Seniman Difabel Indonesia akan Tampil di Festival Seni Terbesar Dunia

EDINBURG – Seniman Difabel Indonesia Khairani Barokka, akan tampil di festival seni Edinburgh Fringe. Dengan mengusung tema ‘wanita, disabilitas, dan Nusantara’ Khairani Barokka, akan mengharumkan nama Indonesia di kancah seni terbesar di dunia tersebut.

Bagi Okka, sapaan Khairani Barokka, sebagai perempuan difabel Indonesia, bisa tampil di festival tingkat dunia adalah hal yang membanggakan bagi dirinya.

Menderita kelainan otot syaraf di beberapa bagian tubuhnya, bagi Okka bukanlah sebuah keterbatasan, namun justru memberikan kelenturan dan dimensi tersendiri ke dalam karyanya.

“Saya ingin menegaskan kepada orang banyak, jangan melihat keterbatasan sebagai halangan untuk berekspresi,” sambungnya optimis, sebagaimana dikutip bbc.co.uk/indonesia.

Okka memang menganggap masyarakat dengan disabilitas di Indonesia belum diperlakukan dengan layak oleh negara. Menurutnya, masih banyak mispersepsi mengenai definisi disabilitas dan belum ada infrastruktur yang mumpuni untuk mengakomodir masyarakat dengan disabilitas.

“Pemerintah harusnya lebih serius memfasilitasi kebutuhan ini,” jelasnya.

Di sisi lain, Okka juga menilai kegiatan berkesenian harusnya bisa jadi cara yang efektif untuk bersuara dan menjembatani aspirasi kaum difabel dalam konsep yang lebih bersahabat.

Sepekan sebelum tampil di Edinburgh, Okka, tampil di South Kilburn Studio di London utara. Dia menampilkan karya terbarunya berjudul Eve and Mary are Having Coffee dengan tubuh berlumuran cat hijau. Karya itu yang akan dia tampilkan di Edinburgh Fringe selama lima hari, mulai dari 4-8 Agustus 2014 mendatang.

Festival seni ini sudah berlangsung sejak 1947 dan tahun ini akan diadakan tanggal 1 hingga 25 Agustus 2014 mendatang. Dalam event tersebut  akan digelar hampir 50 .000 penampilan seni yang tersebar di 299 titik di kota Edinburgh.

Karya Eve and Mary are Having Coffee diracik dari kumpulan syair yang Okka tulis dalam kurun waktu yang terpisah. Karya tersebut bicara tentang banyak hal yang dianggap oleh orang banyak adalah asing dan tabu untuk didiskusikan.

Eve and Mary are Having Coffee mengurai irisan panjang yang mengangkat identitasnya sebagai bagian dari Nusantara, juga memantik argumentasi mengenai gender, disabilitas dan perempuan muslim Indonesia.

“Keberagaman yang kita miliki sebagai bangsa Indonesia jadi kemewahan tersendiri untuk saya. Berbagai elemen agama dan rona bangsa bisa digabung dengan budaya pop, isu feminisme, difabel berbuah jadi sebuah komposisi yang sangat kaya,” ujarnya.

Kombinasi tersebut terbukti ampuh, dan mendulang diskusi panjang antara penonton dan Okka usai penampilannya malam itu di South Kilburn Studios.

“Saya sangat senang ketika saya berhasil memancing rasa penasaran orang-orang terhadap Indonesia melalui karya saya,” imbuhnya. (Sumber: bbc.co.uk/indonesia)

 

Redaktur: Syarifuddin

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Powered by rasalogi.com