JAKARTA – Banyak pakar dan ahli penerbangan menilai hilangnya kontak pesawat komersial Air Asia, Minggu (28/12/2014) pagi kemarin, disebabkan banyak factor. Diantara beberapa penyebab yang diungkapkan antara lain adanya dugaan pesawat dibajak teroris.
Kalangan aktivis dan pengamat sosial menduga adanya skenario yang disengaja di balik spekulasi yang terkesan menegaskan munculnya gerakan ISIS (Negara Islam Suriah) di Indonesia yang belum lama ini sempat mengunggah video anggotanya yang menantang Panglima TNI, Kapolri, dan Banser NU yang mengamankan perayaan Natal.
“Namanya War by Proxy. Pasti musuh yang ditampilkan itu hanya boneka, salah satu tujuan untuk mengelabuai musuh yang sebenarnya, yang sedang bergerak masuk menikam kita,” kata Arif Poyuono, aktivis FSP BUMN Bersatu dalam broadcast di media sosial WA, Senin (29/12/2012).
Menurutnya, kita ini terlalu sering merasa menang melawan musuh yang sebetulnya hanya boneka Panda tersebut.
“Kita merasa menang bertarung, padahal hanya menang bertarung lawan boneka panda. Kita malah ikutan buat pabrik boneka Panda, industri boneka Panda, lalu kita berperang melawan boneka Panda buatan kita sendiri. So….pasti kita menang berkali kali lawan boneka buatan kita sendiri, kita gebukin, injak-injak dan banting itu boneka buata kita sendiri,” tulis Arif dalam broadcast yang diteruskan oleh aktivis Petisi 28, Haris Rusli Monty.
Dijelaskan Arif, ISIS di Timur Tengah itu adalah boneka panda buatan Amerika dalam skema global mengamankan kepentingan nasional Amerika menghadapi Tiongkok, memukul rantai suplai energi yang membakar industri dan ekonomi ke Tiongkok.
“Lalu, apakah kita akan berternak atau bangun pabrik teroris sebagai boneka Panda yang kita gebukin dan kita kalahkan sendiri. Projek lagi…..makan duit lagi hehehe,” ujarnya dalam pesan berantai melalui WA.
Arif menekankan, seharusnya kita mulai bergerak membangun sistem peringatan dini dalam menghadapi perang pasifik, yg berputar di sekitar perang ekonomi keuangan, logam dan energi, serta pangan. Tidak berputar putar terus dalam isu dan projek pembangunan pabrik teroris dan peternakan ISIS.
“Ini Kabinet Kerja Jokowi-JK terkait hilangnya Air Asia kerjanya malah sibuk konfrensi pers masing masing, kelihatan banget tak ada satu komando dan koordinasi menghadapi keadaan darurat,”
Yang namanya Organisasi SAR di dunia itu, kata dia, jika terjadi pesawat hilang atau jatuh, maka semua departemen terkait bekerja sama di bawah koordinasi dan komando SAR, dan standarnya yang boleh jadi juru bicara itu kepala SAR.
“Ini Wapres Konfrensi Pers, Menko Maritim Konfrensi Pers, Kepala KNKT konfrensi pers, Menteri Perhubungan barusan juga Konfrensi Pers dan menetapkan Dirjend. Perhubungan Darat sebagai Jubir. Kita tunggu saja Kapolri, Kepala BIN dan Ketua DPR juga ikut konfrensi pers,” ujarnya.
Namun demikian, ia berharap pesawat air asia segera ditemukan dan jika ada korban segera dievakuasi.
“Seharusnya tidak harus berlama-lama untuk menemukannya,” tutupnya.
Sebelumnya, Kementerian Perhubungan merilis kronologi hilangnya pesawat AirAsia QZ8501 dalam jumpa pers di kantor Otoritas Bandara Wilayah II, Bandara Soekarno-Hatta, Minggu (28/12/2014). Pesawat dengan muatan 155 penumpang itu diperkirakan jatuh di perairan Tanjung Pandan dan Pontianak.
Berikut kronologi hilangnya pesawat AirAsia QZ8501 seperti yang diungkapkan Direktur Perhubungan Udara Djoko Murjatmodjo:
– Pukul 05.36, pesawat berangkat dari Surabaya menuju Singapura dengan ketinggian 32.000 kaki. Pesawat dilaporkan mengikuti jalur yang biasa ditempuh antara Surabaya dan Singapura, yaitu M635.
– Kontak terakhir pesawat dengan Air Traffic Control Jakarta pukul 06.12. Dalam kontak itu, pilot meminta menghindar ke arah kiri dan meminta izin untuk naik ke ketinggian 38.000 kaki. Permintaan pilot disetujui oleh pihak ATC.
– Pukul 06.16, pesawat masih ada di layar radar.
– Pukul 06.17, pesawat hanya tinggal sinyal di dalam radar ATC.
– Pukul 06.18, pesawat hilang dari radar. Yang ada pada radar tinggal data rencana terbang. Seharusnya, di dalam radar terdapat data lain, yakni realisasi terbang. Namun, data itu hilang.
– Pukul 07.08, pesawat dinyatakan INCERFA, yakni tahap awal hilangnya kontak. Pihak Dirjen Perhubungan melakukan kontak ke Basarnas.
– Pukul 07.28, pesawat dinyatakan ALERFA, tahap berikut dalam menyatakan pesawat hilang kontak.
– Pukul 07.55, pesawat dinyatakan DETRESFA atau resmi dinyatakan hilang.
“Lokasi hilang kontak, yakni antara Tanjung Pandan dan Pontianak agak ke selatan. Basarnas masih mencari posisi itu karena ELT yang biasanya (jika) pesawat itu jatuh akan ada transmisi, ini belum ada,” kata Djoko kepada wartawan.
Adapun pesawat AirAsia ini mengangkut 155 penumpang yang terdiri dari 138 penumpang dewasa, 16 anak, dan 1 bayi/balita. Pesawat diawaki 2 pilot dan 4 kru kabin. (pr/ded)
Redaktur: Rudi F