KEKHAWATIRAN akan lunturnya minat generasi muda kepada kesenian tradisional dalam era
globalisasi ini, mendorong para pecinta kesenian dan budaya untuk semakin
menunjukkan konsistensinya. Demikian pula dengan para penggiat sanggar budaya
Singlon, di Pengasih, Kulonprogo yang mengangkat gamelan sebagai nilai budaya.
Namun, komitman tersebut tak lantas terbatas oleh pakem tertentu. Para penggiat
sanggar tetap memaknai gamelan secara luas.
Menurut Ketua Sanggar Budaya Singlon, Joko Mursito,
sebagai sebuah sanggar budaya sudah lima tahun berkarya, tepatnya sejak
berdirinya sanggar itu, 7 Juni 2008, Singlon terus berusaha untuk terus menjaga
kekayaan budaya ragam gamelan agar tetap lestari di tengah masyarakat, terutama
kaum muda. Baginya, menjadi suatu keprihatinan tersendiri ketika anak muda
semakin terjatuh dalam khasanah budaya popular. Akibatnya, seni gamelanpun kini
kian jarang dilirik.
“Konsep besarnya, kami ingin mengembalikan gairah
masyarakat terhadap kesenian tradisional kita. Namun, kami juga tetap mencoba
agar semua elemen masyarakat bisa memaknainya sendiri dengan penafsiran
masing-masing. Baik itu perupa, sastrawan, bahkan anak-anak diharapkan bisa
mengeksplorasi dan mengembangkan gamelan menurut tafsirannya sendiri,”
bebernya.
Sekarang ini, lanjut Joko, yang paling parah adalah
adanya anggapan bahwa gamelan hanya menjadi milik suatu kelompok tertentu.
Padahal, menurutnya gamelan bukan hanya milik para pengrawit atau seorang komposer
saja. Gamelan juga bisa dieksplorasi oleh siapapun, sesuai dengan jiwa dan
kemampuan masing- masing. Pihaknya pun menyadari, jika generasi muda perlu
dikenalkan kembali pada gamelan.
“Satu konsep yang juga dituju sanggar
Singlon adalah turut mengemas lokalitas menjadi satu kekhasan. Hal
itu diharapkan bisa meramu potensi seni budaya yang ada di Kulonprogo menjadi
identitas tersendiri yang bakal menjadi ciri khas,” ungkapnya.
Sementara itu, Bupati Kulonprogo, Hasto Wardoyo mengaku,
pihaknya sangat mengharapkan agar Singlon bisa terus berkembang dan lebih maju
lagi. Menurutnya, Singlon sejauh ini sudah banyak memberikan kiprah dan
mengharumkan nama Kulonprogo. Karya yang dihasilkan juga tidak kalah dengan
berbagai macam pertunjukan besar yang sudah digelar di berbagai daerah lain,
misalnya sendra tari Ramayana di Prambanan. Untuk itu, Hasto berharap agar
Singlon tidak hanya sekedar menjadi embrio pengembangan seni dan budaya di
Kulonprogo.
“Kalau hanya terus jadi embrio, itu tentu tidak bagus.
Kita juga harus berpikir, ke depannya mau seperti apa. Saya malah berharap
mudah-mudahan Singlon bisa dikembangkan menjadi taman budaya sehingga bisa
menghadirkan pertunjukan dnegan skala yang lebih berkualitas,” pungkasnya. (rud)
Redaktur:
Azwar Anas