JAKARTA– Wafatnya Presiden Afrika Selatan, Nelson Mandela, mengundang simpati dunia. Tokoh nasional Indonesia banyak yang berbela sungkawa untuk sosok yang dikenal sebagai arsitek perdamaian. Salah satu tokoh nasional yang merasa kehilangan atas wafatnya pejuang penghapus aparteid itu adalah budayawan sekaligus politisi, Fadli Zon.
Dalam Pers Release yang diterima jogjakartanews.com, Fadli Zon mengungkapkan, Nelson Mandela yang wafat pada usia 95 tahun di Johannesburg, Afrika Selatan, hari ini Jumat (12/6/2013), adalah manusia langka. Walau dipenjara selama 27 tahun (1962 – 1990) karena gigih memperjuangkan perdamaian dan kesetaraan manusia, namun tak ada dendam yang membekas di hatinya.
“Seringkali orang memupuk dendam, namun ia memelihara cinta. Ia sosok pribadi yang mendekati sifat kenabian,” ungkap Wakil Ketua Umum Partai Gerindra ini.
Lebih lanjut Fadli Zon menuturkan, Mandela dikenal sebagai sahabat Indonesia. Ia pecinta batik dan sering menggunakan batik di berbagai acara resmi kenegaraan maupun forum internasional.
“Ini merupakan ironi. Karena pemimpin maupun pejabat Indonesia sendiri banyak yang sungkan memakai batik dalam forum kenegaraan maupun forum Internasional,” sindirnya.
Selama memimpin Afrika Selatan pada 1994-1999, kata Fadli, Mandela gigih memperjuangkan penghapusan apartheid, memberantas rasisme, kemiskinan dan kesenjangan, serta mendorong rekonsiliasi rasial. Atas berbagai usahanya memperjuangkan perdamaian dan kesetaraan manusia. Ia menerima lebih dari 250 penghargaan, termasuk Hadiah Perdamaian Nobel 1993, Medali Kebebasan Presiden Amerika Serikat, dan Order of Lenin dari Uni Soviet.
“Perjuangan Mandela adalah perjuangan dengan cinta. Ia inspirasi bagi dunia. Sosoknya tak tergantikan, dan perjuangannya harus tetap kita lanjutkan. Selamat jalan Nelson Mandela, Sang Pemelihara Cinta,” Pungkas Fadli Zon. (lia)
Redaktur: Aristianto Zamzami