BANYAK orang yang kurang menyadari potensi dirinya, sehingga takut untuk memulai sesuatu yang baru, termasuk berbisnis. Di sisi lain, tak sedikit orang yang sudah menjalankan bisnis, namun akhirnya kandas karena modal utamanya, yakni keteguhan, keyakinan, dan hati nurani, telah hilang.
“Merintis bisnis memang tidak mudah, lebih sulit lagi ketika memajukan bisnis. Namun, semua itu tidak menjadi sulit jika kita punya keyakinan dan hati nurani kita tidak melenceng dari niat mensejahterakan sesama,” kata Owner CV. Sambung Nyowo Yogyakarta, Drs. Slamet Teguh Widodo.
Bagi banyak orang, kesuksesan pengusaha obat-obatan herbal terbesar di Yogyakarta, dan penemu ramuan Madu Herbal Sambung Nyowo pertama di Indonesia ini, dipandang sebagai sesuatu yang tidak bisa didapatkan orang awam. Sebab, untuk mendirikan perusahaan yang produk-produknya sudah menasional, butuh modal materi yang sangat besar. Namun hal itu ditepis oleh Teguh, sapaan Drs. Slamet Teguh Widodo.
“Saya ini orang biasa, hanya saja saya punya keyakinan dan tekad untuk maju dalam berbisnis. Namun tentunya semua yang saya dapatkan hari ini tentunya atas seizin Allah SWT,” tutur pengusaha yang memang dikenal religius ini.
Teguh mengaku, dia dilahirkan dari keluarga yang sederhana. Akan tetapi kondisi seperti itu tidak menjadikannya pribadi yang rendah diri. Justru sebaliknya, sejak masih duduk di bangku Sekolah Dasar (SD), Teguh sudah berani bermimpi, dirinya bakal sukses menapaki jalur bisnis.
“Dulu orang tua saya bukan orang kaya, bukan pengusaha. Saya dan dua saudara saya sejak kecil sudah terbiasa dengan hidup yang serba kekurangan, cukup bisa makan sehari-hari saja sudah bersyukur,” kenang anak kedua dari tiga bersaudara itu.
Ayah Teguh hanya seorang guru ngaji di sebuah desa kecil di Bojonegoro, seingga penghasilannya waktu itu sangat pas-pasan. Demi mencukupi kebutuhan keluarga, ibunya turut membanting tulang menjadi pedagang kecil-kecilan.
Dengan harapan bisa meringankan beban kedua orangtuanya, Teguh pun mulai memutar otak. Uang saku yang diperoleh dari hasil membantu ibunya berdagang dia kumpulkan untuk membuka usaha kecil-kecilan, salah satunya menjadi sales bulpoint, bahkan berkualan lukisan. Tak hanya itu, disela-sela waktunya Teguh sempat menjadi loper koran. Sebagai anak yang dikenal ulet di kalangan seumurnya, Teguh dengan mudah memasarkan produk-produk yang dijualnya.
“Sejak itu saya mengenal bahwa bisnis butuh inovasi dan membangun jaringan. Bagaimana dagangan bisa laku kalau saya kurang pergaulan?” kata pria kelahiran Bojonegoro, 8 Desember 1965 ini.
Pengalaman masa kecil itu terus dipertahankan Teguh hingga menginjak usia remaja. Dari hasil jerih payahnya, dia mampu menamatkan pendidikan hingga jenjang S1 pada jurusan Ekonomi. Setelah mengantongi gelar Dokterandus (Drs), Teguh pun mengadu nasib dengan melamar sebagai karyawan di sejumlah perusahaan.
Meski pernah menduduki jabatan bergengsi di perusahaan tempatnya bekerja, namun teguh tidak lantas puas. Ia berkali-kali memutuskan pindah dari tempatnya bekerja. Mulai dari perusahaan konvensional, retail direct selling, hingga perusahaan network pernah dimasukinya.
“Sudah lima kali saya menjabat manajer, satu kali menjadi direktur, bahkan pernah menduduki kursi direktur umum. Namun, apapun jabatannya, status saya tetap sebagai karyawan,” kata Teguh mengisahkan.
Namun, naluri bisnis yang terlanjur mengalir deras di jiwanya membuat Teguh tak betah menggantungkan nasib pada orang lain.
Akhirnya, dengan segenap keberanian, Teguh pun merintis usaha dengan modal yang dipupuknya sejak awal. Kepekaan terhadap sesama membawa teguh akhirnya jatuh cinta kepada bisnis herbal kesehatan.
Dengan menggandeng sejumlah tenaga ahli dalam bidang herbal, ayah empat orang anak itu akhirnya memulai memproduksi obat-obatan herbal berkualitas sejak 2002 lalu hingga sekarang. Bahkan teguh sudah mampu mengembangkan usaha, setelah membesarkan CV.Sambung Nyowo dengan produk-produk herbal berkualitasnya, Teguh kemudian Mendirikan PT. Risqiu Gumilang Persada (RGP) perusahaan waralaba syariah yang memberi kesempatan masyarakat untuk berwirausaha.
“Jangan berharap keberhasilan jika usaha kita hanya setengah-setengah,” tutur pakar herbal yang dikenal supel ini. (rud)
Redaktur: Aristianto Zamzami.