkait persoalan yang banyak dikeluhkan masyarakat tersebut.
Cabub-cawabub Nomor Urut 1, Hadi Supeno –Nur Heni Widayanti (Peno-Heni) mengatakan setiap pemimpin daerah di Banjarnegara pasti melakukan pembangunan infrastruktur jalan. Namun, menurut Pasangan Peno-Heni, persoalannya adalah bagaimana memperlama usia Jalan-Jalan, baik jalan nasional, jalan provinsi, maupun jalan kabupaten.
“Saya akan membuat Perbub (Peraturan Bupati), mungkin juga Perda (Peraturan Daerah), tentukan standarisasi jalan kabupaten, bahwa setiap rencana pembangunan jalan kabupaten harus disertai dengan drainase yang memadai. Kedua saya akan membuat SOP (Standard Operational Procedure) bahwa jalan berlubang boleh, tetapi harus ada toleransi waktu maksimal dua minggu harus sudah harus dibuat rata,” kata Peno.
Upaya ketiga, kata dia, akan mengangkat pengawas jalan kabupaten untuk memastikan jalan-jalan dalam kondisi baik. Tahap pertama, kata Peno, mengangkat lima puluh pengawas dengan status THL (Tenaga Honor Lapangan) dengan gaji dari pemerintah maksimal Rp 1,3 juta. Petugas tersebut, menurutnya akan dibekali kendaraan dinas serta peralatan untuk perbaikan jalan.
“Dalam pemerintahan Peno-Heni In Syaa Allah dalam wakttu dua tahun semua jalan di Kabupaten Banjarnegara mulus halus,” ujarnya.
Keempat, Peno-Heni akan melakukan rayonisasi Alat-Alat berat di Kecamatan-Kecamatan agar perbaikan jalan lebih cepat. Kelima, meningkatkan pengawasan tonase kendaraan sesuai dengan kelas jalan. Keenam, akan meningkatkan koordinasi dengan kementrian terkait dan bina marga, agar jalan dapat dipastikan selalu dalam keadaan baik.
Sementara Pasangan Nomor Urut 2, Wahyu Kristianto – Saeiful Muzad (Wahyu-Sae), berkaitan dengan infrastruktur, lima tahun yang akan datang tentu yang harus dievaluasi adalah masalah perencanaan, pelaksanaan, dan bagaimana pemeliharaan.
“Karena tiga faktor itu sesungguhnya sangat berkaitan erat. Saya In Syaa Allah bersama Saeful Muzad ketika diridhai Allah menjadi Bupati dan Wakil Bupati maka satu hal yang kita pastikan pertama adalah pelaksanaan pembangunan di Kabupaten Banjarnegara itu harus berbasis kepada data. Kita tidak bisa lagi berbicara dua tahun selesai, satu tahun selesai, tanpa kita paham berapa kilo meter ruas jalan yang ada di Kota Banjarnegara. Dan kemudian kita pahami anatomi APBD Kita. Berapa potensi APBD kita, pendapatan kita. Berapa potensi belanja kita, berapa pembiayaan kita. Saya pikir itu hanya jargon-jargon yang menyesatkan masyarakat Kabupaten Banjarnegara,” kata Wahyu, politisi muda yang akrab disapa Ikis.
Selain berbasis kepada data, Kata Ikis, pembangunan juga harus berbasis target. Dia menjelaskan, target yang dimaksud adalah ketika membangun infrastruktur harus memiliki target implikasi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat. Jalan-jalan, kata dia, harus mengkoneksikan jalur-jalur yang terisolir, sehingga menjadi simpul-simpul ekonomi baru, serta umur jalan yang lebih lama.
“Secara teori minimal 5 tahun jalan baru diperbaiki, yang terjadi sekarang adalah dua tahun tiga tahun,” tukasnya.
Menyikapi persoalan yang sama, pasang nomor urut nomor 3, Budhi Sarwono (Wing Chin) –Syamsudin (Bissa) berjanji akan membereskan persoalan infrastruktur jalan, dalam waktu singkat. Menurutnya, hal itu harus menjadi prioritas mengingat selam lima tahun terakhir, persoalan infrastruktur jalan menjadi keluhan terbanyak masyarakat Banjarnegara.
“Persoalan yang selama lima tahun ini terbengkelai, dengan selalu terus mengharap bimbingan dari Allah SWT, akan kami bereskan maksimal dua tahun. Utamanya, daerah ke tempat wisata, daerah terpencil, pusat ekonomi, fasilitas pendidikan, dan kesehatan. Terimakasih,” ujar Wing Chin yang pengusaha nasional di bidang jasa konstruksi ini.
Di sisi lain, meski berjalan lancar, namun beberapa kali moderator mengingatkan tim sukses (Timses) yang hadir dalam debat. Masing-masing timses kerap meneriakkan yel-yel dan menunjukkan atribut yang dilarang dalam debat. Kesalahan teknis juga sempat terjadi, seperti padamnya listrik dan tersendatya mikerophone saat para kandidat menyampaikan pemaparan. (kt1)
Redaktur: Syarifudin