SLEMAN – Meski awan panas sudah muncul berulangkali sejak Kamis (07/01/2021) hingga Sabtu (09/01/2021) namun Status Gunung Merapi masih berada di level III atau siaga. Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) menilai jangkauan awan panas belum membahayakan penduduk karena luncurannya masih di bawah 1 km,
“Jadi tingkat aktivitas Gunung Merapi saat ini masih berada di level III atau siaga,” kata Kepala BPPTKG Hanik Humaida kepada wartawan Minggu (10/01/2021).
Namun demikian, ia mengimbau agar warga di sekitar Merapi pun, baik dari wilayah Kabupaten Sleman, Magelang, Klaten dan Boyolali dilarang mendekat ke kawasan rawan bencana (KRB) III. Hanik menambahkan, dengan berbagai aktivitas Merapi yang masih tinggi itu, zona bahaya saat ini ditetapkan maksimal 5 km.
Hanik menjelaskan, Kubah lava di Gunung Merapi mulai terbentuk pada 4 Januari 2021. Posisi kubah lava yang berada di lereng membuatnya tak stabil. Menurutnya, kondisi kubah lava kali ini berbeda dengan kubah lava pada tahun sebelumnya atau pada tahun 2018,
“Karena begitu magma muncul, langsung menjadi lava pijar,” ujarnya.
Lokasi kubah lava yang berada di lereng, kata dia, membuat fenomena guguran lava pijar akan terus terjadi.
Aktivitas guguran lava pijar Gunung Merapi semakin intens pada Minggu (10/01/ 2021) sore. Fenomena tersebut terpantau jelas dari kamera pengamatan.
Sepanjang hari Minggu (10/01/2021) dari pagi hingga petang, mulai pukul 00.00-18.00 WIB, setidaknya sudah 4 kali guguran lava pijar terjadi dan material itu meluncur ke arah Kali Krasak. Suara guguran 1 kali sempat terndengar dengan intensitas keras dari Pos Pengamatan Babadan dan volume curah hujan terus meningkat dari 12 mm, 29 mm, lalu meningkat menjadi 93 mm per hari dalam periode pengamatan 12.00-18.00 WIB.
Dari pengamatan visual pada 7 Januari, sempat muncul 9 kali guguran lava pijar ke Kali Krasak sejauh maksimal 500 meter dan awan panas 4 kali. Untuk jarak luncur terjauh guguran lava sendiri sejauh 3 km, namun secara umum terjadi pada jarak sekitar 1,5 km,
“Secara perhitungan probabilitas masih ada potensi erupsi eksplosif, dari penilaian data terakhir,” ujar Hanik.
Selain menghimbau warga agar menjauhi KRB III, Hanik juga menghimbau warga agar menjauhi sungai-sungai berhulu Merapi karena curah hujan kian intens di kawasan puncak Merapi memasuki awal 2021 ini,
“Karena berpotensi lahar dingin,” pungkasnya. (kt1)
Redaktur: Faisal